Book Review Strategy

Mencegah dan Mengatasi Perilaku Buruk dalam Organisasi

Mencegah dan Mengatasi Perilaku Buruk dalam Organisasi

Judul : Bad Apples: Identify Prevent & Manage Negative Behavior at Work Pengarang: Adrian Furnham & John Taylor Penerbit : Palgrave-Macmillan Cetakan : Pertama, 2011 Tebal : xv + 304 halaman

Apabila sebuah apel busuk tercampur dengan apel yang bagus, maka bakteri yang terdapat di dalam apel busuk itu, secara bertahap akan menyebar ke dalam apel yang bagus, dan menjadikan apel kualitas bagus yang ada di dalam kotak apel busuk semua dan tidak ada harganya. Inilah asal mula istilah apel busuk (bad apple). Proses yang sama bisa pula terjadi di dalam sebuah organisasi. Ketika ada seseorang dalam organisasi memiliki perilaku tidak baik, maka lambat laun akan menyebar dan akhirnya menghancurkan organisasi itu secara keseluruhan.

Beberapa penelitian yang dilakukan baru-baru ini menemukan adanya kenyataan bahwa jumlah perilaku buruk (negatif) karyawan di dalam organisasi meningkat secara global. Padahal, dalam manajemen modern ini perusahaan telah dengan segala cara berusaha mencegah masuknya “orang berperilaku buruk” ke dalam perusahaan dengan melakukan saringan personel yang ketat, berbiaya mahal dan memakan proses lama. Namun, kenyataannya jumlah karyawan yang berperilaku buruk malahan cenderung meningkat. Kenyataan pahit yang harus dihadapi banyak perusahaan dewasa ini menunjukkan, perilaku kerja yang kontraproduktif (counter-productive work behaviors) semakin meningkat walaupun alat dan teknik untuk mengawasi perilaku karyawan yang sedang bekerja kian modern dan canggih.

Buku karya Adrian Furnham dan John Taylor ini berupaya menggambarkan bagaimana berbahayanya memiliki karyawan yang berperilaku buruk dan bagaimana tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulanginya. Berbagai langkah untuk mengidentifikasi dan mencegah masuknya personel yang memiliki perilaku buruk, dibahas secara cukup detail di buku ini. Selain itu, banyak diulas masalah bagaimana menyaring orang baik untuk masuk dalam suatu organisasi. Dalam porsi cukup banyak, dibahas masalah tes integritas (integrity testing), meskipun tetap harus diwaspadai bahwa secanggih apa pun alat, metode dan prosedur tes yang dilakukan tak bisa menjamin tidak adanya orang buruk yang masuk ke dalam organisasi. Semuanya selalu bisa diakali oleh baik personel yang melakukan tes maupun orang yang dites. Padahal, biaya yang dikeluarkan untuk memilih orang yang baik dan cocok untuk organisasi semakin membesar dari waktu ke waktu. Kejahatan kerah putih yang dilakukan karyawan yang berperilaku buruk ini semakin banyak terjadi meskipun telah banyak alat, metode dan prosedur yang diterapkan untuk mencegah tindakan negatif karyawan terhadap perusahaan.

Buku ini mengungkap tiga sumber utama penyebab perilaku buruk dalam organisasi. Pertama, yang bersifat intrapersonal, yakni karakteristik personal bawaan si karyawan yang memang pada dasarnya buruk, misalnya memiliki sifat pemarah, malas dan sebagainya. Kedua, yang bersumber dari sesuatu yang bersifat interpersonal yang muncul akibat tidak adanya pengelolaan hubungan yang baik antarkaryawan di tempat kerja. Ketiga, yang bersifat organisasional, yakni struktur organisasi yang ada memang berpotensi melahirkan karyawan yang pada akhirnya memiliki karakter buruk yang kemudian bisa merusak organisasi sedikit demi sedikit.

Pada dasarnya manusia adalah inti dari sebuah organisasi. Dia yang menggerakkan organisasi untuk tumbuh dan berkembang. Perilaku oranglah yang membuat sebuah organisasi dapat berjalan efektif dan menguntungkan sehingga pada akhirnya organisasi mencapai hasil yang diinginkan. Sementara proses, alat atau struktur hanya membantu organisasi dan personel di dalamnya untuk dapat bekerja yang efektif. Proses, struktur dan alat yang dimiliki organisasi hanya membantu personel untuk melakukan tugasnya, bukan menggantikannya. Maka, jika terdapat manusia “jahat” dalam suatu organisasi akan rusaklah organisasi itu. Pertumbuhan perusahaan tergantung pada keberadaan orang-orang “baik” dalam perusahaan dan kehancurannya disebabkan oleh adanya orang-orang “jahat” yang menggerogoti organisasi itu. Maka, organisasi harus bisa menyakinkan diri bahwa orang-orang yang menggerakkan roda organisasi merupakan jenis orang yang memiliki perilaku baik.

Adapun motif dilakukannya perilaku negatif dalam organisasi bisa dikelompokkan dalam tiga hal. Pertama, yang bersifat personal atau berasal dari dalam diri pribadi orang itu. Kedua, adanya unsur balas dendam kepada organisasi karena tidak diperlakukan secara adil. Ketiga, akibat pengaruh pihak luar yang dengan sengaja ingin menghancurkan organisasi itu. Motif ini harus dapat diidentifikasi lebih dulu sebelum mencari solusinya. Namun sayangnya, teori motivasi yang ada lebih banyak bicara tentang bagaimana cara memotivasi seseorang. Jarang sekali yang berusaha memahami faktor apa saja yang membuat orang tidak termotivasi dan mengapa orang berlaku destruktif dalam organisasi.

Secara umum, orang berperilaku buruk di organisasi karena mereka merasa tidak diperlakukan dengan baik. Tidak biasanya orang memiliki bibit perilaku jahat terhadap organisasi. Kendati ada kemungkinan untuk itu, perilaku jahat di organisasi lebih disebabkan faktor yang bersifat situasional dan kultural yang memicu mereka untuk bertindak jahat terhadap organisasi. Namun, dapat dikatakan juga perilaku jahat merupakan hasil atau produk dari kombinasi faktor lingkungan dan faktor diri pribadi orang yang melakukan kejahatan, bukan merupakan hasil dari satu faktor saja. Maka, ketika ditemukan kasus korupsi di dalam organisasi, yang dilakukan tidak hanya membuang si koruptor, melainkan juga harus mengubah budaya organisasi di tempat itu.

Buku ini semakin penting dipahami karena kendati telah banyak kejahatan kerah putih yang merugikan perusahaan yang terungkap, sebenarnya masih banyak yang belum atau tidak terungkap ke permukaan. Para penjahat perusahaan ini, yang merupakan benalu perusahaan, masih dapat dengan leluasa bergerak tanpa terdeteksi. Apa yang dimiliki perusahaan semacam pengetahuan, aset ataupun informasi sering kali berada dalam keadaan bahaya di tangan orang-orang jahat ini. Berbagai alat, metode dan prosedur memang telah diberlakukan oleh perusahaan untuk melindungi hal ini, tetapi tetap saja belum bisa mencegah personel dari dalam perusahaan sendiri untuk mengkhianati perusahaannya sendiri.

Untuk kasus Indonesia yang kasus korupsi di pemerintahan ataupun di perusahaan swastanya juga masih cukup tinggi, kehadiran buku ini bisa menjadi rujukan untuk mencegah dan mengatasi berbagai perilaku negatif di perusahaan agar tidak menjadi semakin berkembang. Ketika perilaku negatif sudah membudaya maka akan semakin sulit mengatasinya. Bisa jadi, tindakan yang bisa dilakukan hanyalah menunggu kehancuran atau kematian organisasi itu.

EKO WIDODO Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Komunikasi Unika Atma Jaya, Jakarta.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved