Management Strategy

Bisnis Gula Merugi, RNI Masuk ke Pasar Air Kemasan dan Beras

Bisnis Gula Merugi, RNI Masuk ke Pasar Air Kemasan dan Beras

Sejak akhir 2013 lalu, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) terus mengalami kerugian yang cukup signifikan pada bisnis gula miliknya. Masuknya gula rafinasi impor, membuat gula produksinya terpukul di pasar. Gula rafinasi impor dijual dengan harga eceran lebih murah Rp500 per kilogram dibanding gula produksi RNI. Akibatnya, RNI mengalami kerugian hingga Rp 150 miliar pada Juli 2014 lalu.

Raja Beras RNI

Rupanya, tak mau berlama-lama terpuruk, perusahaan plat merah itu pun langsung bermanuver mencari jalan agar roda bisnis tetap terus berputar, RNI masuk ke bisnis air minum dalam kemasan dan beras. Pada 19/8/2014 lalu, kedua produk tersebut diluncurkan masing-masing diberi nama dagang Raja Air dan Raja Beras.

Selain pertimbangan bisnis, menurut Direktur utama PT RNI, Ismed Hasan Putro, masuknya RNI ke bisnis air dan beras ini juga sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan pemerintah yang bercita-cita mewujudkan kedaulatan pangan. “Prinsipnya kita (BUMN) semua harus gotong-royong bantu Bulog untuk mewujudkan kedaulatan panga, bangsa kita harus bebas impor,” ungkapnya.

Air kemasan (AMDK) tersebut diproduksi dalam bentuk gelas ukuran 330 ml, botol 600 ml dan 1500 ml serta kemasan galon. Untuk mendukung bisnis ini, RNI menginvestasikan Rp 150 miliar untuk membangun pabrik AMDKnya tersebut di Padalarang, Jawa Barat.

Tahap selanjutnya akan dibangun juga di Ungaran, Jawa tengah, Pandaan Jawa Timur dan Singaraja, Bali. Sedangkan untuk produk berasnya, investasinya mencapai Rp 350 miliar yang digunakan untuk membangun ricemill di empat wilayah yakni di Belitang, Sumatera Selatan, Indramayu, Subang dan Malang.

Kapasitas dari masing-masing ricemill tersebut adalah, 100 ton per tahun untuk ricemill di Belitang, Sumatera Selatan. Kemudian 150 ton per tahun untuk ricemill di Indramayu dan Subang, serta 100 ton per tahun untuk rice mill di Malang, Jawa Timur. Menurut, Ismed, pihaknya hanya berinvestasi di ricemill dan tidak ada investasi di lahan “Kami sengaja melakukan itu agar mendorong produksi beras petani, jadi kami kerjsama dengan mereka dengan sistem plasma, hasil produksi padi mereka dijual ke ricemill kami” jelasnya.

Pembangunan ricemill di Sumatera Selatan, tepatnya di Kab. OKU Timur siap dimulai pada Oktober 2014 mendatang dan ditargetkan akan beroperasi saat musim panen kedua tahun 2015 nanti. Sedangkan ricemill di Jatitujuh, Indramayu baru akan dimulai tender pengadaannya Oktober nanti. Demikian juga dengan ricemill di Subang dan Malang yang akan menyusul pembangunannya.

Untuk pemsaran air dan berasnya, RNI bekerjasama dengan ritel modern seperti Carrefour, Alfamart dan Indomaret serta agen beras resmi di pasar tradisional. Produk brasnya dibandrol dengan harga Rp 10 ribu per kilogram untuk beras premium dan Rp 9 ribu per kilogram untuk beras medium. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved