Listed Articles

Siasat Vendor Menghadapi BlackBerry dan iPhone

Oleh Admin
Siasat Vendor Menghadapi BlackBerry dan iPhone

BlackBerry memang fenomenal. Dari hanya sekadar pemain yang tidak diperhitungkan, produk besutan Research In Motion (RIM) ini tiba-tiba mencuat ke posisi papan atas di segmen telepon seluler premium. Bahkan, merek asal Kanada ini mampu menciptakan tren baru di pasar ponsel nasional.

Hebatnya lagi, BlackBerry tak hanya berhasil “merusak” peta persaingan di pasar ponsel premium, khususnya pasar ponsel pintar, tetapi juga memorak-porandakan pasar ponsel di segmen menengah dan bawah. “Keberhasilan BlackBerry adalah karena berhasil menciptakan tren. Ada anggapan jika tidak menggunakan BlackBerry, berarti tidak trendi,” ujar Godo Tjahyono, pengamat pasar telekomunikasi.

Menurut Godo, pasar Indonesia memang unik. Di negeri ini, kegilaan terhadap BlackBerry tidak seperti di negara lain. Di Indonesia, konsumen pengguna BlackBerry tidak hanya orang dewasa atau eksekutif, tetapi juga kalangan pelajar. “Tren ini sebenarnya didukung maraknya Facebook di Indonesia,” katanya.

Godo mengatakan, karena berhasil menciptakan tren, BlackBerry pun ikut mengacaukan pasar ponsel segmen menengah dan bawah. Hal ini bisa dilihat dengan makin banyaknya “blackberry-blackberry-an” yang diluncurkan beberapa vendor lokal dan importir dari Cina.

Tren yang diciptakan BlackBerry ini memang membuat pemain-pemain lawas di bisnis ponsel gerah. Pasalnya, pasar ponsel seolah terseret oleh arus desain QWERTY monopad dan fitur Facebook seperti yang dikembangkan BlackBerry. Dan uniknya, beberapa pemain besar terbawa arus tersebut dan meluncurkan model dengan fitur sejenis.

Demikian pula dengan pemunculan iPhone. Produk andalan Apple Inc. yang dibundel dengan layanan data Telkomsel itu juga cukup menambah ketat persaingan di segmen ponsel pintar. Sama seperti BlackBerry, iPhone pun mendapat tanggapan beragam dari pesaingnya. “Beberapa pemain tergolong sangat reaktif, hanya Sony Ericsson yang kelihatannya tidak terbawa arus,” ujar Godo.

Ungkapan Godo boleh jadi benar. Lihatlah langkah penguasa pasar ponsel dunia, Nokia, yang baru-baru ini meluncurkan varian terbarunya yang dilengkapi fasilitas push mail, Nokia Messaging dan Facebook, persis seperti yang ditawarkan BlackBerry. “Visi Nokia adalah selalu ingin memberikan yang terbaik bagi konsumen dan apa yang menjadi kebutuhan mereka,” kata Riadi Sugihtani, Kepala Pemasaran Nokia Indonesia, berkilah.

Riadi melihat pasar ponsel pintar, sering disebut smartphone, di Indonesia sangat unik. Tren sangat cepat berubah. “Saat ini tren yang sedang berkembang bentuknya QWERTY monopad,” ujarnya. Bentuk ini seperti menggantikan model memanjang yang diadopsi Nokia Communicator yang sebelumnya merajai segmen pasar ini.

Bagi Nokia, bentuk QWERTY monopad sebenarnya bukanlah hal baru. Jauh sebelum BlackBerry booming, Nokia sudah memiliki varian dengan bentuk QWERTY monopad, yaitu Nokia E61. Dan seperti diungkap Riadi, pasar produk Nokia dengan desain QWERTY monopad juga tumbuh sangat pesat. “Jadi, bukan karena BlackBerry kami masuk ke segmen QWERTY,” katanya seraya menyebutkan, saat ini Nokia memiliki dua varian dengan desain QWERTY, yaitu Nokia E71 dan E63. “Memang saat ini model QWERTY sangat mendominasi di pasar smartphone,” tambahnya.

Sama seperti Nokia, Samsung pun tidak mau ketinggalan dengan tren BlackBerry di Indonesia. Menurut Hioe An Kin, Manajer Senior Penjualan & Kanal HHP Business Department PT Samsung Electronics Indonesia, saat ini tren pasar memang lebih mengarah ke model QWERTY. Samsung, menurutnya, sudah main di model QWERTY sejak 2006. Namun, sejak terjadi booming BlackBerry, pemasaran model QWERTY-nya sedikit terhambat. “Sekarang sulit memasarkan produk QWERTY, karena pasar smartphone QWERTY sudah dikuasai BlackBerry.”

Untuk meramaikan tren QWERTY, Samsung meluncurkan tipe Valencia. “Kami sudah ada, dan setiap tahun selalu ada yang baru, tahun ini ada Valencia. Bukan hanya mengikuti tren. Dengan adanya histeria seperti ini, mau tidak mau harus mengikuti line up tersebut (model seperti BlackBerry),” kata Hioe.

Usun Pringgodigdo, General Manager LG Mobile Communications, mengatakan bahwa booming BlackBerry di Indonesia dikarenakan BlackBerry sangat sarat fungsi messaging. Hal ini, menurutnya, sejalan dengan karakter masyarakat Indonesia yang suka sekali dengan messaging (chatting, SMS, dll.) Namun, pasar BlackBerry sendiri merupakan pasar baru yang terbentuk sangat cepat, “Jadi, Blackberry menciptakan pasar baru, bukan berkompetisi pada area yang sama. Tapi sekarang bidang baru itu mau tidak mau harus diisi,” ujar mantan karyawan Nokia Indonesia itu.

Usun mengatakan, keberhasilan BlackBerry saat ini paling tidak memberi satu pelajaran bahwa pasar tidak harus dijejali dengan produk yang rumit dengan fitur yang supercanggih. “Yang paling dibutuhkan,” katanya, “aplikasi yang sebenarnya biasa saja, tetapi boom.”

LG tidak ingin terbawa arus. “Kami masih terus mempertahankan dua model yang sudah meluncur ke pasar. Keduanya membawa inovasi yang cukup diterima konsumen,” ujar Usun seraya menyebutkan dua model ponsel pintar LG: KT610 “mini Communicator” dan KS20 dengan desain stylish.

Djunadi Satrio, Head of Marketing Sony Ericsson Indonesia, berpendapat sama. Sony Ericsson lebih memosisikan diri sebagai pemimpin pasar, sehingga tidak ingin mengekor kompetitor, malah justru ingin menjadi trend setter. “Banyak ponsel kami yang telah menjadi tren dan diikuti kompetitor dengan model-model yang mirip.”

Sebetulnya, sudah banyak ponsel model QWERTY yang diluncurkan Sony Ericsson. Sebagai contoh sukses, X1 yang dilengkapi QWERTY key pad dan layar 3 inci. Pada kuartal IV tahun ini rencananya juga akan hadir generasi berikutnya, X2. Selain itu, untuk ponsel multimedia dengan layar touchscreen ada Sony Ericsson Satio, ponsel pertama yang dilengkapi dengan kamera 12,1 megapixel. “X1 cukup sukses di pasaran untuk kelas ponsel multimedia,” kata Djunadi.

Ungkapan Djunadi diamini Alino Sugianto, Country Manager Sony Ericsson Indonesia. Menurutnya, Sony Ericsson akan tetap fokus pada model-model yang selama ini telah sukses dikembangkannya, seperti Walkman dan Cybershoot. Pasar kedua produk tersebut masih cukup kuat. Meskipun begitu, menurutnya, ke depan harus ada terobosan baru. “Di kuartal empat ini sudah disiapkan terobosan baru, namun belum bisa diinformasikan lebih lanjut.”

Alino menilai Cybershoot dan Walkman akan berlanjut terus dan tampil dengan proposisi unlimited entertainment. Keluarnya produk baru ini, dikatakannya, bukan untuk menandingi BlackBerry atau iPhone, tetapi untuk meramaikan pasar multimedia.

Godo mengatakan, sebetulnya strategi pemain lain untuk menghadapi BlackBerry bukan terkait fungsi atau modelnya. Push mail tidak bukan menjadi sesuatu yang eksklusif karena setiap operator bisa memasukkannya sebagai fitur. Menurutnya, kekuatan BlackBerry terletak pada merek yang sudah menjadi identitas. Jadi, ketika konsumen menggunakan ponsel pintar yang fungsinya sama, tetapi mereknya bukan BlackBerry, akan menjadi masalah. “Mereka lebih suka menggunakan BlackBerry, meskipun dengan tipe yang berbeda.”

Tren BlackBerry, bagi Godo, tidak perlu ditanggapi secara berlebihan oleh pemain lain. Pasalnya, pasar smartphone di Indonesia bisa bergeser dengan sangat cepat. “Sekarang di Indonesia sudah menjadi identitas, ada masanya nanti siklusnya berubah,” ujarnya. “Kalau RIM bisa mengembangkan satu siklus lagi ke depannya, BlackBerry masih bisa (menjadi) tren lagi. Dua-tiga tahun lagi ada tren lain, entah milik RIM atau provider lain.”

Riadi kurang sependapat dengan Godo. Menurutnya, fitur dan model pun menjadi faktor yang sangat penting bagi konsumen. Karena itulah, Nokia kini melengkapi ponsel pintarnya dengan layanan seperti Facebook dan messaging yang di dalamnya ada push mail dan Internet chatting. Nokia bekerja sama dengan operator untuk berlangganan paket data, juga punya fitur OVI, yaitu layanan terintegrasi yang menyediakan e-mail, chatting, music, game dan media. Untuk messaging sendiri, Nokia memiliki tiga kategori: corporate e-mail, Nokia messaging dan OVImail. “Kami ingin memberikan kemudahan untuk mengakses e-mail di mana pun termasuk untuk kalangan bawah, termasuk handset Nokia yang murah bisa masuk OVImail,” katanya.

Selain fitur, Nokia berusaha pula memberikan keleluasaan memilih bagi konsumen. Ini dibuktikan dengan banyaknya ponsel pintar yang diluncurkan Nokia, yaitu E series dan N series. “Saat ini Nokia memiliki lebih dari 20 tipe. Di Indonesia yang sangat besar seri E71,” kata Riadi.

Baginya, keunggulan Nokia yang tidak dimiliki pesaingnya adalah layanan pascajualnya paling ekstensif di Indonesia, dengan 97 Nokia Care Center dan 15 counter drop. Jadi, ketika ada masalah dengan handset Nokia, konsumen bisa datang ke Nokia Center. Selain itu, ada layanan OVI yang bisa mem-backup data yang ada di ponsel sehingga jika terjadi kehilangan data, konsumen tidak perlu pusing harus mencari data nomor kontak di phonebook-nya.

Sebenarnya, wajar jika para pemain tersebut kebakaran jenggot melihat geliat BlackBerry dan iPhone. Pasalnya, pasar ponsel di segmen ini tergolong cukup besar. Hioe mengatakan, saat ini pasar ponsel pintar di Indonesia mencapai angka 100 ribu unit/bulan. Dengan rata-rata harga banderol yang dipatok di atas Rp 2 juta, maka bisa dibayangkan betapa manisnya pasar segmen ini. Besarnya pasar ponsel pintar tersebut, menurut Hioe, salah satunya disebabkan terjadinya perluasan pasar, di mana saat ini ponsel pintar telah menjadi kebutuhan bagi kalangan muda/pelajar.

Perluasan segmen pasar tersebut juga membuat Samsung menggunakan strategi yang sedikit berbeda. Setelah sebelumnya selalu dipatok dengan harga premium, belakangan Samsung pun mulai memasarkan ponsel pintar dengan harga yang relatif terjangkau. “Itu merupakan realitas pasar, kami tidak bisa menghindarinya,” ujar Hioe.(*)

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved