Business Research

Semester I/2015, Belanja Iklan Masih Bisa Tumbuh

Semester I/2015, Belanja Iklan Masih Bisa Tumbuh

Meski perekonomian mengalami tren perlambatan, Nielsen Advertising Information Services mencatat adanya pertumbuhan belanja iklan di media televisi dan cetak sebesar 4% menjadi Rp 57,1 triliun pada periode semester I tahun 2015.

foto 1 (1)

Pertumbuhan ini lebih ditopang karena adanya kenaikan harga iklan itu sendiri. “Memang secara angka masih bisa bertumbuh, tapi pertumbuhannya lebih soft dibanding tahun-tahun sebelumnya,” ujar Hellen Katherina, Direktur Media, Nielsen Indonesia di acara konferensi pers Nielsen.

Bila mengacu pada data pertumbuhan di kuartal II, ia mencontohkan tahun ini memang menjadi tahun yang berat bagi industri televisi dan cetak dalam lima tahun belakangan. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan iklan kuartal II, yang untuk pertama kalinya sejak lima tahun , hanya tumbuh satu digit dikisaran 6%. Padahal di tahun sebelumnya selalu bisa tumbuh dua digit.

Nielsen Belanja Iklan

Meski begitu, bila dibedah lagi menjadi televisi dan koran, Hellen mengatakan industri televisi masih lebih diuntungkan. Total belanja iklannya di televisi masih masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 11 persen di kuartal II, dibanding media cetak yang mengalami penurunan belanja iklan sebesar 4 persen. Meski begitu ia menegaskan bahwa penurunan iklan di media cetak, bukan berarti bahwa perusahaan media cetak sangat terpuruk. Bisa saja sebagian iklannya berpindah ke media online yang dalam banyak kasus juga dimiliki oleh media cetak. “Cuma kan hasil laporan kami kan hanya televisi dan cetak, tidak masuk ke media online,” ia menegaskan.

Rokok kretek merupakan pengiklan terbesar di televisi dengan total nilai belanja iklan lebih dari Rp2,2 miliar dan mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 49%. Pertumbuhan belanja iklan tertinggi kedua berasal dari kategori jasa layanan online dengan pertumbuhan sebesar 43%; dan kategori produk susu pertumbuhan adalah pengiklan dengan pertumbuhan tertinggi ketiga dengan 33%.

Sementara itu bila melihat pertumbuhan nilai belanja iklannya, kategori Rokok Kretek adalah yang tertinggi dengan pertumbuhan sebesar lebih dari Rp700 miliar dengan tiga kontributor terbesar Djarum Super Mild, Dji Sam Soe 234 dan Sampoerna A Mild. Pertumbuhan belanja iklan tertinggi kedua berasal dari kategori produk Susu Pertumbuhan dengan nilai sebesar lebih dari Rp360 miliar dengan kontributor terbesar SGM Eksplor 1 Plus, Dancow 1+ Madu dan Lactogen 3. Sedikit dibawahnya adalah kategori jasa layanan online dengan total nilai belanja iklan sebesar lebih dari Rp350 miliar dengan tiga kontributor terbesar Traveloka.com, Tokopedia.com dan Blibli.com.

Angka yang dirilis oleh Nilesen didasarkan pada hasil penelaahan pada 14 stasiun stasiun telivisi, 101 surat kabar dan 133 majalah dan tabloid. Semua angka tersebut ia jelaskan menggunakn asumsi rate card gross, tanpa menghitung diskon, promo dan sebagainya. “Belum memasukan perhitungan dari media-media online,” ujarnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved