Management Strategy

Sritex Ekspansi Produksi Raw Material Keluar Jawa

Sritex Ekspansi Produksi Raw Material Keluar Jawa

PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) sudah tidak asing lagi di industri tekstil. Sejak berdiri 49 tahun lalu, produknya telah menyebar ke 100 negara, salah satunya Rusia yang notabene pasarnya sulit ditembus. Saat ini, Sritex sudah berada di tangan generasi kedua.

Berawal dari sebuah kios kecil di Pasar Klewer, Solo, Sritex yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2013 ini kini kesohor sebagai pemasok kain untuk seragam militer di sejumlah negara di Eropa.

“Rencananya, tiga tahun ke depan kami akan mulai melakukan ekspansi ke luar Pulau Jawa untuk pembuatan row material dan rencananya akan dibuka di pulau Kalimantan,” kata Presiden Direktur Sritex, Iwan Setiawan Lukminto.

Perusahaan tekstil terintegrasi sudah mulai ekspansi keluar dari Solo sejak 1980-an. Salah satu prestasi Sritex adalah mampu menjadi pemasok seragam militer ke 100 negara, salah satunya Rusia, yang notabene pasarnya sulit ditembus, Jelas hal ini juga membanggakan bagi Indonesia. “Kami sudah ekspor ke 100-an negara. Yang terbesar ke Amerika, sekitar US$ 150 juta,” kata Iwan.

Presiden Direktur Sritex, Iwan Setiawan Lukminto (kanan)

Presiden Direktur Sritex, Iwan Setiawan Lukminto (kanan)

Sritex didirkan oleh HM Lukminto pada 1968 silam. Awalnya, ayahanda Iwan ini hanya berdagang kain di sebuah kios kecil di pasar Klewer, Solo. Sang ayah menjual kain belacu yang dibeli di Bandung dan Semarang, kemudian memasok ke pabrik-pabrik di Solo dan sekitarnya.

Perusahaan tekstil di kawasan Baturono, Solo, merupakan cikal bakal Sritex yang sampai saat ini tetap fokus di bisnis tekstil. Ekspansi pertama dilakukan pada tahun 80-an, dimulai dari Magelang, kemudian berlanjut ke Jogja dan sekitarnya.

Pada tahun 2000-an, Sritex kembali ekspansi ke Semarang dan Bogor. Saat ini, kantor Sritex sudah tersebar di berbagai kota dan kabupaten di Jawa Tengah, seperti Sukoharjo, Solo Raya, Karang Anyar, Semarang, Kudus, dan lainnya. Bahkan, punya kantor perwakilan di luar negeri.

“Keunggulan kami adalah punya sumber daya manusia yang berkualitas dan terlatih. Mereka memang punya kemampuan dasar membuat batik, sehingga tidak sulit dikembangkan,” kata Iwan.

Hingga Juni 2015, Sritex mencatat kinerja yang cukup kuat dibanding priode yang sama tahun lalu. Sritex membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 30% dari US$ 278 juta menjadi US$ 362 juta.

Peningkatan penjualan didukung oleh peningkatan yang cukup signifikan di hampir semua divisi dengan peningkatan sebesar 26% di divisi benang, 13% di divisi kain mentah, 22% di divisi kain jadi dan 94% di divisi pakaian jadi.

Pada periode yang sama, membukukan laba bersih US$30,09 juta pada semester I/2015, meroket 136,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$12,72 juta. (Reportase: Istihanah)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved