Management Strategy

Mampukah Openport Taklukkan Pasar Logistik Indonesia?

Mampukah Openport Taklukkan Pasar Logistik Indonesia?

Dengan pengalaman di bidang supply chain dan logistik, membuat Max Ward, CEO & Co-founder memahami permasalahan supply chain di negara berkembang. “Saya melihat bagaimana permasalahan timbul di pasar, salah satunya adalah tidak adanya efisiensi di supply chain. Ini membuat saya berpikir bagaimana menemukan cara-cara baru,” ujar pria asal Texas ini.

Sebelumnya ia pernah menjadi Vice President of Business Development APAC di Agility Logistic dan Head of Consumer retail Asia di DHL. Selama 10 tahun, Max bekerja di jajaran penyelesaian masalah pada permasalahan supply chain untuk multi nasional di industri retail dan consumer good. Pengalaman inilah yang membuatnya berani untuk mendirikan start-up OpenPort yang berfokus pada logistik.

Openport

Platform ini memungkinkan pengirim untuk melaksanakan manajemen supply chain secara in house, sehingga pembelian dilakukan sesuai permintaan. Metode ini dapat mengurangi biaya logistik, karena mengurangi jumlah truk kosong melalui backhaul dan share loads. Biaya logistik untuk perusahaan pengiriman dari dalam dan luar negeri bisa berkurang hingga 30% sekaligus memperbesar margin untuk penyedia transportasi domestik. Caranya dengan meningkatkan pemanfaatan aset mereka.

Startup yang berpusat di negara berkembang ini membidik negara berkembang sebagai pasar yang potensial. Baginya, negara berkembang menjadi representasi dari sektor pertumbuhan terbesar di dunia. Populasi dunia pada saat ini berada di kelas consumer dan pertumbuhannya datang dari negara-negara berkembang.

Indonesia misalnya, dari data laporan The Boston Consulting Group tentang pertumbuhan middle class and affluent consumers menyatakan bahwa, masyarakat kelas menengah Indonesia sudah mencapai 74 juta orang. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 2 kali lipat menjadi 141 juta. Total populasi Indonesia, China, India, dan Pakistan pada saat ini hampir mencapai 3 miliar penduduk.

Jumlah ini tentunya akan menjadi sebuah tantangan sekaligus kesempatan bagi industri supply chain. Selain itu, ia juga melihat bahwa negara-negara berkembang bisa diposisikan sebagai pemimpin teknologi baru. Teknologi di negara-negara berkembang pesat pertumbuhannya dan tidak memiliki sistem kadarluasa yang harus diganti. Para pemimpin dan orang penting juga menyambut baik perkembangan teknologi.

Openport, menjadikan Indonesia, India, China, dan Pakistan sebagai target pasar mereka. Sistemnya adalah bekerja sama dengan berbagai penyedia layanan transportasi domestik di masing-masing negara. Selain itu, menyediakan layanan jasa penyimpanan atau penggudangan barang yang akan dikirim. Baik pengirim maupun penerima barang dapat mengatur semua proses logistik, supply chain, dan penyimpanan barang melalui aplikasi digital yang disebut Open Enterprise Logistic (OEL). Platform berbasis cloud ini membuka hubungan langsung antara pengirim dengan operator transportasi.

Mereka juga menggandeng kerja sama dengan pemain di industri Fast-Moving Consumer Goods untuk mengembangkan solusi multi-market sehingga bisa mengurangi biaya operasional. Lulusan Thunderbird School of Global Management ini, berencana untuk mengembangkan pasarnya ke berbagai negara di kawasan Asia Tenggara.

Mereka juga sudah mulai masuk ke Singapura dan memiliki proyek di Australia. Ia cukup optimis karena OpenPort baru saja menerima investasi seri A dari Susquehanna International Group yang bekerja sama dengan Caldera Pacific Ventures. Ia menolak untuk menyebutkan jumlah investasi, namun ia cukup yakin OpenPort mampu mencapai target jangka panjang mereka yaitu menjadi 20 pasar di Asia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved