Management Editor's Choice Strategy

Kompetensi dan Perilaku Menjadi Syarat Pemimpin di Grup Astra

Kompetensi dan Perilaku Menjadi Syarat Pemimpin di Grup Astra

Dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, PT Astra International memiliki Integrated Talent Management, sebagai kawah candradimuka untuk menggembleng para leader di Grup Astra. Sedangkan yang khusus mengembangkan leader adalah Astra Leadership Program, yang merupakan salah satu dari aktivitas training Astra. Ini bersifat mandatory untuk orang-orang memenuhi syarat. Bagaimana Grup Astra mengembangkan dan mempersiapkan future leader-nya? Aloysius Budi Santoso, Chief Corporate Human Capital Development PT Astra International Tbk., memaparkannya kepada Destiwati Sitanggang dari SWA Online:

AstraBudi

Aloysius Budi Santoso, Chief Corporate Human Capital Development PT Astra International Tbk.

Bagaimana pendapat Anda tentang prestasi Astra dalam Creating Leader from Within?

Pertama, tentu satu hal yang menggembirakan dan membanggakan untuk kami, sehingga kami bisa dinobatkan sebagai salah satu yang terbaik dalam Creating Leader from Within. Ini menunjukkan apresiasi dari komunitas yang direprentasikan oleh para juri. Tentu sebagai bentuk pengakuan bahwa apa yang kita kerjakan selama ini, bukan sesuatu yang baru dilakukan setahun atau dua tahun tapi sudah bertahun-tahun yang lalu, memang arahnya sudah tepat.

Apa filosofi yang ditanamkan dalam melakukan pengembangan leader?

Pertama, pengembangan leader kami bukan dimulai dari program development itu sendiri, tapi dimulai dari saat kita melakukan rekrutmen terhadap orang yang masuk ke Astra. Secara konsisten kami melakukan pengembangan itu terus menerus sampai ke jenjang-jenjang berikutnya. Prinsipnya, kami melihat orang selalu lihat dari dua perspektif, yaitu behavior (attitude) dan kompetensi. Jika kita melakukan pertimbangan, apakah kita akan memilih orang yang memiliki kompetensi yang tinggi sekali tetapi attitude yang kurang pas dengan kami atau memilih orang kompetensi yang di atas rata-rata tetapi attitude-nya sesuai dengan apa yang kami inginkan, maka pilihan kami yang kedua. Ini salah satu prinsip yang kita terapkan dalam proses rekrutmen yang berlanjut pada proses development.

Poin behavior atau attitude merujuk pada filosofi korporat kami, yang kita sebut sebagai Catur Dharma. Catur Dharma ini meliputi bagaimana kita menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara; bagaimana kita memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan; bagaimana kita menghargai individu dan membina kerja sama; dan bagaimana kita senantiasa berusaha mencapai yang terbaik. Catur Dharma inilah yang menjadi acuan dalam memilih attitude yang sesuai dengan kami, dari sini juga kita tidak melupakan kompetensi dari orang tersebut.

Aloysius(tegak)

Lalu, bagaimana konsep pengembangan SDM dan leader di Astra sendiri?

Pertama, kita mencoba mengidentifikasi SDM kita. Di sini kita memiliki Human Asset Value Mapping sebagai alat untuk melakukan profiling terhadap SDM kita. Di dalam Human Asset Value Mapping terdapat dua sumbu, yaitu performance dan kompetensi. Dari sini, kita dapat mengidentifikasikan mana yang kita sebut sebagai top talent, high perfomance, dst. Setelah proses identifikasi, barulah proses metode development kita kembangkan dan lakukan.

Kalau berbicara tentang leader, maka yang menjadi leader di Astra itu, rata-rata orang yang diidentifikasikan sebagai talent. Dalam program development leader ini kita sebut dengan Integrated Talent Management, pengembangan talent itu bukan hanya dengan training/pelatihan, tetapi juga rotasi atau assignment, coaching dan mentoring. Hal ini diterapkan di berbagai strata dalam organisasi.

Dalam pelaksanaan development program tersebut, apakah ada pembagian persentase dari training, assignment, dan coaching?

Kita tidak memiliki rumusan baku, karena konsep pengembangan ini menyesuaikan dengan orangnya dan kebutuhan pengembangannya. Konsep pengembangan ini disesuaikan dengan hasil profiling yang juga menunjukkan hasil assessment dan dari situ kita akan tentukan konsep pengembangannya, apakah menggunakan training, assignment, atau coaching.

Lantas, apa saja program pengembangan leader yang ada di Astra?

Program pengembangan ini dibagi menjadi dua, teknikal kompetensi dan leadership kompetensi. Kalau teknikal kompetensi terkait dengan fungsi-fungsi mereka dalam perusahaan, sedangkan yang berkait dengan soft kompetensi, di Astra memiliki program Astra Leadership Program. Astra Leadership Program ini layaknya pendidikan di TNI, setiap orang yang akan naik tingkat harus melalui pendidikan terlebih dahulu. Program-programnya ada Astra Basic Management Program, Astra Supervisory Management Program, Astra Middle Management, Senior Management, General Management, dst.

Semua program ini di bawah program Astra Leadership Program yang diselenggarakan oleh kantor pusat. Semua karyawan dari bisnis unit yang memenuhi kriteria ini, dia harus ikut dalam program-program leadership ini. Ini program mandatory, tentu di luar program ini ada beberapa program lain yang dilakukan baik dalam bentuk benchmarking, FGD, studi kasus, ataupun mereka diikutsertakan dalam modul-modul pelatihan yang diselenggarakan oleh berbagai macam institusi. Kita mengirimkan future-future leader kepada institusi ternama seperti INSEAD, Stanford, dll, sangat beragam, ada sifatnya in house, ada yang kirim ke training course, ada yang dikirim ke institusi yang sifatnya workshop.

Apakah yang di luar in house itu jatuhnya kerja sama?

Sangat bervariasi ada yang sifatnya kerja sama partnership untuk jangka panjang, ada juga case by case. Yang long term kita partnership dengan NUS untuk program Astra General Management, atau juga dengan INSEAD untuk program Astra Executive Program. Yang case by case, seperti Juli lalu saya dikirim ke Stanford, itu kami tidak memiliki long term partnership. Program-program ini berlaku dari di level baru masuk, mau jadi supervisor, manajer, senior manajer, semua ada pendidikannya bukannya hanya di level direksi saja. Ini hal-hal yang berkaitan dengan training, tentunya di luar ini masih ada assignment dan coaching.

Intinya, dalam pengembangan SDM kami ada Integrated Talent Management, yang khusus mengembangkan leader adalah Astra Leadership Program, dan ini merupakan salah satu dari aktivitas training kami. Ini bersifat mandatory untuk orang-orang memenuhi syarat.

Lalu bagaimana dengan MT?

MT sesuatu yang berbeda dengan pengembangan leader, tetapi lebih ke cara kita mencari kandidat yang terbaik untuk masuk ke perusahaan dengan harapan orang-orang ini dapat menjadi future leader di sebuah perusahaan. MT lebih ke program di area rekrutmen bukan area leadership program. Bukan berarti semua leader kami berasal dari program MT, jika memang ada orang yang talented dan masuk lewat jalur di luar MT, itu juga bisa kita lanjutkan dalam program Astra Leadership program. Itu semua kita lihat dari hasil profiling kita.

Orang yang talented menjadi leader kita prospek dalam Astra Leadership program, tapi yang belum talented menjadi leader tidak kita biarkan begitu saja. Semua tetap kita kembangkan untuk meningkatkan kompetensi.

Bagaimana peran AMDI?

AMDI hanya salah satu organisasi layaknya lembaga sekolahnya, tapi di luar AMDI masih banyak lagi. AMDI hanya fokus pada Astra Leadership Program dan program-program yang berkaitan dengan kultur, tetapi tidak semua program harus melewati AMDI.

Apakah ada menyewa jasa konsultan dalam melakukan pengembangan?

Tergantung, ada yang kita kembangkan sendiri dan yang mengajar orang internal kita dan ada yang bekerja sama dengan partner. Kalau di bidang pendidikan kita bekerja sama dengan Bina Nusantara, Prasetya Mulia, NUS. Di luar itu masih banyak sekali yang tidak bisa kita sebutkan.

Dari sekian banyak program development di sini, memang kebutuhan leader di Astra berapa?

Perusahaan di bawah kami ada 183 dan kebutuhannya berbeda, karena ada yang besar dan kecil, saya tidak punya hitungan secara pasti. Kami serahkan pada direktur HRD masing-masing bisnis unit. Astra memiliki karyawan 218.00 dengan 183 perusahaan, semua karyawan masuk dalam grade system yang sama, yang tinggi masuk grade 7 dan yang rendah grade 1. Yang dikelola langsung di Astra pusat adalah executive Astra yang masuk grade 6 dan 7, sisanya grade 1-5 kami serahkan pada masing-masing bisnis unit. Tapi kita juga tetap memantau top talent di golongan 5.

Bagaimana dengan tingkat keefektifan program ini dalam menciptakan leader?

Kita cukup konservatif dalam menetukan seseorang untuk menempati posisinya. Artinya, jika ada jabatan kosong, kita tidak serta merta menempatkan seseorang dalm posisi tersebut, kita juga melihat dulu dari pembuktiannya, assessment, track record pembekalan, termasuk juga acceptance dari rekan-rekan yang lain. Dalam menentukan leader, kita bukan hanya melihat dari kompetensi dan behavior, tetapi juga acceptance dari rekan-rekan kerja, baik atasan maupun bawahan, semakin tinggi jabatan maka acceptance ini semakin penting, karena pada akhirnya, dia tidak bisa bekerja sendiri, tetapi bekerja dengan tim. Semakin tinggi jabatan, kami semakin hati-hati, bahkan di-deputi-kan dulu.

Berdasarkan hal tersebut, sangat jarang orang ditempatkan dan gagal. Dari total top executive Astra, 351 orang, itu hanya 15 orang yang pro-hire, kira-kira 97% itu dari promotion from within.

Bagaiman pemanfaatan IT dalam pelaksanaan program?

IT kami pada dasarnya tidak terlalu canggih, lebih difungsikan untuk administrasi biasa. Kita baru memanfaatkan IT secara masif baru 2-3 tahun ke belakang. IT memang sangat penting, tetapi akhirnya IT itu hanya enable tools dan yang betul-betul diperlukan adalah komitmen dari pada pimpinan, persistensi, konsistensi dan menjaga nilai-nilai ke-Astra-an. Mungkin inilah yang menjadikan kami berbeda, karena secara konsep, cara kami tidak jauh berbeda yang lain.

Bagaimana cara Astra mengatasi talent war?

Kalau orang keluar, sebetulnya dia bukan meninggalkan perusahaan, tetapi meninggalkan atasannya. Kalau karyawan memiliki lingkungan kerja yang baik dan atasan perhatian, percayalah dia akan betah. Kecuali untuk kasus ekstrem, seperti kariernya mentok, karena akhirnya organisasi itu bentuknya piramida, tidak bisa semua orang bisa jadi direktur.

Jadi, hal yang kami tanamkan adalah setiap leader harus menjadi people leader dan kami jaga mereka dengan melakukan pengembangan, akselerasi karier. Tapi, kami juga tidak akan menghalangi jika ada yang ingin keluar, karena itu hak hidup orang. Tapi satu hal, kami di Astra sangat percaya dengan meng-ewongke orang, dibahasakan mengorangkan orang atau memanusiakan. Jadi kita kerja dianggap sebagai orang, bukan sekadar alat kerja saja yang butuh gaji. Kami sangat kental dengan meng-ewongke orang ini yang dikelola dengan sistem. Kombinasi antara dua hal ini, diharapkan dapat menahan orang.

Lalu, apakah ada kekhawatiran dalam menghadapi MEA 2015?

Dalam menghadapi MEA kami tetap waspada, dari sisi bisnis, mengingat kita penguasa pasar, tentu kita harus bebenah karena kompetisi akan semakin ketat. Dari sisi SDM, kita lihat dari perspektif mana, penerima orang kerja atau kita yang mempertahankan orang internal kita. Jika sebagai penerima orang kerja, kita tetap terbuka asal nilai-nilai yang ada dalam diri orang dari negara luar itu masih sesuai dengan kita. Tapi, kami masih percaya, putra Indonesia tidak kalah hebat dan kita tetap mengutamakan putra-putri Indonesia. Kalau dari sisi yang mempertahankan orang internal kami, kita cukup menjalankan ini sebaiknya-baiknya. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved