Management Strategy

Jurus Astra Mendekatkan Bisnis dan Human Capital

Jurus Astra Mendekatkan Bisnis dan Human Capital

Menjadi sebuah holding perusahaan yang besar telah menjadi tantangan tersendiri bagi PT Astra Internasional Tbk untuk mengelola sumber daya manusianya. Dalam acara penganugerahan Indonesian Employer of Choice Award yang dilakukan oleh Hay group dan Majalah SWA, Chief of Corporate Human Capital Development PT Astra Internasional Tbk, Aloysius Budi Santoso, berbagi sedikit cerita mengenai konsep human capital dari perusahaan yang telah berdiri sejak 1957 tersebut.

Dalam presentasinya yang berlangsung sekitar 15 menit, pria yang bergabung di Astra sejak tahun 1991 tersebut bercerita beberapa hal seperti visi Astra dan dan bagaimana Astra mendekatkan unsur bisnis dan human capital.

Berikut penuturan Aloysius yang dituliskan dengan gaya bertutur:

Pembicara-pembicara sebelumnya di acara ini menyampaikan pandangannya mengenai praktek Human Resources (HR) dari sisi single entity, pada kesempatan kali ini saya mungkin akan menyampaikan dari perspektif sebagai group bisnis, sehingga mungkin bisa memberikan tambahan ini.

Saat ini di grup Astra memiliki sekitar lebih dari 220.000 karyawan, tersebar di 197 perusahaan, dan seperti kita ketahui, grup tersebar menjadi berbagai industri mulai dari otomotif, motor, mobil, asuransi, bank, alat berat, mining corporation, konstruksi, dan seterusnya. Saat ini di group astra kalau tidak salah, ada 8 public listed company.

Saya hanya point out, dari presentasi-presentasi sebelum-sebelumnya, saya pikir kita harus bangga. Karena misalnya Mandiri, Telkom, BCA dan perusahaan lain, punya visi berbagi untuk Indonesia, membangun untuk Indonesia. Di Astra, founding father kita ,William Soeryadjaya, juga saat mendirikan Astra persis hampir sama seperti itu.

Pak William pada saat mendirikan Astra memiliki konsep prosper, atau sejahtera bersama bersama bangsa. Jadi beliau ingin astra menjadi pohon beringin yang rindang dimana banyak orang bisa berteduh di bawahnya. Astra sendiri memiliki Filosofi ‘Catur Dharma’ dalam bekerja.

Filosofi pertama, yaitu menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Kedua, memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Ketiga, menghargai individu dan membina kerja sama, dan terakhir senantiasa berusaha mencapai yang terbaik. Dari situ bisa dilihat bahwa urutan pertamanya bukan bicara tentang pelanggan, keuangan, tapi bicara mengenai aset, bagaimana menjadi Astra bisa aset Indonesia.

Aloysius Budi Santoso

Kalau kita ingin jadi the best corporation dan seterusnya, pertamanya bukan bicara finansial, bukan juga bicara tentang pelanggan, tapi bicara tentang sustainable growth by building competence through people. Oleh sebab itu mengapa Astra Management System (AMS) itu sudah ada lebih dari 30 tahun.

Jadi ketika saat orang sat ini mulai bicara tentang university dan seterusnya, Astra telah melakukannya 30 tahun yang lalu dengan mendirikan Astra Executive Training Centre (AETC) yang kemudian menjadi Astra Management Development Institute (AMDI).

Di rekrutmen, kami percaya values adalah hal yang penting. Apakah nilai-nilai mereka cocok dengan kita. Baru sesudah itu kita bicara kompetensi, seperti itu. Kami bukan mencari orang yang punya kemampuan tinggi, hampir semua perusahaan yang tadi telah presentasi sebelum saya mengatakan menempatkan values dan karakter di atas kompetensi.

Dengan begitu saya punya keyakinan, talent of war tidak perlu ada, karena at the end, saya yakini values setiap perusahaan berbeda-beda. Tinggal bagaimana kita mendapatkan talent yang tepat yang sesuai.

Dalam pengembangan talent, kami juga lakukan pelatihan-pelatihan. Tapi kita orang human capital tahu, mungkin training dalam pengembangan sumber daya manusia, mungkin hanya 20 persen, 25 persen. Nah yang juga penting itu selain training yaitu rotation dan assignment. Maka dalam konteks Astra, seperti contohnya saya, selama 25 tahun di Astra, saya pernah di sales, bussiness development, strategic planning, pernah di operation dan beberapa pos lainnya.

Ketika Astra masih dipegang oleh Pak Michael D. Ruslim, Pak Michael saat itu mencanangkan bahwa peran HR itu harus lebih dekat dengan bisnis. Jadi yang dilakukan Astra untuk mendekatkan human capital ke bisnis, adalah dengan mencari orang bisnis untuk ditempatkan di human capital. Seperti saya misalnya, banyak dirotasi. Asalnya muasal saya bukan pure orang human capital.

Dulu, kami punya satu group di Astra yang namanya Corporate Bussiness Process yang menjalankan Astra-nya, me-running proses di Astra grup dan ini purely bisnis. Lalu kemudian grup ini dibubarkan, ditempelkan ke human capital. Jadi di holding yang memfasilitasi proses bisnis di Astra itu adalah kami, yang memfasilitasi setengah lebih performance indikator dari seluruh unit bisnis itu adalah human capital, yang memfasilitasi sinergi antar bussiness unit itu human capital, dan this is quite challenging. Ini yang kita lakukan untuk membuat human capital dekat dengan bisnis.

Lalu bagaimana sebenarnya kolaborasi antara holding dengan begitu banyak bussiness unit konteks pengembangan people?

Prinsip utamanya bahwa holding hanya menangani beberapa hal. Pertama, yaitu leadership, kedua itu culture dan ketiga adalah management system yang didalam nya juga ada inovasi. Sementara itu, fungsi-fungsi lainnya dilimpahkan ke unit bisnis. Contohnya dalam konteks leadership, maka nilai-nilai Catur Dharma penting disosialisasikan, seluruh leader diingatkan bahwa you adalah Astra, kira-kira seperti itu. Indoktrinisasi nilai-nilai, kita tanamkan dalam program-program yang dicanangkan holding, kira-kira kolaborasinya seperti itu. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved