Editor's Choice Strategy

Kendalikan Impor dengan Substitusi Produk Domestik untuk Menekan Defisit

Kendalikan Impor dengan Substitusi Produk Domestik untuk Menekan Defisit

Jika rencana pembangunan infrastruktur berjalan sesuai rencana, maka dampaknya akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, bahkan bisa membawa Indonesia keluar dari middle income trap. Apa saja peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia di tahun 2015? Purbaya Yudi Sadewa, Chief Economist Danareksa Sekuritas mengungkapkannya kepada Fardil Khalidi dari SWA Online:

Purbaya Yudi Sadewa

Purbaya Yudi Sadewa

Bagaimana Anda memprediksi situasi sosial politik tahun depan terhadap pertumbuhan ekonomi?

Pertumbuhan ekonomi tahun depan, pemerintah menargetkan di angka 5.5% – 6%. Namun ada catatan penting, yakni terkait dengan infrastruktur, yakni jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, bandara, dan tol laut. Pemerintah mengagendakan adanya pemerataan pembangunan tersebut sampai ke Indonesia Timur. Apabila ini bisa direalisasikan, nantinya bakal menjadi faktor pendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia, di mana dikaitkan juga dengan optimalisasi pembangunan daerah, termasuk dari sektor yang substansial, seperti marine, mining, dan agribisnis, maka bisa membawa kita keluar dari middle income trap.

Kemudian apa syaratnya agar pertumbuhan ekonomi tersebut ercapai? Pertama tidak dilanda krisis keuangan di dalam dan di luar negeri. Namun saya mencatat sepertinya akan ada masa penyesuaian terhadap normalisasi kebijakan AS untuk untuk menaikkan suku bunga acuan. Kemudian penyerapan belanja pemerintah harus sesuai target, investasi asing masuk ke Indonesia dengan terpadu yang dibarengi dengan penggalakan sektor riil UMKM.

Bagaimana prediksi Anda terhadap masalah penegakan hukum?

Penegakan hukum sangat berpengaruh terhadap proyeksi ekonomi dan bisnis mendatang. Penegakan hukum yang tegas, tanpa pandang bulu tentu saja bisa mengatrol pertumbuhan ekonomi kita. Contoh sektor pertanian, mengapa produknya rendah? Karena kita tidak serius mendorong sektor ini. Kita lebih suka mengimpor, karena dengan impor, bisa lebih banyak upeti yang diperoleh oknum pejabat kita atau pencari rente (rent seekers). Seperti kasus impor daging sapi, impor beras dan lain-lain. Begitu juga dengan migas, kalau mafia-mafia tersebut masih leluasa bermain di sana, ya jelas defisit terus.

Logikanya begini, kita mengimpor BBM jadi, harganya lebih mahal ketimbang kita mengekspor gas alam, semahal-mahalnya gas alam masih lebih mahal BBM jadi. Ada wacana bahwa pemerintha akan membangun beberapa kilang minyak di Indonesia untuk mengolah dari crude menjadi BBM jadi, jika itu direalisasikan, kemudian ada hukum yang menaungi itu, saya rasa kalau kita berpikir makro ini bisa menjadi momentum untuk menjaga stabilitas ekonomi negara. Initnya adalah penegakan hukum di segala bidang guna menuju pada keadilan ekonomi. Ini juga terkait dengan pesan Presiden Joko Widodo, revolusi mental, termasuk penegak hukumnya, jangan ada lagi suap, sogok sana sini, gratifikasi. Sehingga jika itu bisa dihindari maka tidak akan lagi ada biaya-biaya yang tidak perlu.

Bagaimana Anda memprediksi situasi ekonomi makro tahun depan misalnya indikator-indikatornya seperti pertumbuhan ekonomi/GDP, pertumbuhan inflasi, neraca transaksi berjalan, utang luar negeri, BI rate, dsb?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2010 sampai 2013, itu didominasi oleh peningkatan investasi dan konsumsi rumah tangga. Agaknya pertumbuhan situasi ekonomi makro tahun depan cenderung lebih baik ketimbang tahun sebelumnya, yakni dengan asumsi pertumbuhan GDP 5.5% – 6%. Karena melihat dari indikator – indikatornya seperti konsumsi sektor swasta yang mengalami peningkatan, dibarengi dengan kredit yang lebih ketat sebagai penyeimbang. Di samping itu, ini juga tergantung dengan suku bunga yang cenderung naik, dan akan mulai terasa pada pertengahan 2015 nanti. Jika tidak terlalu signifikan pertumbuhan ekonomi bisa mendekati 6%.

Jangan lupa juga, faktor eksternal juga mempunyai andil dalam pertumbuhan ekonomi kita. Karena Indonesia ini kan bisa dikatakan sebagai mitra yang strategis negara-negara lain, sebagian besar bahan baku mereka supply dari sini. Dan tendensi pertumbuhan global ini juga akan berpengaruh terhadap peningkatan permintaan komoditas ekspor kita.

Kemudian terkait dengan inflasi, tahun ini pergerakan inflasi akan sedikit naik, yang dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM, juga tarif dasar listrik, sehingga mau tidak mau BI rate juga ikut naik di angka 8% paling tidak. Sehingga ada sedikit impak terhadap daya beli masyarakat. Namun itu akan berjalan baik apabila ada alokasi ke infrastruktur, pengembangan teknologi, sehingga memacu produktivitas dalam negeri.

Hubungan BI Rate dengan Pasar Modal: Ketika inflasi mulai naik tidak terkendali, maka efeknya adalah biaya operasional para perusahaan yang terdaftar di BEI menjadi membengkak, karena naiknya harga bahan baku dan gaji karyawan. Akibatnya, laba bersih para emiten dikhawatirkan akan turun. Alhasil, harga sahamnya pun turun. Dan jika hal ini terjadi pada banyak saham, maka IHSG secara keseluruhan juga akan turun. Jadi ketika BI Rate dinaikkan dan harapannya inflasi akan terkendali, maka IHSG juga bisa bangkit kembali

Untuk neraca pembayaran, saya sendiri melihatnya ada sedikit kekhawatiran. Setidaknya karena inflasi tersebut yang mungkin akan berada diatas 8%, dari target sebelumnya 4.5%, dibarengi juga dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Juga, karena pertumbuhan impor migas dan nonmigas masing masing sebesar 52.4% dan 24.8%, ini juga bisa memberikan tekanan pada neraca pembayaran.

Agaknya, jika dapat mengendalikan impor dengan mensubtitusi dari dalam negeri, bisa menurunkan defisit neraca transaksi berjalan. Saya mendukung program pemerintah seperti dalam hal hilirisasi industri, penggunaan energi terbarukan dalam industri, efisiensi, serta pengembangan sektor ekonomi mikro.

Bagaimana pengaruh faktor-faktor yang men-drive bisnis bila terlaksana terhadap perkembangan ekonomi nasional?

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi nasional itu antara lain itu adalah dari sisi investasi, itu mestinya didorong sebagai penggerak perekonomian dengan pertumbuhan sebesar 5.5%, konsumsi negara pertumbuhannya jangan lebih dari dari 5%, sehingga bisa memberikan efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran. Kemudian ekspor barang dan jasa juga perlu ditingkatkan, yakni juga dibarengi dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan. Dan itu terlaksana apabila pemerintah berhasil mengoptimalisasi infrastruktur, baik itu dengan perbaikan yang ada, atau penambahan-penambahan.

Bagaimana pengaruh faktor-faktor “pengganggu bisnis terhadap perkembangan ekonomi nasional?

Kenaikan BI rate, alih-alih bisa menarik kembali modal ke Indonesia yang diharapkan mampu membangkitkan pelemahan nilai tukar rupiah, malah juga bisa menjadi pengganggu. Pasalnya ini juga bisa menjadi indikasi peningkatan inflasi, bahkan dikawatirkan bisa lebih dari 8%. imbas lainnya adalah bisa mmemicu kenaikan bunga kredit, dan kredit macet. Industri manufaktur paling besar merasakan dampak dari ini, ditambah sektor properti, perbankan, juga FMCG.

Kenaikan BBM. Secara umum kenaikan BBM berpengaruh terhadap penurunan daya beli masyarakat, di mana juga pengaruh dari efek domino, BBM naik harga- harga naik mengikuti. Sementara efek makronya, itu terasa pada pertama andil kepada inflasi, kedua pelambatan pertumbuhan kredit konsumsi, juga kepada peningkatan NPL, yang ujung2nya akan terasa pada sektor industri, walaupun sifatnya hanya sementara.

Pelemahan nilai tukar rupiah, ini perlu diwaspadai, karena ekonomi makro memerlukan kestabilan dari nilai tukar rupiah, bukan labil. Justru pelemahan ini akan membebani industri yang membutuhkan barang-barang impor, dan itu menjadi lebih mahal. Dan imbasnya harga jual menjadi meningkat. Bukan itu saja, pelemahan rupiah juga akan mempengaruhi beban utang luar negeri dan pemerintah. Prediksinya sampai kuartal pertama ini masih akan terasa. Karena itu, perlu upaya serius dari pemerintah untuk mengembalikan posisi ini, yakni tingkat intervensi BI perlu dipertajam, dan kedua menaikkan suku bunga.

Menurut perkiraan Anda, bagaimana publik pada umumnya dan kalangan pebisnis menilai pemerintahan Jokowi (seperti apa positif atau negatifnya)?

Dampak positif. Dengan dinaikkannya BBM, sebagian kalangan pebisnis itu sangat antusias menyambut itu, karena subsidi BBM bisa dialihkan untuk keperluan yang lain, seperti infrastruktur. Begitu juga dengan kenaikan BI Rate sebesar 7.5% ini diapresiasi sebagai langkah antisipasi Bank Indonesia agar defisit transaksi berjalan bisa digiring di bawah 3% dari PDB, dan membuat dana asing tetap bertahan di Indonesia. Begitu juga kalangan pebisnis menyikapi dorongan pemerintah untuk mengoptimalkan teknologi, ini juga diharapkan dapat mendorong prodiktivitas, efisiensi, dan efektivitas produksi dalam negeri.

Sisi negatifnya, tidak bisa dipungkiri adalah pada penurunan daya beli masyarakat, dan kenaikan tingkat inflasi yang menyebabkan adanya penyesuaian terhadap cost of production perusahaan yang agaknya sedikit membengkak.

Bagaimana pula dampak realisasi MEA teradap perkembangan ekonomi nasional? Bagaimana pula dampaknya terhadap dunia bisnis? Sesiap apakah pengusaha nasional?

MEA itu terkait erat dengan bagaimana sektor industri menyikapi itu, seberapa siap mereka menghadapinya? Membangun SDM-nya bagaimana? Ini pun menurut saya bisa menyajikan impak positif maupun negatif, dampak positif adanya keterbukaan perdagangan, kita keluar pun regulasinya bisa ditakar dan mudah. Dampaknya adalah pada potensi ekspansi berbagai sektor industri, mulai dari FMCG, manufaktur, telko, sektor pertambangan dan lain-lain. Tantangannya adalah pada bagaimana pemerintah menyiapkan hal itu, yakni dengan realisasi infrastruktur, pembaruan pelabuhan, dan bandara. Selain itu, tantangannya juga pada talent war di mana nantinya bakal ada standar sertifikasi, di mana apabila talent tidak match dengan itu, bisa tergeser oleh talent luar.

Apa saja yang harus disiapkan dan dijalankan oleh para pengusaha dengan sejumlah (perkiraan) perkembangan di aApatas (kalau perlu apa do’s and don’ts-nya)?

Follow regulation, be innovative, dan prepare the best people-nya. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved