Business Research

EMC Hadirkan Solusi Hadapi Pembengkakan Jagat Digital

EMC Hadirkan Solusi Hadapi Pembengkakan Jagat Digital

Berangkat dari penelitian International Data Corporation yang mencatatkan akan terjadi pembengkakan volume data di dunia, khususnya sentra bisnis dan industri hingga 8 kali lipat, EMC hadirkan solusi guna mentransformasi operasional mereka dengan menawarkan efektifitas Information Technology (IT) sebagai layanannya. Hal ini penting bagi pemangku sektor tersebut mengingat ledakan big data di seluruh dunia ditaksir akan mencapai 44 zettabytes di tahun 2020, atau jika diproyeksikan dengan 1 micro SD kapasitas 32gb setara dengan jarak bumi dan bBulan.

adi rusli

Pentingnya me-manage data merupakan fokus dari kehadiran EMC, dimana tidak hanya membidik lini komunikasi, perbankan, dan pemerintahan saja, melainkan juga sektor bisnis lain seperti agriculture, perkebunan, hingga industri pabrik. Hal tersebut juga sejalan dengan prediksi IDC, khusus untuk Indonesia, dimana pertumbuhan jagat digital akan setebal 255 kali puncak Cartenz Pyramid (Gunung Jaya Wijaya), atau sekitar 656 Exabyte.

Dilihat dari pertumbuhan penggunaan data digital menandakan bahwa Indonesia sudah berada pada kelas emerging market, seperti Brazil dan China dimana data yang lebih besar akan dihasilkan dari negara tersebut ketimbang negara maju,” papar Adi Rusli, Managing Director, EMC Indonesia. Saat ini, 60% data dalam jagat digital dihasilkan dari negara maju seperti Jepang, Amerika, dan German tetapi di tahun 2020 presentase ini akan terbalik.

Disamping itu ada beberapa faktor pendukung lainnya yakni data melebihi kapasitas storage yang tersedia di dunia (dalam hal ini bytes yang tidak digunakan) dimana dari seluruh jenis media akan menyusut dari 33% menjadi 15%. Kemudian dari sisi penggunaan data Cloud juga akan meningkat dimana diprediksi akan terjadi pertumbuhan dari 20% menjadi 40%.

Sementara itu jika menilik dari sisi perusahaan berbasis IT (enterprise), tanggung jawab yang diemban perusahaan ini juga secara linier meningkat. “Dua pertiga dari data di jagat digital diciptakan atau dihasilkan dari konsumen dan pekerja, tetapi enterprise bertanggung jawab atas 85% data di jagat digital,” jelas Adi.

Lebih lanjut lagi mengenai tanggung jawab enterprise, Adi membagi data ke dalam dua jenis, yakni data yang terlindungi sebesar 47%, dan data yang tidak terlindungi sebesar 53%. Data yang terlindungi mencakup esensi data yang tidak boleh hilang atau harus di-archive, seperti data identitas diri. Sementara data yang tidak terlindungi meliputi foto dan website.

Sayangnya dari 47% data yang terlindungi, hanya 20% data saat ini yang terlindungi. Sementara diperkirakan di tahun 2020 data yang membutuhkan perlindungan meningkat menjadi 43%,” jelasnya.

Pentingnya perlindungan data selalu ditekankan oleh EMC mengingat berdasarkan survei yang dilakukan oleh Harvard Business Review dari 150 perusahaan sukses di dunia ternyata merupakan perusahaan yang aware terhadap analisa data. “Bisa diambil pattern bahwa 5% lebih efisien dan 6% lebih profitable dari kompetitornya,” tambah Adi memaparkan lebih jauh hasil penelitian tersebut.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa ternyata pada efektifitas pengolahan data dari segi enterprise segala bidang perusahaan memberikan relevansi ke bisnis mereka dimana dengan new business model tersebut akan mempercepat solusi kebutuhan kostumer, membantu peningkatan operasional informasi secara realtime, serta analisa secara global guna memberikan efektifitas standard operasional perusahaan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved