Management Strategy

Ini Penyebab Utama Rontoknya Sejumlah Media Cetak Nasional

Oleh Admin
Ini Penyebab Utama Rontoknya Sejumlah Media Cetak Nasional

Raport merah untuk industri media cetak nasional sudah dimulai sejak semester 2014. Kala itu, sejumlah harian nasional ternama sudah mulai melakukan perampingan karyawan. Bahkan, pada tahun 2014, ada sejumlah media cetak yang memilih tutup. Di antaranya, Harian Jurnal Nasional dan Soccer.

Memasuki tahun 2015, kondisi industri media cetak nasional makin diperparah dengan banyaknya media cetak ternama yang memilih menutup usahanya. Sebut saja, koran Sinar Harapan, Indonesia Finance Today, Tabloid Bola dan Majalah Fortune dari Kompas Group, Majalah Bloomberg, dan media cetak lainnya yang akhirnya memilih berganti rupa menjadi media online—seperti Harian The Jakarta Globe dari Lippo Group.

Tentu saja ada sejumlah penyebab yang memicu rontoknya satu per satu media cetak nasional. Selain perubahan perilaku konsumen Indonesia dalam mengkonsumsi media yang mengarah pada media online, boleh jadi menurunnya keyakinan pemilik brand dalam membelanjakan anggaran iklannya di media cetak menjadi salah satu penyebab utamanya.

iklan tv dominasi

Merujuk data Nielsen Advertising Information Services, belanja iklan media cetak—baik koran maupun majalah—mengalami penurunan pada tahun 2015. Di koran misalnya, belanja iklan di tahun 2015 turun 4% dibandingkan tahun 2014 lalu. Jika tahun 2014 belanja iklan di koran masih di angka Rp 32,249 triliun, maka tahun 2015 angkanya turun menjadi Rp 30,836 triliun.

Hal serupa terjadi juga di majalah. Pada tahun 2014, belanja iklan di majalah masih di angka Rp 2,224 triliun. Berikutnya, di tahun 2015, belanja iklan di majalah terpaksa turun menjadi Rp 1,295 triliun.

Bandingkan dengan belanja iklan televisi yang masih tetap berjaya. Pada tahun 2015, belanja iklan televisi masih menunjukkan angka positif, yakni tumbuh 12% dibandingkan tahun 2014. Dengan kenaikan itu, total belanja iklan di TV secara nasional mencapai Rp 84,774 triliun.

Sementara itu, belanja iklan di koran sudah mulai terlihat “berdarah-darah” sejak kuartal ketiga (Q3) 2014. Ya, belanja iklan di koran pada Q3 2014 terpaksa minus, yakni -1% dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Selanjutnya, pada Q4 2014, belanja iklan koran nasional kembali minus 2%. Padahal, pada Q1 dan Q2 2014, belanja iklan di media koran masih menunjukkan angka yang positif, yakni masing-masing 9% dan 3%.

Memasuki tahun 2015, belanja iklan di media koran makin turun drastis, yakni -11% pada Q1 2015. Pada Q2 dan Q3 2015, belanja iklan di koran masih menunjukkan penurunan, meskipun tak sedrastis seperti Q1 2015. Jika Q2 2015 belanja iklan di koran -4%, maka pada Q3 2015 belanja iklan hanya -3%. Beruntung, pada Q4 2015, belanja iklan di koran mulai terlihat membaik, yakni hanya naik sangat tipis, 1%.

MIX


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved