Management Strategy

Bandara Sultan Thaha Pelopori Life Style Airport di Indonesia

Bandara Sultan Thaha Pelopori Life Style Airport di Indonesia

Kesan pertama menjadi sesuatu yang penting bagi sebuah perjumpaan. Demikian pula denga citra dari suatu kota, bisa terlihat dari bagaimana ketika seseorang menginjakkan kaki di pintu masuknya. Bandara memang bisa dikatakan menjadi pintu gerbang bagi sebuah kota atau provinsi. Image sebuah kota secara sekilas dapat tercermin dari bagaimana bandara tersebut disajikan. Penyajian bandara secara apik menjadi strategi tersendiri untuk menciptakan ketertarikan orang yang berkunjing ke kota tersebut, baik dalam jangka waktu panjang, maupun pendek.

P_20160525_091636-640x360

Bandara Sultan Thaha memang bisa dibilang belum lama beroperasi. Namun, meski demikian, keberadaannya dapat dikatakan bisa menciptakan kesan yang bagus untuk Provinsi Jambi. Sejak melakukan relokasi dari tempat lama yang dianggap tidak layak menuju lokasi baru yang lebih modern, Bandara Sultan Thaha mampu meningkatkan kinerjanya secara signifikan.

“Kami menciptakan Bandara Sultan Thaha ini dengan konsep yang modern, namun tetap tidak meninggalkan nilai-nilai lokal. Maka dari itu, desain bandara ini kami sajikan secara apik. Interiornya tetap modern, tapi ada nilai-nilai lokal yang kami sampaikan. Contohnya di pintu kedatangan, kami memajang beberapa contoh batik terbaik dari Jambi. Demikian pula dengan ukiran yang terpatri di setiap sudut bandara, bisa mencerminkan nilai lokal dari Jambi sendiri dan lebih terlihat fresh,” ujar Achmad Syahir, General Manager Bandara Sultan Thaha.

Konsep Bandara Sultan Thaha bisa dikatakan unik. Tidak seperti bandara-bandara yang ada di Indonesia pada umumnya, Bandara Sultan Thaha lebih terlihat hidup dan terbuka. Hal ini karena pada saat perancangannya, konsep yang ingin dituangkan adalah lifestyle airport. Tidak hanya sebagai pusat pergerakan mobilitas manusia, Achmad berencana mengelola komplek Bandara Sultan Thaha untuk bisa digunakan oleh masyarakat, terutama dalam memenuhi kebutuhan akan gaya hidup. Pemilihan tema untuk bandara ini memang bukan keputusan yang terjadi begitu saja. Ada beberapa hal yang dipertimbangkan oleh Achmad.

“Saya lihat di Jambi sarana untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup seperti tempat nongkrong masih kurang. Kesempatan itulah yang saya ambil. Rencananya kami akan membuat life style area di sekitar bandara untuk digunakan oleh masyarakat umum. Tidak perlu was was dengan keamanan karena sudah pasti diatur. Dari segi bisnis, ini tentunya juga akan menguntungkan kami. Selama ini, Bandara Sultan Thaha mengalami kerugian. Dengan berbagai macam program dan portofolio yang kami lakukan, serta branding Bandara Sultan Thaha sebagai life style airport pertama di Indonesia, kami bisa mencapai break event value di tahun ini,” tambah Achmad.

Selama ini, pendapatan Angkasa Pura II dari Bandara Sultan Thaha masih dominan dari bisnis aero, yakni sebesar 60 %, Lainnya berada di bisnis cargo dengan persentase 9% dan sisanya ada pada bisnis non aero seperti restoran dan gerai gerai yang ada di lingkungan sekitar bandara. Dengan diterapkannya konsep ini, diharapkan pendapatan dari aero maupun non aero dapat berjalan seimbang dengan perbandingan 50:50%. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved