Management Strategy

BI dan Pemprov Bali Bentuk Pengendali Inflasi

BI dan Pemprov Bali Bentuk Pengendali Inflasi

Bank Indonesia mengapresiasi pembentukan Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan pembentukan Sistem Informasi Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis (SIGAPURA) di seluruh wilayah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, yang diresmikan pada pertengahan pekan ini.TPID dibentuk untuk menjaga kestabilan harga dan mengendalikan inflasi. SIGAPURA diharapkan bisa memberikan memberikan solusi atas permasalahan asymetric information, sehingga dapat tercapai tingkat harga yang efisien.

Hendar, Deputi Gubernur BI, mengapresiasi pembentukan TPID dan SIGAPURA di Bali. “Kami sangat mengapresiasi semangat dan komitmen kepala daerah seluruh Kabupaten dan Kota di Bali untuk menjaga kestabilan harga barang dan jasa melalui forum TPID,” kata Hendar dalam keterangan tertulisnya.

BI dan Pemprov Bali Bentuk TPID. (Foto : Ist).

BI dan Pemprov Bali Bentuk TPID. (Foto : Ist).

BI berharap momen pembentukan ini menjadi tonggak upaya pengendalian inflasi yang lebih intensif. TPID diharapkan efektif menekan laju inflasi daerah mengingat selama lima tahun terakhir inflasi di Pulau Dewata mencapai rata-rata 6,63% per tahun. “Dengan demikian, sasaran inflasi nasional sebesar 4,5% ± 1% serta sasaran inflasi Bali yang sebesar 4,4%- 4,74% dapat tercapai,” tuturnya. Pencapaian inflasi yang rendah dan stabil ini tidak hanya penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun juga dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Upaya untuk menjaga stabilitasi inflasi di Bali sangat penting untuk menjaga daya saing Bali terhadap negara-negara tujuan wisata seperti Malaysia dan Thailand, yang tingkat inflasinya dalam kurun waktu lima tahun terakhir di bawah 3%.

Bank Indonesia memperkirakan inflasi Bali 2015 akan lebih rendah dibandingkan tahun 2014, seiring dengan berakhirnya dampak kenaikan BBM bersubsidi serta penurunan harga BBM bersubsidi pada awal Januari 2015.

Pertumbuhan ekonomi di Bali selalu berada di atas perekonomian nasional dalam kurun 2012-2014.Pertumbuhan ekonomi Bali pada 2014 sebesar 6,72%, melebihi target yang ditetapkan Pemprov Bali sebesar 6,08%-6,73%.Kuatnya pertumbuhan ekonomi di Bali di tahun 2014 tidak terlepas dari terus berkembangnya industri pariwisata, yang merupakan tulang punggung perekonomian di Pulau Dewata.

Hendar memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Bali di tahun 2015 berada di kisaran 6,6%–7,1%. “Masih tingginya pertumbuhan industri pariwisata, kuatnya konsumsi, membaiknya iklim investasi seiring penerapan MEA, dan membaiknya ekspor akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah ini,” tambah Hendar.

Hendar memaparkan perekonomian nasional masih akan menghadapi banyak tantangan. Perekonomian global menunjukkan arah pemulihan ekonomi. Amerika Serikat terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang konsisten. sedangkan perekonomian di kawasan Eropa dan Jepang masih terbilang rapuh . Sebab, ancaman deflasi terus membayangi perekonomian di kedua kawasan tersebut.

Saat yang bersamaan, Tiongkok sebagai salah satu penopang ekonomi global tumbuh melambat. Perlambatan ekonomi Tiongkok, sebagai sentra manufaktur global ini perlu kita waspadai, karena berdampak besar ke perdagangan dunia. “Bagi perekonomian nasional, kondisi ini kurang menguntungkan. Ekspor kita menurun tajam karena melemahnya permintaan dari negara mitra dagang utama dan penurunan harga komoditas ekspor,” ucap Hendar.

Untuk meresponnya, Bank Indonesia telah menerapkan kebijakan moneter yang tight bias sejak pertengahan tahun 2013. Policy stance ini penting untuk memitigasi dampak lanjutan kenaikan harga BBM di Juni 2013, memelihara keyakinan pasar, dan untuk menekan defisit transaksi berjalan. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved