Management Editor's Choice Strategy

Tepung Bumbu Kobe Makin Pede

Tepung Bumbu Kobe Makin Pede

Ayam goreng renyah dan nikmat sudah ada di Amerika Serikat sejak puluhan tahun lalu. Potongan ayam dibalut tepung dan digoreng hingga garing dijamin membuat lidah bergoyang.

Renyahnya ayam goreng begitu menggugah selera. Kulit yang renyah dan gurih bergantung pada jenis tepung yang digunakan. Ada beragam merek tepung yang siap digunakan untuk membuat ayam goreng ala Amerika.

Tepung bumbu Kobe adalah salah satunya. Produk tepung bumbu pertama di Indonesia ini menawarkan kerenyahan di atas rata-rata. Direktur PT Kobe Boga Utama, Desideria Utomo mengatakan, perusahaan bertumpu pada experiential marketing untuk meningkatkan penjualan.

“Marketing bukan hanya iklan yang dilihat konsumen, melainkan menekankan pada pengalaman konsumen sendiri. Terutama saat konsumen bersinggungan langsung dengan produk. Baik di point of sales, maupun dari kualitas produk, pemakaian dan hasilnya,” katanya.

Direktur PT Kobe Boga Utama, Desideria Utomo

Direktur PT Kobe Boga Utama, Desideria Utomo

Harapannya, terciptanya konsumen yang loyal meskipun dibombardir iklan yang agresif dari kompetitor. Keberhasilan penjualan suatu produk juga merupakan perpaduan dari banyak faktor, seperti promosi, distribusi dan kualitas produk itu sendiri.

Dari hasil riset, lanjut dia, produk yang menggunakan tepung bumbu Kobe sudah terbukti menghasilkan hasil gorengan yang lebih krispi. Oleh karena itu, rekomendasi dari konsumen, terutama kaum ibu di komunitasnya, terhadap produk akan berdampak positif terhadap penjualan.

“Kegiatan yang dilakukan kami saat ini lebih ditujukan untuk melibatkan komunitas ibu-ibu sebagai target market, seperti cooking show dan lomba memasak. Kegiatan seperti ini mengusung konsep experiential marketing,” ujarnya.

Desideria menjelaskan, konsep experience marketing tidak akan berjalan tanpa produk yang unggul. Konsumen yang merasa puas saat menggunakan tepung bumbu yang diproduksi sejak 1979 ini akan merekomendasikan produk tersebut kepada keluarga maupun teman.

“Kami mengamati bahwa loyalitas terhadap brand Kobe diwariskan dari ibu ke anak. Jadi, promoting dan selling juga terjadi di dalam ranah rumah tangga, yaitu dari 1 generasi ke generasi berikut,” katanya.

Dia menambahkan, kontribusi word of mouth marketing (WOMM) sekitar 50% dari total penjualan. Cara mengukurnya adalah dari survei berkala setiap 6 bulan di point of sales oleh tim pemasaran. “Besarnya kontribusi rekomendasi terhadap keputusan konsumen berkat strategi pemasaran yang fokus pada experiential marketing yang menekankan aktivitas below the line,” ujarnya. (Reportase: Raden Dibi Irnawan)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved