Marketing Editor's Choice Strategy

Eka Anwar: Tugas Baru Pertahankan Market Leader BB

Eka Anwar: Tugas Baru Pertahankan Market Leader BB

Bulan Januari 2012 merupakan momen sekaligus milestones terpenting dalam karier Eka Anwar. Pria yang sudah 8 tahun berkecimpung di industri telekomunikasi ini, baru saja mendapat mandat baru sebagai Direktur Pemasaran PT Research In Motion(RIM) di Indonesia, produsen ponsel pintar asal Kanada bermerek BlackBerry.

Sebagai salah satu petinggi RIM Indonesia, pria berpenampilan stylist yang genap berusia 40 tahun ini dipercaya untuk mempertahankan posisi RIM di Tanah Air. Bisa dibilang, Eka adalah satu-satunya tumpuan bagi keberlangsungan bisnis RIM. Maklum, Indonesia adalah key market bagi mereka sehingga menjadi harapan di tengah penjualan global yang terus merosot dan laporan keuangan yang menunjukkan rapor merah.

Di sela-sela kesibukannya, Eka memaparkan sejumlah strategi bisnis untuk mempertahankan BlackBerry sebagai ponsel pintar nomor satu di Indonesia. Berikut nukilan wawancara Ario Fajar dari SWA Online.

Bisa diceritakan proses Anda bergabung dengan RIM Indonesia?

Saya tidak pernah menduga bisa bergabung dengan RIM. Ketika menjabat sebagai Head of Marketing di Samsung, salah satu headhunter dari Singapura menghubungi dan menawarkan saya untuk bekerja di RIM Indonesia. Proses negosiasi berlangsung selama 3 bulan. Bulan Desember 2011 saya keluar dari Samsung, lalu Januari 2012 saya sudah bertugas di RIM.

Apa alasan Anda menerima tawaran tersebut?

Kami tidak bisa pungkiri, kehadiran BlackBerry (BB) sangat fenomenal di Indonesia. Pamornya terus naik dan keberadaannya menggeser merek-merek lawas. Ada tiga alasan kenapa saya bergabung. Pertama, karena popularitas BB. Kedua, karena posisi yang ditawarkan cukup menarik. Ketiga, karena tantangan.

Saya di sini menjalankan semua bisnis operasional. Mulai dari penjualan, pemasaran, distribusi, aplikasi, dan sebagainya. Posisi country director diperuntukkan untuk government relations. Jadi, urusan bisnis RIM Indonesia, itu tanggung jawab saya.

Menurut Anda, kompetensi apa yang paling dibutuhkan untuk menjalankan bisnis RIM Indonesia?

Saya punya kontrak kerja dan sejumlah target di sini. Salah satunya adalah me-maintain posisi BB sebagai market leader katogeri ponsel pintar di Indonesia. Jelas, mempertahankan lebih sulit daripada merebut pasar. Kompetensi yang dibutuhkan tentunya harus komprehensif. Artinya, dia harus tahu semuanya, mulai dari sistem ritel, distribusi, pengembangan aplikasi, after sales services, strategi pemasaran yang efektif, hingga jeli melihat perubahan perilaku konsumen Indonesia. Saya adalah direktur pemasaran pertama di sini. Sebelumnya, posisi ini belum ada. Ini adalah salah satu bukti keseriusan RIM untuk pasar Indonesia.

Kalau boleh mengklaim, apa prestasi Anda di perusahaan lama?

Di Nokia, saya pernah menjabat sebagai Multimedia Retail Manager yang mengelola bisnis Nokia Nseries. Catatan baiknya adalah berhasil membawa pamor Nokia N-series sebagai salah satu handset populer di Indonesia yakni mencapai 75% pencapaian consumer awareness tertinggi dari Nokia di seluruh dunia. Saya mendapat Best Marketing Manager of The Years 2008 dari CAKRAM dan yang terpenting adalah mempertahankan posisi Nokia sebagai ponsel nomor satu di Indonesia kala itu.

Di Samsung, saya menciptakan integrated marketing communication untuk mendongkrak nama dan penjualan Galaxy Tab. Hasilnya, sejumlah penawaran spesial banyak disambangi masyarakat, bahkan dipuji oleh manajemen dari Korea. Posisi Samsung terkerek dari nomor empat ke posisi dua.

Apa saja strategi bisnis yang Anda jalankan untuk RIM Indonesia?

Tugas yang paling pokok adalah mempertahankan posisi RIM sebagai market leader ponsel pintar di Indonesia. Caranya dengan meluncurkan produk baru secara berkelanjutan agar market share BB tidak turun. Jika belum ada produk yang bisa di-lauch, kami akali dengan melakukan inovasi dan sejumlah acara yang kontak langsung dengan konsumen. Misalnya, kami menyelenggarakan program BB Terjangkau (BBT). BBT memberikan kemudahan konsumen dalam cara pembayaran dengan bantuan dari Adira Kredit, BCA dan BII.

Kami juga menggandeng 300 gerai tradisional dan akan menambahnya hingga 500 gerai. Kami memiliki ekspektasi bisa memberikan pelayanan dan pengalaman yang memuaskan ke konsumen melalui BlackBerry Lifestyle Store yang kini sudah berjumlah 8 gerai. Untuk after sales service, kami mendirikan Blackberry Expert Center (BEC) sebanyak 57 gerai di 13 kota.

Bukan hanya itu, kami menggandeng developer lokal untuk bisa menyumbangkan idenya di OS terbaru kami. Investasi sebanyak Rp 55 miliar untuk beasiswa dan pelatihan di institusi pendidikan juga tengah berjalan.

Apa prestasi Anda sejauh ini?

Lembaga riset Gfk melaporkan, pada bulan Januari 2012 kami meraih 50%, Februari 51%, hingga Mei 54%. Padahal pada bulan Mei 2011, posisi RIM hanya 49%. Kesimpulannya, saya berkontribusi mengatrol persentase market share RIM di Indonesia. IDC memperkirakan, tahun 2015 pengapalan BB ke Indonesia diprediksi sebanyak 9,7 juta handset.

Selain itu, kepuasan pelanggan BB adalah yang paling tinggi versi Roy Margan pada Q3 di 2011. Kami juga berhasil menghimpun 1,8 juta teman di Facebook. Saya yakin posisi kami terus bergerak naik karena didongrak momen bulan Ramadhan dan Lebaran, di mana pada bulan Juli dan Agustus penjualan BB pasti meningkat.

Bagaimana Anda bisa meraih prestasi itu?

Kami tidak menutup mata akan kehadiran kompetitor. Saya bekas karyawan Nokia dan Samsung, jadi saya tahu banyak kelebihan dan kelemahan mereka. Salah satunya mempelajari kekuatan Nokia dari segi infrastrukur seperti ritel dan after sales services-nya dan mencuri ilmu dari Samsung dari segi kreasi menciptakan integrated marketing communications-nya. Namun yang terpenting adalah harus lihai memperlakukan setiap segmen yang ingin dituju.

Bagaimana Anda mempersiapkan strategi di tengah laporan penjualan RIM global yang semakin menurun?

Indonesia adalah key market bagi RIM. Kami ibaratnya anak emas bagi RIM. Beruntungnya, karakter orang Indonesia adalah konsumen yang suka chatting. Dan, kami memiliki teknologi untuk memfasilitasi kebiasaan itu yakni dengan adanya Blackberry Messenger (BBM). Saat ini, orang kita tidak cuma memiliki satu ponsel. Mereka punya dua, dan salah satunya pasti BB. Berbagai macam program penawaran juga kami tawarkan agar seluruh masyarakat bisa memakai BB.

Sebagai harapan terbesar, bagaimana Anda berkoordinasi dengan managemen pusat?

Mereka sangat mengawasi kinerja kami. Setiap hari kami dikontrol soal perkembangan bisnis. Pokoknya, tidak boleh satu persen pun market share kita turun. Untuk itu, kami selalu mengadakan meeting harian, mingguan dan bulanan melalui conference call.

Apa saja agenda bisnis RIM Indonesia tahun depan?

Kami tengah mempersiapkan BlackBerry OS 10 yang akan diluncurkan tahun depan. Meski belum keluar, beritanya sudah menjadi perbincangan hangat di sini. Namun, kami tidak mau mengindahkan OS 7 yang masih sangat baik penjualannya. Jadi kami akan fokus ke dua hal itu, sembari menyelenggarakan acara-acara spesial termasuk gencar membidik masyarakat luar Jawa.

Setelah RIM, apa target Anda selanjutnya? Apakah benar Anda dilirik oleh Apple untuk menjalankan bisnis di Indonesia?

No comment (tersenyum). (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved