Management Strategy

Denpasar Revitalisasi 22 Pasar Tradisional

Denpasar Revitalisasi 22 Pasar Tradisional

Pembangunan pariwisata berpengaruh besar terhadap perubahan struktur dan peningkatan perekonomian di Kota Denpasar. Pertumbuhan industri pariwisata di Pulau Bali mendorong Kota Denpasar menjadi pusat kegiatan bisnis dan daerah dengan pendapatan perkapita dan pertumbuhan tinggi di Provinsi Bali.

Pada tahun 2013, PDRB Denpasar mencapai Rp 17.121,52 miliar, atau tertinggi kedua setelah Kabupaten Badung, dengan PDRB perkapita mencapai Rp 20,23 juta rupiah dengan laju pertumbuhan PDRB mencapai 6,54%.

Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan, perkembangan pariwisata Bali mendorong kemajuan pembangunan di Kota Denpasar. Pada tahun 2014, jumlah wisatawan asing yang datang mencapai 3,7 juta orang, meningkat 14,89% dari tahun sebelumnya, yang didominasi wisatawan asal Australia, Tiongkok, Jepang dan Malaysia.

Kebijakan pengembangan pariwisata di Kota Denpasar menitikberatkan pada pariwasata budaya berwawasan lingkungan dan melibatkan partisipasi masyarakat. Seluruh program difokuskan untuk membangun ekonomi kerakyatan secara merata, termasuk pembangunan infrastruktur yang terus ditingkatkan, salah satunya pasar tradisional.

Pasar Sindu di Sanur (Foto: Antara)

Pasar Sindu di Sanur (Foto: Antara)

Rai Mantra, panggilan akrabnya, merevitalisasi pasar tradisional dengan memperbaiki bangunannya, menata lingkungannya agar selalu bersih dan sehat, serta membina pedagang agar memiliki jiwa kewirausahaan dan wawasan manajerial.

Dari 46 pasar tradisional di Kota Denpasar, hingga akhir 2014 telah berhasil direvitalisasi 22 pasar, 15 pasar diantaranya melalui dana APBD Kota Denpasar, 7 pasar melalui Dana Tugas Pembantuan (Dana TP) dan 1 pasar melalui dana DAK.

”Bangunan fisiknya mungkin berubah menyamai pasar modern. Tapi tetap ada nilai budaya, masih ada interaksi sosial. Tawar-menawar, tegur sapa masih terdengar, silaturahmi tetap terjaga,” katanya.

Ia mengawali dengan merevitalisasi Pasar Sindu di Sanur yang kemaudian diresmikan Menperindag, saat itu, Mari E Pangestu. Omset pedagang pun naik berlipat setiap bulannya. Pasar Agung yang sebelum direvitalisasi tahun 2011 omset per bulannya Rp 2-3 miliar, tahun 2014 omsetnya melonjak menjadi Rp 14 miliar.

Omset Pasar Nyanggelan yang baru direvitalisasi tahun 2013 juga naik dari Rp 2,5 miliar menjadi Rp 6,3 miliar di tahun 2014. Kemudian, Pasar Poh Gading yang direvitalisasi tahun 2013 dan sedang direnovasi tambahan di tahun 2015 ini, omsetnya meningkat dari Rp 3 miliar menjadi Rp 3,74 miliar.

’’Saya yakin dengan melakukan penguatan pada aspek ekonomi di masyarakat bawah, pemerataan ekonomi bakal gampang terealisasi. Otomatis, kemiskinan perlahan akan berkurang,’’ ujarnya.

Bagi Rai Mantra pasar tradisional adalah tempat untuk melestarikan budaya karena pasar tradisional merupakan tempat yang tepat bagi masyarakat melakukan aktivitas ekonomi yang tidak bisa ditinggalkan masyarakat bawah.

’’Saya berharap pasar tradisional menjadi tempat usaha yang nyaman serta tercipta peningkatan mutu dan produktivitas masyarakat. Dengan begitu, pasar tradisional menjadi tempat yang layak dan menarik dikunjungi bagi semua kalangan masyarakat,” kata dia. (Reportase: Silawati)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved