Management

Kewajiban Bahan Bakar Nabati Dongkrak Ekspor CPO

Kewajiban Bahan Bakar Nabati Dongkrak Ekspor CPO

Harga dan volume ekspor minyak sawit tak kunjung membaik. Untungnya, pemerintah merilis kebijakan mandatori penggunaan Bahan Bakar Nabati 15% berbasis CPO (B15) yang mulai diberlakukan awal April ini. Para Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yakin kebijakan ini akan meningkatkan penyerapan minyak sawit di dalam negeri. “Sehingga, pasokan ke pasar global akan berkurang. Harapannya, harga CPO di pasar global akan terkerek naik. Para trader minyak sawit pun melakukan aksi beli sebelum harga naik,” kata Direktur Eksekutif GAPKI, Fadhil Hasan.

Dampak lanjutannya, kinerja ekspor minyak sawit sepanjang Maret tercatat naik 13,6% dibandingkan bulan sebelumnya, dari 1,79 juta ton menjadi 2,03 juta ton. Dibandingkan tahun sebelumnya, volume ekspor minyak sait tumbuh 13,7% dari 4,93 juta ton menjadi 5,6 juta ton per Maret 2015. Pemicunya adalah kenaikan permintaan yang signifikan dari Tiongkok, yakni 138,5% dibanding bulan sebelumnya yang hanya 98,98 ribu ton menjadi 236 ribu ton, untuk proyek pengembangan biodiesel dengan bahan dasar CPO.

Ekspor minyak sawit terangkat berkat program mandatori bahan bakar nabati berbasis CPI 15% (B15). (Foto: iST)

Ekspor minyak sawit terangkat berkat program mandatori bahan bakar nabati berbasis CPI 15% (B15). (Foto: IST)

Permintaan dari negara-negara kaya di Timur Tengah melesat 57,3% sementara dari Benua Hitam, Afrika juga menanjak 44,5%. Yang mengejutkan, permintaan dari negara-negara Uni Eropa juga tumbuh sebesar 18% menjadi 392 ribu ton. Jika pemerintah tidak serius menjalankan program mandatori B15, harga dan kinerja ekspor minyak sawit akan kembali lesu seperti di lima bulan terakhir. Harga rata-rata CPO global per Maret 2015 kembali merosot 2,4% dibandingkan bulan sebelumnya di level US$ 662 per metrik ton.

Seperti diketahui, minyak nabati lain sedang mengalami penurunan harga dan stok juga cukup berlimpah di negara Eropa, terlebih lagi sejak 13 Desember tahun lalu regulasi baru Uni Eropa terkait dengan informasi makanan kepada konsumen diberlakukan, Belgia dan Jerman dengan gencar mempromosikan label makanan “No Palm Oil”.

Permintaan dari India juga turun justru di saat mereka kekurangan pasokan minyak nabati di dalam negeri. Permintaan minyak sawit dari Indonesia menurun 1,4 persen dibandingkan bulan lalu, dari 439.72 ribu ton pada Februari turun menjadi 433.78 ribu ton pada Maret ini. Namun, impor minyak sawit India dari Malaysia justru meningkat cukup signifikan. Mereka memanfaatkan kesempatan harga murah minyak sawit sebelum pemerintah Malaysia mengenakan pajak ekspor sebesar 4,5 persen untuk memperkuat stok di dalam negeri.

Ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat (AS) dan Pakistan juga menurun tajam, masing-masing 58 persen dan 52 persen. Penurunan permintaan dari AS disebabkan stok kedelai sebagai feedstock biodiesel yang meningkat di akhir Februari yaitu 58% dari 44% di Januari lalu. Industri biodiesel di negara Pam Sam ini sendiri masih mengalami stagnasi.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved