Book Review

Melihat Peluang Bisnis Menggunakan "Fish Eye"

Melihat Peluang Bisnis Menggunakan "Fish Eye"

Mengapa brand lokal sulit berkembang di Indonesia? Mengapa di negeri subur loh jinawi pertaniannya terbelakang? Mengapa kita kerap gagap menangkap sinyal perubahan?

Sederet pertanyaan di atas terus menerus mengusik Handoko Hendroyono yang lebih akrab dikenal sebagai creative storyteller dan content creator. Kegelisahan terhadap bangsa kita yang menurutnya bangsa konsumtif. Ia merangkum ide serta pemikirannya dalam tiga tahun belakangan ini menjadi suatu buku yang berjudul “Fish Eye”

20151112_143129_resized

Salah satu kutipan yang menarik di dalam bukunya bahwa menurutnya di era serba terhubung seperti sekarang ini, terbuka peluang bagi siapapun untuk membangun usaha dan brand-nya sendiri. Rahasia sukses brand-brand baru sepeti Toms, Airbns antara lain karena berhasil membangun platform secara otentik dan disiplin berlandasakan $C ( Concern + Collaboration + Community + Commerce) dengan kata lain, mereka membangun ekosistem usaha yang subur.

Salah satu produser film Filosopi Kopi ini juga menuliskan saat ini trend dan countertrend seperti bersahut-sahutan melanda dunia konsumsi saat ini. Jangan salah, para pemilik mall dan minimart pun pantas ketar-ketir dengan perubahan tren yang selalu dipelopori oleh anak muda. Siapa yang menjamin bisa “pegang anak muda? Tak heran trend hunting akan menjadi disiplin berpikir urban marketer.

Kini, anak muda sangat berkuasa, sebagai wakil audiens yang paling diperhatikan gerak arahnya, anak muda akan menjadi penentu gerak bisnis. Anak muda yang sekarang bisa disebut sebagai netizen, yang memiliki spirit partisipasi yang kuat. Berdaya untuk menolak, berdaya untuk akur, dan berdaya untuk seenaknya sendiri.

Kalimat-kalimat di atas merupakan beberapa cuplikan yang berada di dalam buku Fish Eye. Menurut Handoko, didalam buku ini memang menawarkan cara pandang baru dalam melihat peluang dan masalah di dunia bisnis, kreativitas dan kemasyarakatan yang juga dilengkapi oleh banyak contoh kasus. Ia juga mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk anak-anak muda melakukan sesuatu sehingga tidak terus menjadi bangsa yang konsumtif..

“Saya sedikit banyak berharap, saat ini spiritnya memang untuk membuat sesuatu ke lingkungan bikin produk baru, jadi momentumnya harus dipake nih, tepat untuk anak-anak muda untuk melakukan sesuatu, sekarang banyak perusahaan-perusahaan mapan dunia banyak yang runtuh nah sementara muncul yang baru, saya takut jadi penonton lagi,” tuturnya.

Lebih lanjut Handoko menjelaskan dengan belajar dari acara berfikir kreatif brand-brand baru atau cara diplomasi kultur baru melalui inovasi-inovasi akan terlihat strategi yang cukup kuat dan efektif. Harapannya dengan bukunya ini ada sudut pandang kegiatan-kegiatan baru yang akhirnya timbul juga terobosan-terobosan baru. “Kita harus membuat sesuatu yang real, stepnya begini, hasilnya begini, dampaknya begini dan harus terukur,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved