Business Research

TigaTantangan Utama Industri Perbankan Tahun 2016

Oleh Admin
TigaTantangan Utama Industri Perbankan Tahun 2016

Industri perbankan nasional sekarang ini mulai fokus melayani konsumen. Maklum, perilaku konsumen kian berubah dengan menggunakan berbagai perangkat teknologi canggih. Tahun 2016, bank pun diharapkan sudah bisa memberikan pelayanan dengan menggunakan teknologi lebih mutakhir.

Teknologi perbankan kian canggih

“Saya melihat tahun 2016 akan terjadi kombinasi. Pelanggan akan kian sophisticated. Jadi, bank sekarang ini sudah beralih dari produk sentris ke konsumer sentris,” sebut Hendra Godjali, Senior Director Accenture Indonesia, di Jakarta, Selasa (20/11/2012).

Dia menyebutkan, industri perbankan nasional ataupun layanan keuangan sudah mulai memperhatikan pelayanan kepada konsumen. Ini bisa terlihat dari berbagai hal, misalnya, maraknya penawaran kartu kredit.

Namun, pelayanan kepada nasabah, kata Hendra, harus lebih maju lantaran masyarakat Indonesia kini sudah mengenal perangkat berteknologi tinggi, seperti tablet. Ditambah lagi, populasi kaum muda semakin tinggi. Saat ini, populasi masyarakat Indonesia sekitar 35 persen di bawah 50 tahun. Lima tahun ke depan, angka 50 tahun itu bisa jadi bergeser menjadi 17-18 tahun. Artinya, masyarakat Indonesia kian lapar akan teknologi.

“Kalau bank tidak penetrate ini, berarti bisa ketinggalan,” kata dia. Akan tetapi, dia melanjutkan, tidak mudah untuk menghadapi tren perbankan di tahun 2016. Ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi pelaku industri. Pertama, tantangan dari sisi retail banking. “Tantangan ini mencakup beberapa area, yang pertama adalah customer trust dan engagement dari sisi nasabah kurang begitu signifikan sekarang ini,” lanjutnya.

Tantangan kedua dalam hal retail banking adalah orientasi masyarakat Indonesia masih kepada memegang uang tunai. Lantas, yang ketiga yakni produk-produk perbankan masih bersifat product basis. Maksudnya, perbedaan produk dan layanan dari satu bank ke bank lainnya tak begitu kentara.

Ia pun melanjutkan, selain tantangan di sisi retail banking, bank juga harus menghadapi adanya perubahan perilaku konsumen yang sekarang kian melekat dengan teknologi. Penggunaan internet dan sosial media semakin merajalela. “(Jadi) bagaimana hal ini akan di-attach together juga dengan konsep less branch atau branchless banking,” tutur Hendra.

Tantangan ketiga adalah ketersediaan teknologi. Ketiga hal tersebut, kata dia, harus digabungkan demi menghasilkan next generation branch. Untuk mewujudkannya diperlukan pondasi, misalnya dibutuhkannya simpel multi-channel integration. Intinya adalah bagaimana institusi perbankan mengerti konsumen lebih baik.

Setelah itu, Hendra melanjutkan, bank harus berpikir bagaimana caranya melangkah ke masa depan. Terkait ini, ada tiga tren yang harus dilihat oleh bank. Pertama, intelligence multi-channel branch, yakni bank harus bisa memanfaatkan Big Data. Kedua, bank harus bisa menjaring pelanggan melalui jaringan sosial, seperti sosial media. Terakhir, ia menyebutkan, “Being relevant dengan ekosistem baik finansial dan non finansial.”

“Yang mana yang mereka (bank) mau tuju? Karena untuk menyelesaikan salah satu saja susah, apalagi menyelesaikan ketiganya,” tandas Hendra. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved