Book Review

Buku Perdana Karya Widyaretna Buenastuti

Buku Perdana Karya Widyaretna Buenastuti

Menjadi seorang ibu rumah tangga dengan 3 anak, Public Affairs and Communications Director PT Pfizer Indonesia, serta Ketua Umum Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan tak membuat Widyaretna Buenastuti berpuas diri. Dia ingin bermanfaat bagi diri dan lingkungan sekitar membuatnya melakoni profesi baru sebagai penulis.

IMG_20150605_164756_HDR

launching buku Widyaretna Buenastuti

“Awalya memang nggak niat, saya itu pelupa, makanya saya sering nulis. Lalu teman saya menyarankan untuk menulis blog. Ternyata responya cukup positif lalu salah seorang teman saya yang membaca menyarankan saya untuk membuat buku,” ujarnya sumringah.

Di sela-sela kesibukannya bekerja dan menjadi seorang ibu, ia pun memanfaatkan waktunya untuk menuliskan blog yang menjadi cikal bakal buku berjudul Every day is A Miracle. “Intinya saya ingin buku ini berguna bagi orang lain. Saya selalu ingat bahwa suatu hari kita akan meninggal dan bagaimana orang mengingat kita, tergantung dengan apakah kita baik atau tidak dengan mereka. Baik itu kan how we touch everybody,” dia menguraikan.

Mengingat latar belakangnya sebagai lulusan hukum Universitas Indonesia, ia pun tak menutup kemungkinan untuk mengangkat buku mengenai hukum atau anti pemalsuan obat, yang menjadi fokusnya saat ini.”Rencananya ada, tulisannya juga sudah ada tapi saya belum tahu kapan, saya juga sering menulis mengenai kesulitan-kesulitan disaat bekerja namun belum sempat saya keluarkan. Tulisan ini saya khususkan untuk blog yang berbeda, karena ilmunya berbeda.”

Ia pun belum memiliki cukup keberanian untuk menelurkan karyanya dengan tema yang lebih spesifik dan masih berfokus dengan tema kehidupan sehari-hari, mengingat target pasarnya merupakan semua kalangan. “Saya tidak ingin membatasi pasar karena tulisan dalam blog saya diterima oleh semua kalangan.”

Wanita berjilbab ini pun tidak memiliki target spesifik untuk penjualan 1.700 eksemplar bukunya. Ia hanya mengharapkan penjualan buku ini mampu menembus nasional best seller. Meski begitu ia sudah menyiapkan buku kedua nya “Buku kedua in proses karena di blog ad 3 cerita dan yang masuk ke buku ini hanya 39. Jadi saya sedang berusaha mencapai target dengan mengeluarkan dua buah tulisan setiap bulan.”

Menambah profesi sebagai penulis buku, masih merupakan hal yang canggung baginya. Mengingat profesi ini membutuhkan juga perhatian khusus. Berbeda dengan penulis lain, ia mengaku tak memiliki target buku dalam beberapa waktu ke depan, meskipun sedang mengerjakan buku kedua. ”Aku ngga ada kontrak, karena semuanya mengalir aja. awal penerbitan buku ini juga begitu, karena dirasa bagus lalu ditawarkan untuk diterbitkan. Prosesnya pun cepat, dari bulan Desember 2014 aku menulis lagi untuk menambah 200 halaman hingga Februari 2015,” ucapnya.

Lalu, buku itu direview dan mulai beredar sejak Juni 2015. Awalnya dia mengaku kaget juga waktu sudah dicetak 1.700 eksemplar. Padahal, mula-mula dia ragu apakah ada pangsa pasar untuk bukunya tersebut. Namun, penerbitnya meyakinkan bahwa toko buku Gramedia bersedia untuk menjual bukunya.

Hingga saat ini, buku dengan cover lukisan anaknya sendiri berjudul home sweet home ini, sudah terjual kes eluruh Indonesia melalui jaringan toko buku Gramedia dan toko buku lainnya. Ia pun berharap jika buku ini mampu menyentuh kehidupan banyak orang. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved