Management Strategy

AKR Pasang Target Konservatif

AKR Pasang Target Konservatif

Harga minyak mentah dunia masih berada di level rendah. Itulah kenapa PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang bergerak di bidang distribusi BBM dan bahan kimia dasar, logistik, dan infrastruktur itu memasang target pendapatan yang konservatif. Tahun 2014, mereka meraih pendapatan hingga Rp 25 triliun.

“Tahun ini, targetnya masih sekitar Rp 20-an triliun mengingat harga minyak dunia masih naik-turun,” kata Mery Sofi, Direktur Keuangan AKR.

Direktur Keuangan PT AKR Corporindo Tbk, Mery Sofi

Direktur Keuangan PT AKR Corporindo Tbk, Mery Sofi

Menurut dia, bisnis distribusi BBM masih memberi kontribusi paling tinggi di pendapatan usaha dan sekitar 40% berasal dari sektor pertambangan. Peluang bisnis ini masih cerah. Kebutuhan BBM untuk pertambangan di Indonesia mencapai 7 juta kiloliter sementara AKR baru mampu memasok hingga 2 juta kiloliter.

“Pertambangan seperti Freeport, batubara, emas, itu menyumbang 40% pendapatan. Kami menjual yang nonsubsidi lewat sekitar 40-an jaringan penyalur BBM,” katanya.

Dia menjelaskan, margin di bisnis distribusi BBM untuk sektor pertambangan memang sangat tipis. Itulah kenapa perseroan benar-benar harus menjaga cash flow-nya dan mesti jeli mencari sumber pembiayaan. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian utama, seperti tingkat bunga dan country risk.

“Saya suka tantangan. Saya selalu punya target untuk reduce cost. Suku bunga di bank lokal lebih mahal daripada bank di luar negeri seperti Singapura. Cash flow seperti darah di AKR. Dalam pemberian kredit, kami harus hati-hati,” ujarnya.

Dari riset SWA, AKR meraup laba Rp 810 miliar sepanjang tahun 2014, naik 25% dari Rp 648 miliar laba 2013. Omzet terbesar emiten berkode AKRA itu berasal dari bisnis distribusi BBM.

Perusahaan yang juga penyedia solusi logistik ini mencatat pendapatan Rp 22,468 triliun, naik tipis dari pendapatan 2013 yang sebesar Rp 22,338 triliun.

Lini bisnis distribusi BBM menyumbang 79% dari pendapatan konsolidasian pada tahun 2014, sementara 14% dikontribusikan oleh lini bisnis bahan kimia dasar, dan sisanya 7% dari logistik dan manufaktur.

Pada periode yang sama, laba kotor perusahaan meningkat 27% menjadi Rp 1,732 triliun di periode yang sama, dibandingkan dengan Rp 1,368 triliun di 2013.

Seiring dengan pertumbuhan laba, laba per saham (EPS) tumbuh sebesar 25% dari Rp 166,4 per saham pada tahun 2013 menjadi Rp 207,2 per saham pada tahun 2014. (Reportase: Aulia Dhetira)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved