Management Strategy

Gaet Nasabah Baru, BRI Optimalkan Peran BRILink

Gaet Nasabah Baru, BRI Optimalkan Peran BRILink

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk masih fokus menggarap segmen UMKM. Mulai tahun ini, perseroan akan mengoptimalkan kanal pemasaran lewat BRILink, agen bank yang berada di daerah terpencil.

“Yang sedang gencar kami kejar adalah Agen BRILink. Mereka adalah nasabah yang sudah kami seleksi. Kriterianya yang oke itu adalah sudah berbank dengan BRI minimal 3 tahun, lalu memiliki itikad baik dan kondisi keuangan yang baik,” kata Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI.

Kehadiran agen BRILink adalah untuk mendukung misi pemerintah meningkatkan layanan keuangan, khususnya perbankan. Saat ini, lebih dari separuh masyarakat Indonesia belum mampu mengakses layanan perbankan seperti menyimpan uang dan mendapatkan kredit.

Agen BRILink itu akan menjadi kepanjangan tangan BRI di wilayah-wilayah yang belum tersentuh jaringan perbankan. Program inilah yang disebut Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai). Program yang digagas Otoritas Jasa Keuangan ini diinisiasi empat bank, yakni Bank Mandiri, BRI, BCA, dan BTPN.

“Jadi, ibaratnya kami buka terowongan. Mereka yang mau masuk itu sudah kami sedot duluan. Kira-kira begitu. Ke depan, masa depan kredit UMKM itu, intake-nya itu dari BRILink,” kata Haru.

Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo

Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo

Meski begitu, lanjut dia, BRI tetap melakukan ekspansi berupa penambahan kantor cabang. Untuk segmen mikro, perseroan berencana membuka 200 outlet baru. Selama periode Maret 2014-Maret 2015, sudah ada penambahan 550 outlet mikro yang baru.

“Tahun depan, kami akan menambah lagi sekitar 350 outlet. Memang lebih sedikit, tapi tetap bertambah. BRI fokus untuk mengoptimalkan yang sudah ada dulu, tetapi tetap menambah ATM dan outlet-nya,” ujarnya.

Saat ini, BRI masih mengandalkan seorang mantri, sumber daya manusia yang khusus menangani nasabah mikro di suatu wilayah. Satu tenaga mantri diberi amanah mengelola 400 nasabah mikro. Satu tugas yang teramat berat, terutama di wilayah pedesaan, pegunungan, maupun pantai yang medannya sangat berat.

“Inilah yang membuat bisnis ini memang memakan banyak biaya. Kami berusaha menekan biaya dengan menerapkan sistem IT yang andal. Sehingga, bisa mengurangi peran manusia. Mulai 2009, semua unit kerja sudah bisa online,” katanya.

Perseroan juga berencana membeli satelit sendiri untuk mengelola database nasabah yang sangat besar. Dengan satelit tersebut, semua urusan yang terkait bisnis di satu daerah bisa terhubung dengan daerah lainnya, tanpa batas. Tak ada lagi alasan gangguan komunikasi misalnya karena jaringan dan daerah yang belum terjangkau serat optik.

“Sehingga kami putuskan untuk beli sendiri. Kalau pinjam perhitungannya, kami sendiri yang akan rugi nantinya. Kalau punya sendiri, memang inisial invetasinya mahal, tetapi untuk selanjutnya itu sangat berharga,” katanya. (Reportase: Arie Liliyah)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved