Business Research

Survei Nielsen: Private Label Makin Dilirik

Survei Nielsen: Private Label Makin Dilirik

Hampir semua ritel kini memiliki private label. Awalnya dalam pandangan konsumen Indonesia private label kurang berkualitas dibanding merek produsen. Seiring perkembangan waktu dan naiknya harga produk buatan pabrikan, konsumen mulai melirik private label.

Private Label

Demikian hasil survei Nielsen Global Private Label Survey. Survei ini dilaksanakan pada 17 Februari – 7 Maret 2014, menjangkau lebih dari 30 ribu konsumen online di 60 negara di seluruh Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Utara. Responden dipilih berdasarkan usia dan jenis kelamin untuk pengguna internet di tiap-tiap negara yang telah diperiksa dan dipertimbangkan representatif dari pengguna internet.

Sebanyak 66% konsumen Indonesia memandang private label atau merek toko semakin membaik, serupa dengan Singapura yang 64%. Negara-negara Asean lain bahkan memandang private label lebih baik Vietnam 84%, Thailand 83% dan Filipina 77%.

Dari sisi kualitas produk, pendapat konsumen Indonesia dapat dijadikan acuan bagi peritel. Sebanyak 69% konsumen menilai private label keluaran peritel sama baiknya dengan produk bermerek buatan pabrikan. Hal ini karena konsumen mengasosiasikan merek ritel sebagai tempat belanja yang nyaman. Tetapi ketika pertanyaan jatuh pada produk-produk private label, hanya 35% yang menyatakan kualitas barang-barang private label lebih bagus dari barang bermerek. Bagusnya masih ada harapan karena sebanyak 71% konsumen berpendapat private label dapat menjadi alternatif pembelian bagi produk bermerek.

Harga merupakan salah satu pertimbangan penting dalam berbelanja. Namun demikian konsumen memilih produk berkualitas yang sesuai dengan harga, bukan yang termurah. Hanya 46% konsumen Indonesia percaya bahwa private label menawarkan produk bagus yang sesuai dengan harga. Tidak jauh berbeda dengan konsumen di Asia Tenggara yang juga tidak terlalu percaya pada kualitas private label, Vietnam 55%, Singapura 57%, Malaysia 58%, Thailand 59%, Filipina 66%. Indonesia merupakan yang terendah di Asia Tenggara dan peringkat terbawah di dunia.

Lebih dari 67% konsumen Indonesia mengakui membeli produk private label untuk berhemat. Terendah di Asia Tenggara. Mereka lebih menyukai jika produk private label juga menawarkan harga bersaing/nilai tambah.

Anil Anthony, Executive Director Nielsen Indonesia, mengungkapkan, merek private label di Indonesia perlahan semakin bertumbuh, namun tingginya loyalitas konsumen Indonesia terhadap suatu merek merupakan tantangan besar bagi para peritel yang menjual produk private label. Kegiatan pemasaran private label saat ini masih kurang gencar.

Padahal produk private label memiliki dampak yang lumayan besar. Sebut saja Alfamart dan Indomaret yang memiliki sekitar seratus produk private label. Beda lag dengan Carrefour. Penjualan private label hanya menyumbang kurang dari 10%. Padahal 90% pemasok private label Carrefour adalah industri rumahan. Jadi, secara tidak langsung sebenarnya turut menumbuhkan sektor riil.

Produk-produk private label yang laris adalah yang sekali pakai seperti tisu, banyak konsumen yang berpikir buat apa membeli tisu sekali pakai langsung buang dengan harga yang lebih mahal. (EVA).


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved