Management Editor's Choice Strategy

Wong Hang Bersandar pada Kepercayaan

Wong Hang Bersandar pada Kepercayaan

Membangun sebuah merek yang akhirnya melegenda bukanlah persoalan yang mudah. Begitu pula mempertahankan merek tersebut. Wong Hang Taylor, salah satu merek pakaian pria yang sudah 82 tahun eksis di Indonesia, juga mengalami proses berliku dalam pembangunan mereknya.

Buah tangan seorang penjahit dari daratan Tiongkok tahun 1933 di Surabaya, Wong Hang adalah satu merek yang menjadi identitas pakaian pria dewasa. Sukses ekspansi ke beberapa daerah di Indonesia, tak membuat pemilik 11 butik yang tersebar di Surabaya, Jakarta, Bandung dan Makassar ini puas. Mereka kini membidik pasar regional.

“Kami sudah mulai masuk ke pasar regional, dimulai dari Singapura. Saya pernah kuliah di Singapura dan banyak teman saya puas dengan merek kami. Akhirnya kami membuka butik di sana di tahun 2015,” kata Stephen Wongso, Desainer Wong Hang Taylor.

Stephen Wongso, Desainer Wong Hang Taylor

Stephen Wongso, Desainer Wong Hang Taylor

Menurut dia, kepercayaan adalah modal utama Wong Hang bisa bertahan selama lebih dari 8 dekade. Selanjutnya adalah kualitas kerja yang membuat para pelanggan puas dan terus mempercayai merek Wong Hang. Yang tidak kalah penting adalah ketepatan waktu penyelesaian pakaian.

“Semua dikerjakan dengan tangan, bukan mesin. Kami harus memberi kepastian waktu kepada klien kami. Sehingga, mereka terus mempercayai kami untuk pembuatan pakaian di acara-acara penting,” ujarnya.

Dia menjelaskan, inovasi adalah kunci sukses dalam membangun merek. Setelah lebih dari 8 dekade, perseroan perlu mengubah imej merek dari penjahit tradisional menjadi penjahti yang lebih cool, funky, berjiwa muda. Salah satunya dengan mengubah showroom menjadi lebih modern.

Untuk memuluskan program tersebut, perusahaan mengunggah foto-foto showroom ke media sosial. Dengan demikian, para pelanggan mereka mengetahui perubahan ini. Promosi lewat Facebook, Twitter, dan Instagram juga lebih efektif, terutama untuk produk baru. Tak hanya memajang produk, para follower juga mendapat pengetahuan penting, misalnya cara menggunakan jas.

“Strategi dalam promosi sudah 180 derajat berubah. Dulu, kami mengalokasikan dana yang besar untuk beriklan di TV atau media-media lainnya. Saat ini, kami sudah memanfaatkan dunia maya dalam berpromosi,” katanya.

Saat ini, permintaan pakaian terbesar datang dari acara pernikahan, yakni 40% dari total pakaian. Menyusul, permintaan seragam karyawan sebanyak 30% dan sisanya kebutuhan sehari-sehari seperti kemeja, batik dan lainnya. Wong Hang juga sudah melayani permintaan dalam partai besar, misalnya, seragam karyawan untuk beberapa perusahaan besar seperti Mercedes Benz Indonesia, Toyota Astra Motor, dan lain-lain. (Reportase: Istihanah)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved