Brands IBBA

Biar Makin Hot, Ini Bahan Bakar Brodo

Biar Makin Hot, Ini Bahan Bakar Brodo

Enam tahun lalu, sepatu merek Brodo terlahir ke dunia. Bisnis besutan Muhammad Yukka Harlanda dan Putera Dwi Karunia ini terus berkembang. Dari awalnya hanya toko sepatu online, kini store sepatu dari ukuran 37 hingga 47 milik telah memiliki jaringan 4 toko offline di kota-kota besar di Indonesia.

“Hingga 2013 belum ada store. Kami buka toko offline pertama di Kemang. Kini, sudah ada 4 store, di Kuningan City, Makassar, dan beberapa di daerah lain. Tahun ini, kami akan menambah banyak (store),” kata Yukka.

Untuk menekan biaya, Brodo menggandeng distro di daerah-daerah yang masih berjuang keras untuk bertahan di tengah perlambatan ekonomi. Sistemnya adalah menyewa selama dua pekan untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan konsinyasi.

“Sistem ini sudah berjalan di Medan, Jogja, dan Makassar. Jadi, sangat efisien dari segi cost. Kami meminjam space mereka tapi tidak permanen. Ini konsep baru. Kalau membuat store baru butuh capital besar dan kembali modal butuh waktu yang lumayan,” katanya.

Menurut Yukka, pelanggan mereka terutama yang telah membeli lewat online sudah tahu kualitas sepatu Brodo. Namun, masih banyak customer yang masih harus melihat barangnya lebih dulu sebelum membeli. Kehadiran toko offline menambah tebal percaya diri pelanggan saat melakukan pembelian kembali lewat online.

brodo

“Kami selalu fokus di experience. Apapun itu, gali terus experience-nya. Contoh, bagaimana bisa men-treat customer loyal dengan cara yang berbeda. Sekarang, esensi berbelanja seperti makin berkurang. Kami berusaha mengembalikan experience itu. Jadi, pengalaman belanjanya bisa enak,” katanya.

Selanjutnya, Brodo juga konsisten di pesan yang disampaikan lewat merek, layanan, serta kualitas produk. Mereka tidak terburu-buru meluncurkan produk baru sebelum konsisten melayani pelanggan lewat produk yang lama. Yang utama adalah menjaga value untuk pelanggan, termasuk menawarkan harga yang terjangkau.

“Dari awal berdiri, harga sepatu kami mungkin sudah naik dua kali lipat. Dulu, produk andalan kami di tahun 2010 harganya Rp 375 ribu. Sekarang, harganya Rp 650 ribu dengan kualitas yang terus kami tingkatkan,” ujarnya.

Sepatu paling mahal Rp 800 ribu, tapi kualitasnya tidak kalah dengan sepatu berharga Rp 1,5 juta. Yukka berani memberi garansi itu karena telah menggandeng vendor bahan kulit yang sama seperti yang digunakan sepatu dengan merek ternama. Saat ini, sudah ada 5-6 vendor yakni pengusaha UKM yang digandeng, terutama dari wilayah Bandung.

“Keadaan UKM di Bandung sedang agak struggle. Order dari brand top juga tidak konsisten. Pasarnya sedang lesu. Kami ingin bantu mereka. Kami awalnya juga UKM. Tapi, misi kami sekarang membantu UKM,” katanya. (Reportase: Nerissa Arviana)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved