Management Strategy

Enam Rekomendasi untuk Meningkatkan Performa Ekonomi Masa Depan

Enam Rekomendasi untuk Meningkatkan Performa Ekonomi Masa Depan

Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa dalam praktek ekonomi, bahwa efisiensi adalah prinsip utama. Semakin efisien maka semaki besar keuntungan yang didapat. Demikian gagasan yang dikembangkan dalam ekonomi hijau yang menjadi perhatian REDD+. Bahwa pertumbuhan ekonomi di masa depan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah efisiensi energi dan sumberdaya alam lainnya yang bertujuan menekan kadar emisi di lingkungan hidup kita.

REDD18

Deputi Bidang Perencanaan dan Pendanaan REDD+, Agus Pratama Sari, mengatakan, pertumbuhan ekonomi saat ini dan di masa depan nanti justru didorong oleh inovasi-inovasi baru yang lebih murah, mudah aksesibilitasnya dan ramah lingkungan “Contohnya biaya distribusi solar untuk pembangkit listrik tenaga diesel akan terus naik, sedangkan investasi untuk intalasi listrik dari panel surya lebih murah” jelas Agus.

Isu penting ini telah mendapat perhatian Komisi Global Ekonomi dan Iklim yang diwujudkan dalam sebuah program The New Climate Economy. Program ini merupakan inisiatif independen untuk menganalisis bagaimana sebuah negara dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sambil menangani resiko-resiko yang ditimbulkan akibat perubahan iklim. Studi ini didukung 24 pemimpin dari 19 negara yang manjadi anggota Komisi Global Ekonomi.

Ada enam catatan penting dari hasil studi tersebut yang akan direkomendasikan untuk pemerintah dan seluruh pihak terkait dalam pembangunan ekonomi suatu negara:

Pertama, persoalan tata ruang kota. Rekomendasinya adalah membangun kota yang lebih terhubung dan lebih tertata rapi berbasis sistem transportasi massal, dapat menhemat biaya investasi lebih dari US$ 3 triliun sepanjang 15 tahun kedepan. Hal ini akan meningkatkan performa ekonomi dan kualitas hidup dengan kadar emisi lebih rendah.

Kedua, mengenai tata kelola fungsi lahan. Memperbaiki setidaknya 12% dari total area lahan yang rusak/terdegradasi, akan membantu memastikan ketersediaan pangan bagi sebanyak 200 juta orang di dunia, meningkatkan pendapatan petani sebanyak US$ 4 miliar per tahun.

Ketiga, efisiensi penggunaan energi. Di saat harga solar berfluktuasi dan biaya distribusinya semakin meningkat, maka sumber energi khususnya untuk pembangkit listrik yang paling tepat adalah sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin dan air. Dengan demikian akan mengurangi ketergantungan dengan batu bara dan bahan bakar lainnya yang menghasilkan polusi tinggi.

Keempat, efisiensi sumber daya. Rata-rata negara di dunia mengeluarkan US$ 600 miliar sebagai biaya subsidi BBM yang berasal dari fosil, padahal invetasi untuk energi terbarukan rata-rata hanya sekitar US$ 100 miliar. Dengan demikian dari efisiensi tersebut memungkinkan ketersediaan dana bagi upaya pengentasan kemiskinan, kesehatan dan pendidikan.

Kelima, investasi pada pembangunan infrastruktur dengan instrumen pembiayaan yang baru dapat memotong biaya modal bagi program-program ramah lingkungan hingga 20 %.

Keenam, mengembangkan inovasi melalui kegiatan riset dan pengembangan di bidang teknologi rendah-karbon untuk berkontribusi terhadap sedikitnya 0,1 % dari Pendapatan Domestik Bruto, dapat mendorong gelombang baru inovasi untuk pertumbuhan.

Lebih lanjut, Agus juga menjelaskan bahwa saat ini baik pemerintah maupun sektor swasta telah sepakat untuk menerapkan prinsip ramah lingkungan dalam praktek bisnis dan ekonomi. Oleh karena itu, guna mendukung gerakan Stop Deforestation by 2030, maka REDD+ mengklaim akan ada dana sebesar US$ 5 miliar per tahun dari seluruh negara untuk gerakan perlindungan hutan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved