Marketing Strategy

Eskpor CPO Indonesia Menurun Saat Ramadhan dan Lebaran

Eskpor CPO Indonesia Menurun Saat Ramadhan dan Lebaran

Ramadhan sudah tiba. Biasanya pada saat Ramadhan permintaan akan minyak sawit akan meningkat signifikan diikuti dengan kenaikan harga akan tetapi tahun ini ternyata permintaan akan CPO dan turunannya asal Indonesia sangat lesu dan dibawah ekspektasi. Memasuki semester pertama tahun 2014, perdagangan ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia tidak secerah yang diperkirakan. Volume ekspor CPO dan turunannya hanya mencapai 9,8 juta ton atau turun 7,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar 10,6 juta ton.

GapkiPuasa

“Secara year on year basis, penurunan volume ekspor CPO Indonesia pada semester I 2014 terjadi karena berkurangnya permintaan dari India yang cukup signifikan hingga mencapai 37% dari 3,39 juta ton semester pertama 2013 turun menjadi 2,12 juta ton pada semester pertama 2014,” kata Fadhil Hasan Direktur Eksekutif GAPKI.

Sementara itu, ekspor CPO dan produk turunannya pada Juni 2014 mulai bergeliat naik mencapai 5% dibandingkan bulan sebelumnya, dari 1,7 juta ton pada Mei menjadi 1,79 juta ton pada Juni. Jika melihat kondisi dimana Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri sudah di depan mata, maka kenaikan volume ekspor ini tidak signifikan dan masih di bawah ekspektasi.

Namun demikian terdapat kenaikan ekspor CPO ke beberapa negara.Seperti yang sudah diprediksi kenaikan permintaan akan minyak sawit akan datang dari negara yang berpenduduk mayoritas muslim karena adanya peningkatan konsumsi selama Ramadhan dan hari raya. Kenaikan permintaan yang sangat signifikan datang dari Bangladesh. Volume ekspor ke negara ini tercatat meningkat 55% dibandingkan bulan lalu dari 116 ribu ton menjadi 180 ribu ton. Kenaikan permintaan juga datang dari Pakistan dimana volume ekspor tercatat meningkat 10% dibandingkan bulan sebelumnya dari 145 ribu ton menjadi 160 ribu ton.

Kenaikan permintaan yang cukup signifikan juga terjadi ke negara non-basis muslim Uni Eropa. Uni Eropa membukukan peningkatan ekspor sebesar 37% dibandingkan dengan bulan lalu dari 277,4 ribu ton menjadi 381 ribu ton. Diikuti China naik sebesar 9% dan India hanya membukukan kenaikan permintaan sebesar 3%. Namun, Amerika Serikat mencatatkan pengurangan permintaan CPO dan turunannya asal Indonesia sebesar 27% dibandingkan bulan Mei dari 36 ribu ton menjadi 26,5 ribu ton.

Kenapa dinamika permintaan di atas terjadi?. Dalam perspektif ekonomi global, CPO terus melemah dalam seminggu terakhir. Pelemahan minyak sawit mentah diperkirakan karena adanya sentimen negatif yang bersumber dari IMF akan melakukan revisi terhadap pertumbuhan ekonomi global emester II/2014. Negara importir seperti, India, Jepang dan China sudah menyiapkan stok.

Penurunan ekspor CPO Indonesia diperkirakan juga terjadi karena adanya pergeseran permintaan oleh beberapa negara pengimpor dari CPO ke produk turunan CPO ke minyak kedelai. Khusus untuk Amerika Serikat, penurunan permintaan terjadi karena stok kedelai yang melimpah dengan harga kedelai yang tergerus. Laporan pasokan kedelai oleh Departemen Pertanian AS mencatat pasokan kedelai pada 31 Agustus 2015 sebesar 415 juta bushel. Jumlah itu meningkat bila dibandingkan dengan perkiraan persediaan di Juni yang sebesar 325 juta bushel.

Dari sisi harga, harga rata-rata CPO di Rotterdam pada Juni 2014 bergerak di kisaran US$ 825 – US$ 875 per metrik dengan harga rata-rata US$ 856 per metrik ton. Harga rata-rata ini turun sekitar 4% dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Mei US$ 895,6 per metrik ton. Pada Juli ini harga diperkirakan masih stagnan, Ramadhan dan jelang Lebaran masih tidak mampu mengerek permintaan dan harga CPO global.

Sentimen negatif masih akan terjadi dan diperkirakan karena pasokan dan produksi CPO di Malaysia melimpah, sedangkan permintaan melambat. Pergerakan harga CPO untuk seminggu ke depan akan tergantung dari hasil laporan pertumbuhan ekonomi China. Ya, China tercatat sebagai konsumen terbesar CPO kedua di dunia, sehingga bila pertumbuhan ekonomi China tercatat positif akan ada harapan permintaan CPO dari negeri tirai bambu itu.

Dua pekan pertama Juli ini harga CPO global hanya bergerak di kisaran US$ 845 – 865 per metrik ton. GAPKI memperkirakan harga CPO hingga akhir Juni tidak akan bergerak jauh di kisaran harga US$ 840-US$ 880 per metrik ton. Diharapkan dua pekan ke depan sebelum hari Raya Idul Fitri harga masih bisa terkerek begitu juga dengan permintaan mengingat hari raya biasanya konsumsi lebih meningkat dibanding hari biasa.

Harga Patokan Ekspor Juli 2014 ditentukan oleh Kementerian Perdagangan sebesar US$805 dan Bea Keluar 10,5% dengan referensi harga rata-rata tertimbang (CPO Rotterdam, Kuala Lumpur dan Jakarta) sebesar US$ 865,35.

Sementara itu, dalam rangka mendorong perluasan pasar minyak sawit ke Turki, pada akhir Mei GAPKI bekerja sama dengan Kementerian Pertanian RI mengadakan acara forum bisnis antara pengusaha kelapa sawit Indonesia dengan pengusaha Turki di Istanbul. Tujuan dari forum bisnis adalah untuk meningkatkan perdagangan antara Turki dan Indonesia serta mempromosikan minyak sawit lestari Indonesia ke negara Timur Tengah khususnya Turki dimana Turki merupakan salah satu hub perdagangan ke beberapa negara tetangga Turki.

Untuk menjaga supaya harga CPO asal Indonesia tetap kompetitif GAPKI telah mengusulkan kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan untuk mengadakan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Turki. Seperti yang diketahui Malaysia telah lebih dulu menandatangani PTA dengan Turki sehingga bea masuk impor CPO asal Malaysia lebih rendah dibandingkan CPO asal Indonesia. Sejak PTA Malaysia dan Turki ditandatangani bea masuk impor CPO asal Malaysia turun dari 31% menjadi 20% sehingga harga CPO asal Malaysia jauh lebih kompetitif dibandingkan CPO asal Indonesia. GAPKI berharap pemerintah memberikan perhatian khusus mengenai hal ini. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved