Management Editor's Choice Strategy

Rabbani, Raja Busana Muslim dari Bandung

Rabbani, Raja Busana Muslim dari Bandung

Dua puluh tahun lalu, nama Rabbani memang tidak sekondang seperti sekarang. Jika dulu orang mengenal Rabbani sebagai salah satu toko buku islami, kini nama yang memiliki arti “para pengabdi Allah yang mau mengajarkan dan diajarkan Kitab Allah” itu menjelma sebagai merek fashion muslim yang tersohor, khususnya produk jenis kerudung.

Rabbani lahir dari buah perjuangan H. Amry Gunawan dan Hj. Nia Kurnia. Usaha tersebut bermula dari keinginan si empunya bisnis untuk menyebarkan dakwah melalui buku-buku dan referensi bacaan tentang Islam. Akhirnya, pada awal tahun 1990-an mereka mendirikan toko buku bernama Rabbani Pustaka.

Koleksi busana muslimah Rabbani diperagakan model

Koleksi busana muslimah Rabbani diperagakan model

Tak dinyana, Rabbani Pustaka berhasil menarik perhatian warga Bandung, Jawa Barat. Banyak orang yang datang dan membeli koleksi buku-buku yang ditawarkan. Walhasil, usaha bermisi mulia itu berkembang pesat hingga melahirkan usaha baru: fashion muslimah.

Bertempat di Kawasan Sekeloa Bandung, usaha pakaian muslimah itu dijajakan di ruang seluas 2×3 meter. Perjuangan duet suami-istri itu cukup keras dalam memperkenalkan dan menjual busana hasil rancangan sang istri. Dari berjuang bedua, kemudian mereka mampu mempekerjakan satu pegawai dan menempati toko baru di Jalan Pati Ukur.

“Perjuangan mereka begitu gigih dalam mengembangkan Rabbani saat itu. Rabbani bukan hanya berbisnis, tapi juga berdakwah dan membantu orang untuk menjalankan perintah Allah,” ujar Deni Kosasih, Senior Markerting Manager Rabbani Asysa membuka perbincangan.

Menurut Deni, Rabbani telah melewati masa-masa sulit khususnya di tahun-tahun awal merintis bisnis. Namun berkat kegigihan mengedukasi dan melihat peluang, katanya, usaha tersebut mampu menjadi bisnis yang berskala besar dan disegani. Bagaimana jatuh bangun bisnis Rabbani? Apa saja inovasi dan gebrakannya? Deni Kosasih (Senior Marketing Manager Rabbani Asysa) memaparkannya kepada Ario Fajar dari SWA Online:

Bisa diceritakan sejarah singkat Rabbani?

Rabbani didirikan oleh H. Amry Gunawan bersama istrinya Hj. Nia Kurnia. Bisnis awal mereka sebenarnya adalah jualan buku-buku dan majalah-majalah Islam. Tujuannya mulia, yakni berdakwah. Mereka bukan berasal dari orang kaya, jadi usaha tersebut sebenarnya juga untuk membantu hidup mereka yang kala itu sedang terhimpit kesulitan.

Karena misinya mulia, jadi usaha tersebut juga mendapat berkah sehingga Rabbani Pustaka kian berkembang pesat. Pada tahun 1999 mereka memutuskan untuk masuk ke bisnis fashion muslimah yakni menjual kerudung sebagai produk perdana. Seiring dengan waktu, nama perusahaan berganti menjadi Rabbani Muslimah

Kenapa mereka akhirnya masuk ke bisnis fashion?

Alasannya karena berawal dari keprihatinan mereka yang melihat pada waktu itu sangat sedikit sekali orang yang mengenakan jilbab. Keberadaan usaha fashion muslimah itu diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam syiar dan dakwah Islam bagi para muslimah agar memenuhi kewajibannya untuk menutup aurat. Rabbani ingin mengubah paradigma sebagian besar masyarakat pada kala itu yang memandang bahwa wanita yang memakai busana muslim itu modern dan terhormat juga dapat tampil gaya, tapi tetap syar’i.

Seperti apa perjuangan mereka mendirikan usaha fashion tersebut?

Yang pasti banyak kendala. Seperti, saat itu belum banyak wanita yang berjilbab sehingga perlu kerja keras untuk mengedukasi mereka soal berhijab. Apalagi berbusana muslim pada tahun 1990-an belum menjadi tren, tidak seperti saat ini. Namun, kondisi tersebut tidak membuat sang pendiri putus asa, tetapi justru dijadikan sebagai suatu tantangan bahkan peluang. Hasilnya, kami bisa dibilang sebagai salah satu pionir kerudung instan di Indonesia dan selalu menciptakan tren-tren kerudung terbaru.

Apakah kemudian Rabbani semakin menambah produknya?

Tahun 2004, perusahaan berganti nama menjadi Rabbani Asysa. Perubahan nama karena usaha yang kami jalankan kian berkembang, bukan hanya menjual buku tetapi sudah menjual berbagai macam busana muslim hingga makanan-makanan sehat dan halal.

Rabbani

Kapan mulai ekpansi ke luar Bandung?

Tahun 2000 kami mulai mencoba peruntungan ke luar kota yakni Depok, Jawa Barat. Alasannya, karena pada waktu itu kami ingin membidik mahasiswa yang banyak tinggal di daerah sana. Setelah outlet tersebut sukses, kami mulai masuk ke Jakarta. Tahun 2007 dan 2008 adalah tahun yang cukup ekspansif di mana bisnis Rabbani berkembang pesat dengan hadir dilima kota besar seperti Medan, Palembang, Makasar, Semarang.

Apa saja yang dijual hingga saat ini?

Saat ini 90% produk yang dijual adalah fashion muslim. Ada pergeseran di mana buku-buku Islam tidak lagi menjadi core bisnis kami. Kami memproduksi seluruh perlengkapan busana muslim dari atas hingga kaki, baik untuk wanita, pria dewasa, hingga anak-anak, perlengkapan solat, dll. Bukan hanya itu, kami juga menjual busana-busana dalam berbagai aktivitas : ibadah, sehari-hari, casual, formal hingga busana pernikahan. Singkatnya, one stop shopping dalam satu outlet.

Produk yang paling banyak terjual?

Kerudung yakni sekitar 70%. Kerudung Rabbani dijual mulai dari Rp 20ribu- ratusan ribu, dari kerudung balita hingga dewasa. Merek Rabbani identik dengan kerudungnya

Siapa target pasar Rabbani?

Kami tidak mengkotak-kotakan segmen karena kami memproduksi semua item dari semua umur dan aktivitas, jadi segmen Rabbani cukup luas. Bahkan pelanggan kami ada yang usianya sudah sepuh.

Yang paling banyak membeli?

Biasanya wanita dewasa yang mendominasi

Bagaimana Rabbani mempopulerkan kerudungnya?

Selain sebagai salah satu pioner, kala itu Rabbani sempat menjadi merek yang paling banyak dibicarakan yakni dengan inovasi “Kerudung Instan”. Tidak ada produsen yang menciptakan kerudung instan seperti Rabbani. Pada waktu itu pemakaian kerudung cukup ribet dan butuh waktu lama sehingga mendorong perusahaan untuk mengakomodir kebutuhan tersebut dengan menciptakan kerudung yang praktis. Kerudung instan inilah yang membawa nama Rabbani menjadi besar hingga saat ini. Selain kerudung instan, Rabbani juga selalu menciptakan tren-tren kerudung. Kami menawarkan warna-warna nge-jreng dan motif-motif beraneka ragam sehingga mampu mendobrak pakem-pakem desain dan motif yang ada pada waktu itu. Meski sempat dicibir, namun akhirnya kerudung Rabbani mendapatkan tempat dimasyarakat.

Apa yang membedakan produk Rabbani dengan produk yang lainnya?

Banyak pelanggan kami yang mengatakan, bahwa busana-busana yang kami jual adalah busana muslim yang syar’i tetapi tetap modis. Keunggulan kami selanjutnya adalah soal kualitas yang bisa diadu dengan pabrikan lainnya, juga harga yang kompetitif.

Bagaimana proses Rabbani menciptakan suatu inovasi?

Banyak sumber untuk menciptakan inovasi. Intinya, kami itu selalu drive market. Inovasi bisa datang dari tim internal misalnya melihat peluang apa yang mungkin bisa dikembangkan untuk menjadi suatu tema atau desain ke depannya. Atau bisa juga masukan dari pelanggan sehingga lahirlah produk-produk terbaru.

Berapa besar market size Rabbani?

Kerudung Rabbani menjadi market leader di Indonesia (tidak menyebutkan angka pasti-red). Sementara untuk posisi Rabbani sendiri sebagai perusahaan adalah mengambil 10% dari keseluruhan pasar busana muslim di Indonesia.

Ada berapa outlet hingga saat ini?

Kami memiliki 154 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, 10 di antaranya adalah outlet-outlet besar seperti di Pati Ukur, Bandung dan Rawamangun, Jakarta Timur. Dalam setahun kami biasanya membangun 5-7 outlet.

Bagaimana pola pengembangan bisnisnya?

Kami menawarkan sistem waralaba. Dari 154 outlet, 30% diantaranya adalah yang diwaralabakan dan sisanya milik sendiri. Biaya investasi untuk franchise mulai sekitar Rp 550 juta. Selain itu, kami juga mengembangkan sistem keagenan, yakni siapapun bisa berjualan produk Rabbani tanpa ada batas modal. Jadi, siapapun bisa menjadi mitra kami yang kini jumlahnya mencapai ribuan agen.

Bagaimana perusahaan mengontrol kualitas jika bisnis diwaralabakan?

Kami memiliki SOP. Mulai dari produk, SDM, pelayanan, desain bangunan, keramahtamaan, hingga akunting dan administrasi. Kami juga yang membantu para investor mencari dan mempelajari pasar, lokasi, dll. Jika outlet tidak menampakkan hasil maksimal, biasanya kami membantu dengan beberapa kegiatan marketing communication.

Kenapa Rabbani tidak pernah mendirikan outlet di dalam mal?

Mungkin terkendala soal luas bangunan di mana biasanya Rabbani membutuhkan ruang yang lebih luas di mana untuk outlet besar saja kami memakan tiga lantai.

Kapan tepatnya pengelolaan perusahaan mulai berjalan secara modern?

Sebenarnya sudah sejak lama. Ketika bisnis ini diprediksi akan semakin besar, sang pendiri tentu tahu bagaimana harus mengelola. Misalnya, tahun 2001, Rabbani mulai muncul di media-media dan melakukan aktivitas-aktivitas pemasaran baik secara langsung ataupun tidak langsung, seperti beriklan, media interview, atapun pameran serta bazar berskala nasional, regional, lokal ataupun per outlet. Perusahaan ini juga diisi oleh profesional-profesional yang ahli dibidangnya. Saya sendiri sudah 15 tahun di sini.

Bagaimana membangun merek di tengah gempuran merek lokal serta produk-produk impor dari Tiongkok?

Kami menganggap itu bukan sebagai suatu kompetisi. Lagipula, pelanggan yang cerdas apalagi yang setia akan tahu mana produk yang berkualitas baik dan buruk. Nah, untuk meningkatkan brand awareness kami memakai public figure sebagai brand ambassador misalnya Ustad Solmed dan isteri, serta Fatin Shidqia Lubis. Dari kedua duta merek tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesadaran merek dan penjualan di segmen keluarga dan ibu-ibu serta remaja.

Berapa kapasitas produksi hingga saat ini?

Produksinya saya kurang tahu persis yang pasti sangat banyak dan tergantung dari orderan tim marketing. Saat ini kami memiliki 5 pabrik. Ke depannya kami ingin menggabungkan pabrik-pabrik tersebut menjadi satu agar lebih mudah pengawasan dan operasionalnya.

Apakah Rabbani menciptakan second brand juga?

Tidak. Kami tidak menciptakan brand baru, Rabbani hanya fokus pada satu merek. Kami tidak mau ikut-ikutan perusahaan lain.

Lalu bagaimana cara menggarap setiap segmen market?

Kami menjual berbagai macam item yang disesuaikan dengan setiap segmen. Misalnya untuk highend, kami menjual baju koko dipadukan dengan songket yang terlihat ekslusif dengan harga sekitar Rp 600 ribuan, gamis pria panjang yang didesain modern dengan harga Rp 1 jutaan, begitupun busana untuk wanitanya. Selain busana, Rabbani juga memproduksi aksesoris wanita muslimah dan baju renang.

Berapa omset dalam satu hari ?

Kalkukasinya, misalnya 1 outlet dikunjungi 200-an orang setiap hari di mana biasanya spending mereka bisa mencapai sampai 5 potong kerudung dengan harga kisaran Rp 20ribu-Rp 100ribu. Nah, bisa dihitung berapa rata-rata omset per hari per outlet.

Apa inovasi terbaru atau bisnis terbaru yang diciptakan?

Baru-baru ini kami menjual bahan makanan/minuman atau produk kesehatan. Produk tersebut memang bukan merek kami tetapi titipan dari para produsen atau distributor, tapi siapa tahu ke depannya kami bisa menciptakan produk sendiri. Kami memberi nama “Quranic Food” yakni menyediakan makanan/minuman/produk olahan sehat dan bergizi sesuai syariah. Quranic Food hanya tersedia dibeberapa outlet tertentu.

Kedua, kami juga menciptakan Kosmetkc Rabbani. Bisnis ini masih sangat baru jadi sedang proses pengembangan. Inovasi ketiga adalah menciptakan media informasi yakni Rabbani TV yang berisi acara serta informasi Islami sekaligus digunakan sebagai media promosi produk Rabbani. Ini juga masih dalam proses pengembangan.

Inovasi terakhir adalah busana pengantin muslim yang telah dijalankan beberapa tahun yang lalu. Di mana orang bisa membeli atau menyewanya dengan kisaran jutaan rupiah.

Apa saja tantangan selama membangun bisnis?

Tantangannya terberat adalah bagaimana mengibarkan merek Rabbani agar tetap eksis dan mengejar misi visi perusahaan untuk “Mengerudungkan Dunia”.

Caranya?

Tetap menciptakan produk yang inovatif, memperluas wilayah pemasaran.

Termasuk keluar negeri?

Benar. Beberapa tahun lalu kami sempat hadir di Malaysia, namun kini ditutup sementara karena terkendala teknis. Sebenarnya banyak orang yang berminat menjadi reseller Rabbani untuk menjual produk ini ke Timur Tengah, Amerika Serikat dan Eropa. Dan, sebagian diantaranya sudah menjalankan itu.

Berapa target outlet hingga akhir tahun ini?

Yang pasti kami terus memperluas outlet kami. Saat ini kan ada 4.000 kabupaten di Indonesia, itu artinya masih banyak peluang yang terbuka untuk digarap. Caranya, dengan menyisir pasar hingga ke pelosok-pelosok. Ada dua teknik untuk memperluas jaringan Rabbani yakni menyebar atau mengembangkan. Maksudnya, menambah outlet-outlet atau mengembangkan outlet yang ada hingga menjadi lebih besar.

Adakah titik di mana perusahaan pernah mengalami keterpurukan?

Alhamdulilah sejauh ini tidak ada. Kami optimistis, Rabbani akan terus berkembang ke depannya. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved