Marketing

Jelang Lebaran Daging Naik, Bawang dan Cabe Turun

Jelang Lebaran Daging Naik, Bawang dan Cabe Turun

Menjelang Lebaran biasanya harga bahan-bahan kebutuhan pokok naik dan stok terbatas. Apa yang terjadi di lapangan kadang tidak sejalur dengan teori yang ada.“Waktu terakhir kunjungan lapangan, kalau dilihat dari stok cukup. Tapi memang ada hal-hal yang menurut saya menarik dan ini bukan semata-mata karena kaitan Lebaran. Biasanya mendekati hari besar ini ada upaya-upaya dari pihak tertentu yang selalu mencoba untuk memanfaatkan situasi. Padahal kejadian-kejadian itu menurut saya sebetulnya adalah masalah supply dan demand”, terang Eddy Kuntadi, Ketua Kadin DKI Jakarta.

Lebih jauh, Eddy mengatakan bahwa ada beberapa barang yang kemungkinan bisa naik tapi justru malah turun. Hal inilah yang menurutnya penting. Momen Lebaran yang biasanya diramaikan oleh tradisi konsumsi daging dan ayam, kini harus dibayangi oleh sejumlah kekhawatiran. Harga ayam ditengarai naik secara signifikan, begitu pula telur. Tapi ada juga barang-barang yang turun, seperti bawang merah dan cabe (karena faktor panen). Jadi ada hal-hal yang secara khusus perlu dilihat oleh badan perdagangan ini.

Sarman Simanjorang, Ketua Asosiasi Perdagangan Daging Sapi DKI Jakarta, menambahkan bahwa kondisi yang mereka lihat di lapangan, harg daging sapi sudah mencapai 93 ribu per kg, khususnya daging. Dirinya menekankan bahwa, jika pemerintah tidak segera menambah kuota, harga akan naik sampai Rp 100 ribu per kg. “Sebenarnya kami sangat pro terhadap daging lokal. Kami sebagai warga negara Indonesia, ingin agar kemandirian pangan menjadi nomor satu. Hanya yang jadi masalah adalah ternyata dalam prakteknya, daging lokal itu belum mampu men-supply kebutuhan pasar. Itu yang kami lihat,” dia menegaskan.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian menyatakan bahwa saat ini telah tersedia sebanyak 20 ribu ton daging lokal. “Tapi bagi kami kan sederhana saja, kalau memang ada, mengapa harga daging semakin naik, dan kelangkaan di kalangan pelaku usaha itu semakin tinggi. Menurut hemat saya, kalau kita dapat men-supply seluruh kebutuhan daging, itu hanya teori. Kami melihat bahwa 8.300 kuota daging sapi untuk bulan Juni-Desember 2012 saja sudah sangat tidak masuk akal. Karena kuota untuk tahun ini hanya sekitar 34 ribu ton, dimana tahun lalu pemerintah masih memberikan 100 ribu ton,” ujarnya.

Sarman menambahkan, untuk tahun ini terjadi pemotongan kuota sebesar 64% dengan asumsi daging lokal akan mampu men-supply pasar. Faktanya, di lapangan tidak terjadi. Padahal, Kadin per bulan Maret lalu sudah meneriakkan hal tersebut kepada pemerintah. “Menjelang Lebaran permintaan cukup banyak, tetapi yang terjadi adalah harga semakin naik, dan ketersediaan semakin langka. Ini harus segera disikapi supaya jangan sampai terjadi gejolak terutama di kalangan pelaku usaha, yaitu industri pengolahan, “ terangnya.

Industri pengolahan yang dimaksud bisa mencakup industri bakso, sosis, korned, dan segala macam. Yang lainnya adalah Horeka (hotel, restoran, kafe, dan catering), yang jumlahnya ribuan di Jakarta. Industri-industri inilah yang paling banyak membutuhkan daging sapi. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved