Book Review Strategy

Foodie and The City, Inspirasi Pebisnis Kuliner Pelajari Perilaku Konsumen

Foodie and The City, Inspirasi Pebisnis Kuliner Pelajari Perilaku Konsumen

Berburu kuliner enak di warung tenda pinggir jalan hingga restoran bintang lima telah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian orang di kota besar. Para pemburu kuliner yang lazim dikenal dengan istilah Foodie ini ternyata bisa dibedah dalam beberapa kategori berdasarkan perilaku petualangan kulinernya.

Pertama adalah scout foodie. Ciri-cirinya adalah ia selalu mewartakan temuan kulinernya yang ada di pelosok pasar tradisional atau saat traveling ke luar negeri. Ia selalu ditemani kamera profesional dan laptop untuk dikaryakan usai mencicipi hidangan.

Kedua, tipe buzz foodie, ini adalah orang yang selalu ingin menjadi bagian hype, dan tak ingin ketinggalan saat melihat temannya memposting tren kuliner baru di sosial media.

Ketiga, tipe quality foodie, mereka adalah senimannya kuliner. Layaknya kolektor lukisan mahal yang bisa mengeluarkan ratusan juta untuk sebuah lukisan abstrak yang hanya ia sendiri yang pahami, demikian halnya dengan para quality foodie.

Keempat value foodie, yang selalu berburu restoran dengan promo menarik seperti diskon.

Kelima adalah tipe fusion foodie, mereka ini adalah gabungan empat tipe sebelumnya, perburuan kuliner mereka menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan.

Demikian salah satu bahasan dalam buku berjudul Foodie and The City yang ditulis oleh tiga wanita publik figur yakni Nadia Mulia (artis dan model), Joy Roesma ( Penulis lepas ) dan Vania Wibisono ( Celebrity chef). Menurut Vania, buku ini memang dikemas ringan dan menghibur tettapi bisa dijadikan referensi bagi para pebisnis kuliner untuk mengintip tren dan perilaku konsumen saat ini.

IMG20150902151259

“Di Indonesia, mereka yang kelompok masyrakat kelas atas pun tidak sungkan untuk ikut berburu kuliner kaki lima yang sedang hits jadi perbicangan di media sosial,” jelas Vania.

Sebaliknya kelas menengah kini sudah mulai peduli dengan makanan sehat. “ Nah para pebisnis kuliner atau calon pebisnis sekarang harus punya referensi yang luas dan kemudian pilih posisinya yang bisa menunjukkan kekhasan resto atau kafenya, dengan begitu dia bisa fokus menggarap target pasarnya,” jelas Vania yang juga konsultan bisnis Horeka (hotel, resto dan kafe).

Bondan Winarno, pakar kuliner yang juga menjadi salah satu narasumber buku ini mengatakan tren kuliner saat ini sangat menyenangkan. Sejak dasawarsa terakhir ini timbul kesadaran kuliner yang cukup menonjol seiring dengan makin eksisnya rubrik kuliner di berbagai media. Yang juga menggembirakan adalah kesadaran kuliner yang muncul ini berfokus pada kuliner tradisional serta kaki lima.

Lebih lanjut Bondan menjelaskan, currated food market tidak bisa dielakkan lagi, kesadarn kuliner membuat konsumen semakin cerdas, menuntut autentisitas maupun kualitas, “Saya kira tren ini tidak hanya sekadar bertahan, tetapi juga menguat,” ujar Bondan optimis.

Tak hanya optimis soal tren kuliner tetapi, Joy sebagai salah satu penulis juga optimis dengan apresiasi pembaca akan buku barunya ini. “buku saya dan Nadia yang pertama, Kocok, itu sudah tiga kali cetak dan terjual diatas 12 ribu eksemplar,” jelas Joy.

Tetapi menurut Joy, buku keduanya bersama Nadia tak sesukses buku pertama, “Hanya terjuala sekitar 5 ribu eksemplar,” ungkapnya. Khusus untuk Foodie and The City, untuk launching perdana ini mereka mencetak sebanyak 4 ribu eksemplar dan distribusi oleh Gramedia. Joy sendiri optimis, buku ketiganya ini akan direspon bagus oleh pembaca. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved