Management Strategy

Di Balik Prinsip “Menderita” Pendiri Grup Bosowa

Di Balik Prinsip “Menderita” Pendiri Grup Bosowa

Pendapat yang menyatakan zona nyaman itu berbahaya bisa jadi ada benarnya. Zona nyaman akan melenakan. Sehingga, tidak ada peningkatan, ogah berusaha lebih keras, tak melakukan hal-hal baru. Hasil akhirnya, bisnis tak menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih tangguh. Itulah kenapa Pendiri Grup Bosowa, Aksa Mahmud menerapkan prinsip “menderita” dalam menyiapkan generasi penerus gurita bisnisnya.

“Jika menderita, orang akan lebih kreatif. Ia akan berpikir keras untuk melakukan sesuatu. Sehingga, perlahan terbentuk pribadi yang pejuang dan kreatif. Potensi diripun keluar. Saya menanamkan prinsip kepada mereka, pengusaha itu punya seribu akal,” katanya.

Aksa, lulusan Fakultas Teknik Elektro Universitas Hasanuddin, Makassar, merintis Bosowa yang merupakan singkatan dari 3 kerajaan Bugis, yakni Bone (pemerintah), Soppeng (produsen), dan Wajo (pedagang) pada 1973 silam lewat CV Moneter. Berawal dari dealer mobil Datsun untuk kawasan Indonesia Timur, selanjutnya Mitsubishi, kerajaan bisnis Aksa terus membesar.

“Filosofi saya bekerja keras, belajar, dan berdoa. Didukung profesionalisme, kemampuan adaptasi, serta pengetahuan, dan pengalaman. Tak lupa selalu bersyukur,” kata Aksa yang pada 2015 ditahbiskan sebagai orang terkaya ke-35 di Indonesia oleh Forbes dengan kekayaan mencapai US$ 850 juta itu.

Pendiri Grup Bosowa, Aksa Mahmud

Pendiri Grup Bosowa, Aksa Mahmud

Di usia yang ke-43 tahun, mereka sudah punya lebih dari 40 anak usaha yang terentang dalam 9 sektor bisnis seperti otomotif, semen, pertambangan dan energi, jasa keuangan, properti, pendidikan, agribisnis, media & olahraga, serta investasi.

Grup Bosowa adalah pemegang saham pengendali di Bank Bukopin. Mereka juga punya saham di Bank QNB Indonesia meski tidak bertindak sebagai pengendali. Mereka juga memiliki saham di PT Asuransi Bosowa Periskop.

Di sektor properti, mereka adalah pemilik Hotel Imperial Aryaduta Makassar dan Novotel Makassar. Di industri semen, total produksi mereka mencapai 7,2 juta ton pertahun. Di sektor kesehatan, mereka juga punya saham RS Awal Bros di Makassar.

Grup Bosowa juga mengakuisisi dan membangun beberapa ruas jalan tol di Jabodetabek dan Makassar. Bisnis infrastruktur diperkuat dengan mendirikan PLTU di Jeneponto, serta terminal LPG di Makassar dan Banyuwangi.

“Kami punya terminal LPG dan PLTU serta pelabuhan. PLTU tahap II berlokasi di Jeneponto 2 x 125 MW menjadi salah satu penyedia listrik utama di Sul-Sel. Target kami pembangunan PLTU kelar tahun 2017. Ada terminal LPG di Banyuwangi dengan investasi sekitar US$ 50 juta berkapasitas 10 ribu ton,” kata Aksa. (Reportase: )


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved