Best Exporter

Ungaran Sari Garments Andalkan Pasar Amerika

Ungaran Sari Garments Andalkan Pasar Amerika

PT Ungaran Sari Garments (USG) tetap mengandalkan Amerika Serikat (AS) sebagai pasar ekspor utama untuk produk garmen yang dihasilkannya. Saat ini, sebanyak 80% produk USG dipasarkan ke AS. Penurunan tingkat pengangguran dan naiknya daya beli di Negeri Paman Sam tersebut diyakini mendongkrak kinerja ekspor USG.

Produksi USG pada 2011 mencapai 18,8 juta pieces, 2012 menjadi 20,2 juta pieces, 2013 sebesar 22,3 juta pieces, 2014 hampir 23 juta pieces, dan 2015 menjadi 24 juta pieces. Saat ini, pesaing utama USG di pasar global adalah Vietnam, Banglades, dan Myanmar. Pemasaran produk USG sebanyak 80% dikontrol oleh agen, hanya 20% yang dikontrol internal perusahaan.

Jerry Nainggolan, HR & Complience Strategic Head USG, mengatakan, mulai 2008 AS dilanda resesi, kinerja bisnis ritel menurun. Namun karena produk garmen USG sudah mendapat kepercayaan yang kuat dari brand-brand ternama, penurunan ekspor tidak ada. Hanya pertumbuhannya melambat, pada 2015-2016 ekspor ke AS hanya tumbuh 2-3% dari sebelumnya 8%.

“Pasar AS tetap bergairah, trennya bahkan bisa tumbuh dobel digit, 2016 memang sulit naik, tapi 2017 lebih baik karena unemployement rate sudah berkurang, daya beli sudah naik lagi,” katanya.

pt-ungaran-sari-garments

USG merupakan bagian dari Busana Apparel Group. Perusahaan itu didirikan Marimutu Manimaren (WNI) yang beristri warga AS. Saat ini, status perusahaan yang semula PMDN berubah menjadi PMA seiring meninggalnya Marimutu. Produk garmen USG digunakan brand ternama Tumberland, Uniqlo, Esprit, Chico’s, Perry Ellis, J Crew, Ann Inc, dan Polo.

Karena USG telah mendapatkan kepercayaan selama puluhan tahun dari klien global, terutama AS, maka untuk terus memenangkan persaingan USG berupaya menjaga kualitas dan kecepatan delivery. Dalam mewujudkan hal itu, penguatan sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci.

“SDM harus dibuat merasa memiliki untuk turut serta menjaga kepercayaan klien, dengan begitu gejolak pasar tidak berpengaruh. Melawan Vietnam dan Myanmar, itu berat, mereka bebas import duty. Tapi karena USG terus jaga kepercayaan klien, USG tetap jadi pilihan utama,” ujar dia.

Agung Budi P, Quality Assurance Manager USG, menambahkan, dalam menghadapi ketatnya persaingan di luar negeri, USG juga berusaha menghasilkan produk dengan harga kompetitif. Caranya, USG terus meng-up date mesin dan teknologi dengan mesin otomatisasi. “Misalnya, USG menerapkan Smart MRT Line yang hasil produksinya setara dengan empat line konvensional,” ujar dia.

Di sisi lain, kata Agung, untuk menjaga kepercayaan klien maka USG menerapkan skema full dedicated, artinya mengerjakan pesanan tanpa peduli risiko, termasuk ketika kinerja bisnis klien menurun. USG juga tidak menjual barang sortiran (cacat) ke pasar domestik.

“Selain klien atau brand tidak mengizinkan, ini juga tak menguntungkan. Reject production atau barang sortiran sekitar 25% dari total produksi, ini tidak dibuang, baru dijual ke pasar satu tahun setelah produksi, tidak boleh dijual di pasar saat barang yang 75% masih di pasar,” kata dia. (Reportase: Herning Banirestu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved