Management Editor's Choice Strategy

Ivan Kamadjaja, Membangun dengan Pilar Teknologi dan Karyawan

Ivan Kamadjaja, Membangun dengan Pilar Teknologi dan Karyawan

Setelah menjawab banyak pertanyaan yang dikirim Kebon Ilmu, diketahuilah sifat dasar Ivan Kamadjaja, CEO Kamadjaja Group, bukan kemampuan atau performance-nya. Lalu sifat dasar Ivan dicocokan dengan kompetensi yang dipilih Kebon Ilmu sebagai ciri Future Transformation Leader, menunjukan sifat dasar Ivan hampir sangat fit. Maka tidak heran menurut Rosmala Dewi, CEO PT Rimbun Daya Hutama atau Kebon Ilmu kepada Herning Banirestu, Ivan menempati posisi kedua teratas dalam survei para pemimpin bisnis ini.

Menggunakan alat ukur WorkPlace Big Five Profile, hasilnya menunjukan sifat dasar Ivan, dipaparkan Dewi, bahwa lima sifat besar Ivan. Yang kemudian dijabarkan menjadi 23 sifat penjabaran. Ivan termasuk orang yang prizilion, yang artinya orang yang tetap tenang jika ada masalah, tidak reaktif.

Ivan Kamadjaja (utama)

Ivan Kamadjaja

“Mungkin karena sudah terbiasa menghadapi banyak tekanan, dulu waktu muda mungkin begitu, jadi sekarang belajar bagaimana menangani situasi. Dulu juga tidak terlalu meledak-ledak juga sih,” kata pria berusia 41 tahun ini.

Diceritakan Ivan, sebelum ia membantu bisnis keluarga yang didirikan ayahnya sejak tahun 1968 itu, ia bekerja sebagai profesional di berbagai perusahaan audit kelas dunia. Selepas lulus kuliah, di Wollangong University, Australia pada 1996 Ivan bekerja di KPMG selama setahun. Lalu ia pindah ke Arthur Andersen kurang lebih setahun. Ia kembali join dengan KPMG selama 6 tahun setelahnya.

Menurutnya, kala itu sebagai auditor, kalau sudah deadline pasti stres, kala itu Ivan suka melontarkan ucapan-ucapan yang menenangkan rekan-rekan kerjanya. “Saya bilang ke tim, rule number one, don”t panic, rule number two think cool. Itu saya sampaikan sambil bercanda,” ujarnya.

Dewi menambahkan sifat dasar yang ditemukan melalui metoda Sentax ini, tidak akan berubah seumur hidup, kecuali yang diteliti mengalami trauma besar. Berarti memang sifat dasarnya begitu, meski usianya bertambah atau berkurang. Artinya memang sifat dasar Ivan yang tenang ini ada dalam dirinya sebagai sifat dasar.

Sifat dasar lain yang menonjol pada Ivan menurut Dewi, ia berada di ambang batas antara introvert dan extrovert. “Kemampuan seseorang menerima stimulus yang dimiliki Ivan berada diantara kedua sifat ini, lebih kuat menghadapi kebisingan dan tekanan suara,” ujar Dewi.

Ivan Kamadjaja

Ia menekankan tidak ada alasan bahwa introvert lebih baik dari extrovert. Semua itu disesuaikan dengan kecocokan dari penilaian yang dilakukan oleh Kebon Ilmu.

Untuk originality Ivan, menurut Dewi, ia termasuk berada di angka yang tinggi. Sebagai pengusaha dibutuhkan cara-cara baru, melakukan hal-hal baru dan inovatif, ini kekuatan Ivan. Ivan mengaku suka sekali melakukan hal baru.

Contohnya kala grup bisnisnya membeli 18 ha tanah di Cibitung, langsung muncul ide yang disetujui oleh manajemen, untuk membangun konsep green warehouse. Memang gudang ini belum jadi, tapi konsepnya sudah dibuat untuk mengarah ke sana.

Ivan baru bergabung 2003 dengan perusahaan keluarganya yang bergerak di bidang logistik. Selama tiga tahun ia bekerja di Grup Kamadjaja. Lalu ia sempat membantu bisnis keluarga lain yang bukan di bidang logistik.

Tahun 2010, Ivan melakukan transformasi bisnis di Grup Kamadjaja. Ia membuat tema-tema lima tahunan di perusahaannya. “Saya buat untuk tahun pertama sebagai the year performance measurement (2011), karena melihat mengubah mind set pentingnya KPI,” ujarnya. Ia mengakui sebelumnya karyawan dalam perusahaan bekerja, ya hanya mengerjakan perintah atasan. Hanya pekerjaan rutin saja.

“Bahkan output-nya apa mereka tidak mikir, tahun 2012, saya canangkan delivering better performance,” ujarnya. Tahun ini dipacu lagi dengan tema transformation toward growth. Ia membuat banyak gimmick untuk mendorong kinerja karyawannya. Mengadakan workshop-workshop sebagai sarana komunikasi transformasi bisnis di perusahaan kepada para karyawan. Yang penting di dalamnya, menurut Ivan, informasi apa saja yang ingin dicapai perusahaan dalam setiap tahapan transformasi ia sampaikan.

“Ada empat hal yang ingin dicapai, mindset, people, technology dan process, semua itu saya kawal bagaimana penerapannya,” ujarnya.

Ivan mengaku dirinya memang termasuk pemikir. Adiknya Ivi menuruni bakat ayahnya yang jago melobi. Maka tidak heran, setiap perubahan internal Ivan yang berada di belakang ini. Sebagai Deputy CEO, Ivan memang aktif dalam day to dayoperation perusahaan. Ia dituntut untuk bisa menyampaikan tujuan perusahaan dengan baik.

Menurutnya, leadership style yang sekarang dimilikinya, banyak dipengaruhi juga setelah aktif di organisasi yang dipimpinnya sekarang. Ivan saat ini memimpin organisasi para wirausaha yaitu Entrepreneurs Organizations Indonesia. Ivan menjabat sebagai Presiden. Organisasi ini merupakan organisasi global yang didirikan di Amerika sejak 1986. Masuk ke Indonesia pada 1996, yang kini anggotanya sekitar 100 perusahaan yang keanggotaannya melalui undangan, bukan organisasi lain, perusahaan yang mendafrtar. Anggotanya antara lain Grup MAP, Kedaung, Ace Hardware dan sebagainya.

Dewi menambahkan sifat Ivan termasuk negosiator juga, tapi cenderung challenger, yang selalu kritis mengapa bisa A atau bisa B pada setiap apa-apa yang disampaikan bawahan atau kolega. “Ivan tidak comfort dengan pengakuan-pengakuan dan pujian,” ujar Dewi. Diakui Ivan, ia bukan tipe orang yang mengaku sebagai hasil kerja sendiri. Lebih suka diakui sebagai bagian dari kerja timnya. “Saya tidak ingin take the credit myself,” imbuh Ivan. Tergantung situasi, kalau ditanya ide dalam transformasi itu memang darinya, bahwa kemudian berhasil, itu berkat dukungan tim.

Ivan termasuk yang sangat fokus pada pencapaian dan menuju tujuannya. Yang ekstrim menurut Dewi, termasuk orang yang sangat terencana dalam melakukan apapun. “Saya memang detil dan perfeksionis, tapi semakin ke sini, saya makin menyesuaikan. Jika semua menunggu sempurna, justru tidak akan jalan-jalan,” imbuh Ivan. Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengatakan tetap saja ia masih berkeinginan untuk lebih detil. “Saya paling tidak suka menulis nama orang salah, juga jabatan, ini penting,”tegasnya.

Dijelaskannya, dalam transformasi ia selalu melakukan review dalam lini prosesnya. Pendelegasian wewenang harus ada. “Kecepatan pengambilan keputusan pun harus diperhatikan, agar tidak kehilangan momen,” imbuhnya.

Berdasarkan delapan kompetensi yang diukur antara lain : analytical thinking, basic leadership orientation, competitiveness, decision making skill, entrepreneurship, innovation, future orientation, dan optimism. “Ivan memiliki perfect fit di kompetensi analytical thinking, dengan nilai sepuluh, selain itu entrepreneurship-nya juga tinggi dengan nilai sembilan,” ujar Dewi. Ia mengakui sifat dasar ini, karena menurutnya sebagai pimpinan, dalam mengambil keputusan harus ada dasarnya, karena akan menjaga konsistensi. “Kita akan konsisten jika tahu apa why-nya,” ujarnya. Tanpa itu menurut Ivan, akan banyak berubah jika ditanya anak buah.

Menurut Dewi, apa yang keluar dari pengukuran dirinya sebagai sifat dasar yang fokus, imajinasi tinggi dan prizilian. Lalu bagaimana perusahaan melihat sifat Ivan ini, menurut Dewi, ini sudah bagus, maka yang utama adalah memanfaatkan sifat kuat Ivan dengan lebih maksimal. “Ivan termasuk yang suka perubahan, change is my friend,” ujar Dewi. Ini diakui Ivan, perubahan sebagai sesuai yang harus dilakukan, jangan dilakukan karena terpaksa.

“Waktu saya join dengan perusahaan keluarga ini, secara struktur organisasi memang belum rapi. Setiap meeting ada yang terlihat belum raph. Sebagai pemimpin, saya kan harus tahu siapa yang jago manah, siapa yang bisa pedang dan sebagainya,” katanya. Maka itulah ia sangat detil bertanya ini.Apalagi ia punya pengalaman di perusahaan kelas dunia. Dan saat awal melakukan perubahan diakui tantangan berat pada orang. Terlebih yang dihadapi adalah keluarga sendiri.

“Pelan-pelan saya sampaikan. Saat awal apa pun saya terima masukannya. Intinya saya selalu berikan bukti. Ini makin meyakinkan, dengan hasil di keuangan, apalagi kemudian margin yang semula hanya 15 persen jadi 30 persen,”ujarnya. Maka itulah target 2016 pun sudah disiapkan. Apa itu, Ivan belum mau cerita, karena masih dalam perencanaan bisnis. Yang jelas, ia ingin membangun organisasi yang kuat dulu, karena ini pondasi membangun bisnis yang kuat juga. Terutama orang-orang, infrastruktur dan teknologi.

“Saya ingin membangun Kamadjaja dengan dua pilar, yaitu people dan technology,” ujarnya. Ia berharap dengan ini bisa mendorong target dalam 2-3 tahun perusahaan bisa go public. Human Capital ini terus menjadi perhatian Ivan. Ia juga pernah melakukan profiling karyawan demi mendorong perubahan yang dilakukannya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved