Management Editor's Choice Strategy

Ekonom Mandiri: Pertumbuhan Ekonomi akan Capai 5,3% Tahun 2015

Ekonom Mandiri: Pertumbuhan Ekonomi akan Capai 5,3% Tahun 2015

Kondisi ekonomi global masih akan melemah kendati ekonomi Amerika Serikat, menunjukkan pertumbuhan yang positif. Dampaknya, harga komoditas akan tertekan seiring jatuhnya harga minyak bumi, sehingga angka ekspor Indonesia yang didominasi komoditas tidak akan meningkat. Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia tahun 2015? Destri Damayanti, ekonom Bank Mandiri memaparkannya kepada Istihanah dari SWA Online:.

Destri-Damayanti info bank.com

Destri Damayanti, Ekonom Bank Mandiri (ist)

Bagaimana perkembangan ekonomi global tahun 2015 dan dampaknya terhadap Indonesia?

Tahun depan 2015 ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju ekonomi di Indonesia, yang pasti dari sisi global, yaitu normalisasi kebijakan di Amerika, di mana pemeritah Amerika yang awalnya banyak melakukan stimulus, mulai mengurangi stimulusnya. Jadi suku bunga ada kecenderungan akan naik, karena Amerika akan lebih berhati-hati karena mereka tidak mau ekonominya langsung overheating, karena saat ini ekonominya mulai tumbuh dan angka pengangguran sudah berkurang.

Untuk itu, mereka akan mempertahankan dengan cara menaikan suku bunga yang kemungkinan paling cepat akan naik di kuartal kedua. Hal ini perlu di waspadai oleh oleh Indonesia karena dengan naiknya suku bunga global akan menaikan biaya dana, dolar likuiditasnya juga berkurang, sehingga untuk Indonesia yang masih mendapatkan limpahan dana dari dolar mungkin akan lebih terbatas karena dananya naik.

Faktor lainnya dari sisi global adalah, walaupun Amerika trennya cederung ekonominya naik, tetapi untuk negara seperti Eropa, Tiongkoka, Rusia dan Jepang belum cukup membaik, sehingga dapat disimpulkan bahwa krisis ekonomi dunia belum pulih. Ini akan mempengaruhi dari sisi ekspor juga, tapi di satu sisi Eropa dan Jepang ekonominya masih belum membaik dan pemerintahnya akan melakukan stimulus, sehingga kita masih bisa mengharapkan likuiditas dari kedua negara tersebut. Jadi, artinya dampaknya terhadap Indonesia dengan normalisasi kebijakan Amerika akan mengurangi likuiditas, tapi untuk Eropa, Tiongkok, dan Jepang yang ekonominya masih melambat,pemerintahnya atau bank sentralnya masih melakukan injeksi dana di sistemnya, ini bisa dikatakan balance.

Harga komoditas, harga minyak tidak akan kemana-mana hanya akan berhenti di US$ 70 sehingga ini akan mendorong harga komoditas global tidak akan naik. Apalagi permintaan globalnya belum pulih, karena Eropa Tiongkok, dan Jepang masih slowdown, artinya ini akan mempengaruhi ekspor Indonesia, karena sebagian besar ekspor Indonesia berbentuk komoditi, ini paling enggak ada tiga faktor dari sisi global yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Dolar akan lebih mahal, likuiditas akan menurun, ekspor masih akan tertekan.

Mandiri gedung

Bagaimana Anda memprediksi situasi sosial politik tahun depan?

Konflik politik dapat reda, bahkan jika dilihat apabila parlemen dapat sportif terhadap pemerintah, bisa saja pertumbuhan akan lebih dari yang diperkirakan karena pemerintah akan dapat lebih cepat mengeksekusi program-programnya yang bisa berkontribusi terhadap stimulator pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

Bagaimana dengan masalah penegakan hukum?

Satu hal yang positif di mana harus menunggu kebijakan pemerintahan yang baru, di mana sistemnya lebih ke eksekusi, implementasi, ini adalah sesuatu yang ditunggu, jika ini bisa terwujud, tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang sumbernya dari pemerintah.

Bagaimana situasi ekonomi makro tahun depan ?

Saya mulai pertumbuhan ekonomi/GDP ditahun depan akan naik sekitar 5,3%, kemudian inflasi yang pada akhir tahun akan berada di level 5-5,5% jadi dampak dari kenaikan BBM itu akan habis di sekitaran bulan November, karena hanya menjadi pengaruh harga dasarnya, dengan harga komoditas turun juga, maka inflasi akan tetap.

Untuk neraca transaksi berjalan kalau saya melihat ini akan terus terjadi, seperti dari sisi ektenal akan berat, ekspor belum bisa meng-cover dengan baik dan ada kecenderungan impor akan naik, karena investasi yang naik, sehingga jika di rata-rata akan berada di level 2,6%-2,8% dari GDP jadi masih di atas aman. Utang luar negeri di tahun depan bisa saja bertambah apalagi untuk pembangunan. Presiden jokowi bilang, kalau Indonesia masih butuh suntikan dana dari luar, apakah investasi atau utang luar negeri, karena sumber dana domestik tidak cukup, saat ini utang luar negeri kita masih cukup aman di level 34% tapi memang angka ini harus dijaga agar tidak berlebihan, jadi utang luar negeri bisa dikatakan hanya collection untuk program-program yang membutuhkan dana luar negeri untuk proyek-proyek yang dibutuhkan masyarakat. BI rate saat ini 7,75% saat ini sudah berada di level yang standar.

Bagaimana pengaruh faktor-faktor yang men-drive bisnis terhadap perkembangan ekonomi nasional?

Tentu saja pengaruhnya akan baik, contohnya di sektor perikanan, dengan gebrakan yang dilakukan oleh pemerintah memberikan sebuah terobosan terhadap sektor perikanan Indonesia yang selama ini tidak bisa menghasilkan penerimaan negara yang besar, karena memang banyaknya kebocoran dan penggelapan, dengan adanya kebijakan yang keras oleh pemerintah yang sekarang akan memberikan sebuah hal yang positif, bahwa kebocoran ikan-ikan dapat ditekan dan mengoptimalkan nelayan untuk menghasilkan ikan-ikan tersebut.

Adanya rencana pembangunan alat transportas seperti trans Sumatera, Kalimantan dan lainnya juga akan membawa perekonomian ke arah yang lebih positif, karena salah satu kendala yang dihadapi di perekonomian Indonesia adalah sisi logistik. Nah, dengan akan dibangunnya jalur transportasi tersebut, diharapkan dapat memberikan angin segar terhadap perekonomian Indonesia.

Bagaimana pengaruh faktor-faktor “pengganggu bisnis kenaikan BI Rate, kenaikan BBM, MEA, utang luar negeri yang besar terhadap perkembangan ekonomi nasional?

Kalau BI Rate tidak memprediksi akan naik, yang menjadi konsern adalah nilai tukar yang akan naik, jadi transaksi yang menggunakan dolar akan meningkat, seperti impor yang meningkat, pembayaran utang makin meningkat, sehingga jumlah transaksi dapat diharapkan dapat selalu meningkat, karena ekspor diprediksi akan naik terus, jadi ini semua adalah pekerjaan rumah bagi BI, pemerintah, bagaimana memperdalam pasar valas Indonesia karena jika rupiah menurun, jangankan ada orang masuk untuk FDI, untuk portofolio saja masih mikir. Bagaimana caranya mendapatkan dolar baru, seperti misalnya dari ekspor dolarnya dapat disimpan di perbankan Indonesia, menciptakan instrumen baru untuk valas, jadi orang tidak perlu menaruh di luar negeri tetapi bisa ditaruh di instrumen dalam negeri.

Apa pula pengaruh faktor-faktor situasi sosial politik dan penegakan hukum terhadap perkembangan ekonomi dan bisnis tahun depan?

Konflik politik dapat reda, bahkan jika dilihat apabila parlemen dapat sportif terhadap pemerintah, bisa saja pertumbuhan akan lebih dari yang diperkirakan karena pemerintah akan dapat lebih cepat mengeksekusi program-programnya yang bisa berkontribusi terhadap stimulator pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Kemudian, kebijakan pemerintahan yang baru, di mana sistemnya lebih ke eksekusi, implementasi, ini adalah sesuatu yang ditunggu, jika ini bisa terwujud,tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang sumbernya dari pemerintah.

Bagaimana publik dan kalangan pebisnis menilai pemerintahan Jokowi (seperti apa positif atau negatifnya)?

Sisi positifnya, pemerintahan Jokowi ini sangat serius dalam melakukan kebijakan struktural, seperti menaikan harga BBM tanpa ragu langsung dinaikkan. Selain dari kebijakan ekonomi, adanya resolusi mental juga merupakan sisi positif dari pemerintah Jokowi. Jokowi juga serius terhadap pemberantasan korupsi, selain itu penyederhanaan birokrasi. Jika dilihat dari struktural ekonomi baik, selain itu pembangunan sumber daya manusia juga terlihat.

Negatifnya, mungkin implementasi dari proyek yang banyak di rencanakan oleh pemerintahan yang baru, perlu diamati juga darimana sumber pembiayaannya dan eksekusinya seperti apa, karena anggarannya saja belum di revisi, kalau dilihat dari cara kerja menterinya sudah akan positifnya terlaksana, kemudian APBN direvisi.

Bagaimana pula dampak realisasi MEA terhadap perkembangan ekonomi nasional? Bagaimana pula dampaknya terhadap dunia bisnis? Sesiap apakah pengusaha nasional?

MEA sebenarnya dimulai akhir tahun 2015, jadi di tahun ini masih belum akan terlalu kelihatan, tetapi bukan berarti hanya berdiam diri menunggu, di tenggang waktu yang masih setahun ini seharusnya pemerintah membuat mapping, sektor mana yang mampu di unggulkan dalam MEA, karena pada saat MEA diberlakukan arus barang, jasa bahkan tenaga kerja juga akan bebas. Sebaiknya para pengusaha selalu meningkatkan daya saing agar jika MEA resmi diberlakukan tidak akan tersingkir.

Dampaknya MEA terhadap dunia bisnis akan cukup besar, karena biaya logistik Indonesia yang cukup tinggi. Jika proyek infrastruktur akan berjalan hal tersebut dapat menekan ongkos-ongkos yang tidak perlu bagi pengusaha. Bagi para pengusaha, siap dan tidak siap, memang awalnya masih struggle.

Apa saja yang harus disiapkan dan dijalankan oleh para pengusaha dengan sejumlah (perkiraan) perkembangan di atas?

Pengusaha tetap harus meningkatkan daya saingnya, apalagi di tahun depan pasar bebas ASEAN akan dimulai dan persaingan tidak lagi hanya dengan pemain domestik, tetapi pemain dari regional juga akan masuk. Sehingga pengusaha harus tetap menaikkan daya saingnya. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved