Listed Articles

Turnaround Membutuhkan Figur Pemimpin yang Diktator

Turnaround Membutuhkan Figur Pemimpin yang Diktator

Riri Satria berpendapat, kerangka berpikir dari turnaround adalah managemen perubahan atau change management. Manajemen perubahan ada gradasinya, kalau yang paling ringan sekedar perubahan biasa dan ada juga perubahan radikal. “Perubahan radikal terbagi menjadi dua, ada perubahan radikal tanpa didahului krisis dan ada juga perubahan radikal yang didahului krisis,” kata Consulting Director-dari lembaga People Performance Consulting Indonesia,itu.

Perubahan yang didahului krisis artinya perusahaan itu mengalami krisis. Salah satu indikatornya, terjadi krisis finansial lalu banting setir dan berbalik arah serta tumbuh kembali. Dengan demikina, definisi turnaround adalah bangkit dari keterpurukan. Tapi tak semua perubahan itu harus terpuruk dulu.

Kalau sudah sampai kondisi turnaround (titik krisis) dibutuhkan karakter pemimpin yang strong (kuat), bahkan kalau bisa sedikit diktator. Kalau perlu tangan besi. Karena situasi tidak banyak pilihan. Dalam kondisi ini sudah tidak ada tawar-menawar lagi. Pemimpin harus tegas menentukkan mau dibawa kemana arah perusahaan selanjutnya.

Pun begitu dengan karyawan atau managemen, mau tidak mau harus bisa menerima apa yang didesain oleh pemimpin. Dalam turnaround sudah pasti ada gegar budaya (cultureshock) dan itu adalah fase yang sangat wajar. Hal ini mengingat perubahan dan perombakan dari desain sang pemimpin. “Pada titik turnaround, diterima atau tidak diterima sudah bukan persoalan lagi. Jika tidak diterima ya individu tersebut harus out of the company. Ibarat perang, musuh sudah mendekat tak ada lagi kesempatan untuk berdiskusi” jelas Riri.

Kegagalan dalam turnaround biasanya disebabkan yang paling banyak adalah pada leadership yang tidak kuat. Kedua, financial strategy. Karena turnaround membutuhkan suntikan dana. Ketiga, tidak mendapatkan dukungan stakeholder baik internal ataupun ekternal stakeholder terutama pemerintah. Keempat, strategi turnaround yang tepat.

Bicara soal strategi yang tepat dalam kondisi turnaround adalah strategi yang mampu menjawab permasalahan apa yang terjadi. “Tidak ada strategi yang generik,” ujarnya. Indikator perusahaan yang berhasil melakukan turnaround biasanya perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan kembali. Ini bisa dilihat dari sisi profit ataupun revenue.

Agar tetap sustainable dan survive, semua hasil turnaround pasti memiliki gaya managemen yang berubah. Begitu halnya perubahan terjadi pada bisnis model, struktur organisasi, produksi, operasional, dan sebagainya. Nah, semua harus dibakukan secara formal menjadi budaya organisasi yang baru. Sebab jika tidak, orang akan kembali ke model lama dan bukan tidak mungkin bisa terpuruk kembali. Caranya, dengan pemantapan Standard Operating Procedure (SOP) atau up grade budaya karyawan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved