Management Strategy

Tahun 2014 BNI Syariah Bidik Pembiayaan Mikro di Indonesia Timur

Tahun 2014 BNI Syariah Bidik Pembiayaan Mikro di Indonesia Timur

PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS) kian serius menggarap sektor mikro. Hingga November lalu memiliki 81 outlet dengan pembiayaan mikro mencapai Rp 850 miliar, maka akhir tahun 2013 ditargetkan akan tembus Rp 1 triliun. Menurut Dinno Indiano, Direktur Utama BNIS, meskipun pembiayaan mikro baru dilakukan tahun lalu oleh BNIS, maka tahun 2014 akan lebih fokus menggarap pembiayaan sektor mikro.

Hal ini diwujudkan dengan menambah 20 outlet, khususnya untuk pengembangan di wilayah Indonesia Timur. Diakui Dinno, untuk pengembangan outlet dibutuhkan investasi sekitar Rp 500 juta/outlet. “Tahun 2014, kami menargetkan pembiayaan mikro sekitar Rp 1,4 trliun atau masing-masing outlet Rp 15 miliar/unit, ” katanya.

BNISyariah

Keseriusan BNIS menggarap pembiayaan mikro didukung oleh PT Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank induk yang telah menyediakan modal kerja sekitar Rp 500 miliar di tahun 2014. Menurut Gatot M Suwondo, Direktur Utama PT BNI, dengan adanya tambahan dana ini maka BNIS akan kian fokus di bidang usaha mikro, selain properti yang masih menjadi andalan. Pasalnya BNI sebagai bank induk tidak bisa menjangkau pasar mikro, tetapi hanya menyasar pada sektor korporat, usaha kecil, menengah dan atas. “Pasar mikro masih terbuka lebar, sehingga kami ingin BNI Syariah ini fokus ke mikro,” kata Gatot.

Diakui Gatot, sebenarnya BNI bisa menyediakan berapa pun kebutuhan dana yang diperlukan untuk anak perusahannya. Tetapi untuk tahun 2014, penambahan modal yang akan diberikan sekitar Rp 500 miliar saja dulu dan dan diharapkan akan bisa meraih dana pihak ketiga (DPK) yang lebih besar. “Kami tidak mau memberikan dana terlalu banyak ke BNI Syariah. Kami lihat dulu kapasitas anak perusahaan, nanti terlalu berat buat mereka,” tuturnya.

Dinno menambahkan, sejak BNI Syariah di spin off tahun 2010 memiliki aset sekitar Rp 5,2 triliun, tetapi hingga akhir November telah mencapai Rp 14,55 triliun. Sedangkan DPK, bila tahun 2010 sekitar Rp 4,23 triliun, maka hingga November ini mencapai Rp 11,14 triliun. Begitu juga pembiayaan dimana tahun 2010 hanya sekitar Rp 3,26 triliun, maka hingga November lalu telah mencapai sekitar Rp 10,9 triliun, dengan laba sekitar Rp 102 miliar. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved