Management Strategy

Label “Kota Kreatif” Diharapkan Menarik Pelaku Kreatif

Oleh Admin
Label “Kota Kreatif” Diharapkan Menarik Pelaku Kreatif

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang mengusulkan empat kota di Indonesia, yakni Bandung, Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta, agar bisa dicap sebagai kota kreatif oleh UNESCO. Banyak manfaat yang bisa didapat oleh sebuah kota bila label dari badan PBB tersebut diperoleh. Salah satunya, kota itu bisa menarik banyak orang kreatif untuk datang.

mari elka“Setahu saya, proposalnya sudah masuk ke UNESCO. Kami sekarang sedang dievaluasi. Biasanya tidak pernah ditolak, tetapi kalau dibilang ada yang masih kurang ini dan itu, ya kami harus lengkapi,” ujar Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, di sela-sela acara Kongres Diaspora Indonesia II, kepada SWA Online, di Jakarta, Minggu (18/8/2013).

Pemberian label “kota kreatif” (The Creative City Network) oleh UNESCO sebenarnya bukan hal baru. Hal itu telah diadakan oleh lembaga tersebut sejak tahun 2004. Salah satu syarat untuk bisa masuk dalam jaringan kota kreatif tersebut, yakni kota harus mempunyai satu produk atau kegiatan yang dapat menjadi ikon kreatif. UNESCO menentukan kategori sebagai kota kreatif dalam dua golongan, yakni kota berbasis kerajinan dan kota berbasis desain.

Sekarang Indonesia, khususnya Kemenparekraf, sedang mengusulkan empat kota ke UNESCO. Mari menjelaskan, proposal disusun oleh kota yang mau mendapatkan gelar. “Jadi, itu tergantung kotanya, tetapi kami juga mendorong. Dia (kota) harus bisa buat proposal dengan baik. Dan, dia harus siap dengan rencana dan anggaran untuk bisa mengembangkan kotanya sebagai kota kreatif,” dia menerangkan.

Setelah suatu kota memenuhi syarat dan mendapatkan label sebagai kota kreatif, prosesnya tidak berhenti. “Begitu memenuhi syarat, di mana Anda dikasih atau diakui sebagai kota kreatif, bukan terus berhenti. Justru begitu diakui sebagai kota kreatif, Anda harus melakukan banyak hal untuk mengembangkan terus,” tegas Mari.

Ia pun mengatakan, gelar kota kreatif bisa menjadi alat promosi yang baik. Itu telah terbukti ketika batik Indonesia diakui Unesco sebagai warisan budaya tak benda, batik pun langsung dipromosikan ke dunia internasional.

“Dan itu (gelar kota kreatif) tentunya bisa meningkatkan daya tarik tempat tersebut. Bukan saja untuk wisata, tapi untuk orang kreatif mau tinggal di situ dan bekerja. Dan, itu dengan sendirinya akan merubah suasana kota itu, maupun daya tarik dari kota itu. Karena kalau ada beberapa orang kreatif mulai pindah ke situ, lama-lama banyak, ya itu akan menarik orang kreatif lain. Bukan hanya dari Indonesia tapi luar negeri juga.”

Mari lalu menegaskan, kementerian tidak akan berhenti di empat kota itu. Akan ada kota-kota lain yang didorong untuk bisa masuk ke jaringan kota kreatif dunia. “Kami terus menerus mencoba meningkatkan jumlah kota kreatif yang ada di indonesia. Tapi itu tentunya tergantung kesiapan kota, apakah memenuhi syarat atau tidak,” ia menandaskan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved