Best Exporter zkumparan

Selektani Induk Usaha, Jagoan Ekspor Benih Hortikultura

Selektani Induk Usaha, Jagoan Ekspor Benih Hortikultura
Maria Hartanta, Site Manager Selektani

Selektani memproduksi benih FI Hybrid, baik benih tanaman hias maupun sayuran. Produk benih ini ada yang dijual ke pasar domestik dan ada yang dijual ke pasar ekspor. Saat ini, perusahaan agribisnis ini mengekspor benih F1 Hybrid aneka tanaman hias seperti pelargonium hortorum, pelargonium peltatum, begonia, petunia, celosia, marigold, dan datura. Selain itu, Selektani juga mengekspor benih tanaman sayuran seperti tomat dan cabai. Untuk memproduksi benih hortikultura tersebut, Selektani mengoperasikan tiga kebun, yakni di Ngablak, Kledung, dan Batu. Perusahaan ini per 2017 diperkuat oleh 472 karyawan, yang semuanya lokal.

Pasar ekspor benihnya yang utama adalah negera-negara Eropa, terutama Belanda, Inggris, Jerman, dan Prancis. Ada juga ekspor ke beberapa negara Asia seperti Singapura dan Thailand.

Menurut Maria Hartanta, Site Manager Selektani yang berkedudukan di Salatiga, Jawa Tengah, pada 2017 perusahaannya mampu meraup nilai penjualan Rp 30 miliar. Ini sebuah peningkatan dibandingkan nilai penjualan 2016 yang sebesar Rp 21 miliar. Adapun nilai penjualan ekspor pada 2017 sebesar Rp 17 miliar, atau memberikan kontribusi 57,39% terhadap total penjualan. Nilai ekspor 2016 sebesar Rp 11 miliar, atau menyumbang 54,99% dari nilai total penjualan tahun yang bersangkutan.

Belanda merupakan pasar ekspor terbesar bagi Selektani, dengan rasio kontribusi terhadap total nilai ekspor pada 2018 sebesar 78,93%. Disusul dengan nilai yang relatif jauh di belakangnya oleh pasar Inggris (2,59%) dan Prancis (0,89%).

Tak sembarang orang bisa menjalankan bisnis seperti ditekuni Selektani. Ada kompetensi khusus yang dimiliki, terutama di bidang pengelolaan bisnis pertanian. Dalam konteks bisnis ekspor benih, menurut Maria, tantangan alaminya adalah bagaimana menjaga tingkat kapasitas perkecambahan yang tinggi (high germination) dari benih tersebut. Ia menuturkan, biji atau benih pada dasarnya adalah benda hidup. Ketika akan diekspor, bisa saja tercatat titik tumbuhnya oke, tetapi setelah sampai di konsumen titik tumbuhnya menurun. “Menjaga kualitas benih, itulah tantangan bila kita mengekspor benih,” kata Maria.

Tantangan lainnya, bagaimana bisa cepat menyesuaikan dengan adanya perubahan regulasi pemerintah yang mengatur proses ekspor-impor. “Dari sisi konsumen, sejauh ini masih baik-baik saja,” ujar Maria.

Ada memang permintaan khusus dari konsumen luar negeri, seperti media semainya harus berasal dari negara mereka. Mau tak mau, untuk memenuhi permintaan ekspor itu, Selektani mesti mengimpor media semai dari negara yang bersangkutan.

Maria menuturkan, sebenarnya permintaan dari negara-negara Eropa dalam 10 tahun terakhir cukup besar. Hanya saja, begitu krisis global terjadi dan berdampak ke beberapa negara, seperti Italia, terjadi penurunan permintaan 20-25%. Di beberapa negara pengimpor benih dari Selektani, konsumennya memundurkan pembayaran 3-4 tahun, bahkan ada yang ingkar bayar. “Karena itu, sekarang kami menjual produk berdasarkan kepercayaan (trust), yakni hanya percaya pada konsumen yang telah mengorder selama 3-4 tahun,” kata Maria.

Untuk menyiasati penurunan order karena terdampak krisis global tadi, Selektani mencari negara-negara pasar ekspor baru. Dari situlah, Selektani melihat potensi peluang pasar dari negara seperti Belanda –yang kini menjadi pasar andalannya.

Untuk melayani pasar ekspor, tentulah Selektani harus bisa menghasilkan produk benih hortikultura yang bagus. Karena itu, perusahaan agribisnis ini memodernisasi sistem pertaniannya. Di antaranya, dengan melakukan otomatisasi proses di kebun, menggunakan drip irrigation, serta membangun green house dan laboratorium pembenihan.

Tak mengherankan, perusahaan ini pernah mendapatkan Corporate Sustainability Award pada 2009. Selain itu, pada 2014 meraih predikat Juara III dalam Lomba Eksportir Tingkat Provinsi Jawa Timur dan belum lama, pada 2018, mendapatkan predikat Juara II Lomba Eksportir Tangguh Tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Meski secara umum proses bisnisnya sudah berjalan baik, agar hasilnya lebih baik lagi, Selektani juga terus memperbaiki prosesnya. Antara lain, mengubah struktur green house-nya yang semula berkerangka bambu menjadi baja (steel). “Karena, bambu mudah lapuk,” ujar Maria.

Selektani pun melakukan inovasi dari aspek proses pemupukan dan pengendalian penyakit, dengan target mencapai titik germinasi di angka 98%. “Kami juga mengikuti proses untuk mendapatkan sertifikat Good Agricultural Practices (GAP),” Maria menambahkan. “Jadi, kami melakukan inovasi di semua lini,” katanya tandas. (*)

Joko Sugiarsono & Anastasia A. Suksmonowati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved