Management Editor's Choice Strategy

Komitmen Telkom Dukung Poros Maritim Indonesia

Komitmen Telkom Dukung Poros Maritim Indonesia

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mengambil sikap dalam menempatkan dukungannya terhadap perkembangan sektor maritim Indonesia, yakni dengan mengoptimalkan 18 Broadband Port (pelabuhan dengan standar teknologi broadband) di tahun 2015 ini. Hal ini juga seiring dengan visi Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang mandiri, maju, dan modern.

awaluddin

Dalam pengembangan 18 Broadband Port yang mengintegrasikan pelabuhan dengan ekosistem sekitar melalui pendekatan ICT (Information Communication and Technology) dan connectivity, Telkom bakal berkolaborasi dengan sejumlah instansi seperti Pelindo, Syahbandar, TNI AL, KPL Mina Sumitra, hingga Kampung Nelayan, untuk menciptakan pelabuhan yang berbasis pada maritime logistic, maritim fishery, dan maritime defense.

Muhammad Awaluddin, Direktur Enterprise & Business Service Telkom, melihat bahwa jika dirujuk beberapa waktu ke belakang, yang membuat kinerja pelabuhan tidak optimal adalah karena semua aktivitasnya masih dilakukan secara off-line. “Misalnya aktivitas logistik, truk kontainer masuk ke pelabuhan masih dilakukan secara offline jadi kerap terjadi penumpukan, begitu juga dengan kapal yang parkir di pelabuhan masih banyak yang belum diketahui asal kapal tersebut, masuk dari jalur mana, atau jangan – jangan lewat jalur tikus,” sebut pria yang biasa disapa Awal ini.

Oleh karena itu sebuah kebutuhan yang substansial apabila pelabuhan dilengkapi dengan teknologi berbasis ICT. Awal juga menjelaskan bahwa aplikasi Broadband Port ini harus melihat ekosistem sekitar, sehingga melalui penerapan teknologi tersebut bisa memberikan manfaat bagi pelaku – pelaku di sekitar pelabuhan seperti pengatur logistik, transportasi, cukai, hingga nelayan.

18022015 Maritime 18 Port

Sementara itu Harry Boediarto, Direktur Lalu Lintas Laut Kementerian Perhubungan RI, mengungkapkan, perlunya dukungan ICT terhadap kegiatan transportasi laut untuk mendongkrak kinerja pelabuhan.

“Indonesia kan jadi rute lalu lintas laut di seluruh dunia. Jadi perlu suatu mekanisme yang dapat memfasilitasi aktivitas tersebut, terutama dalam hal logistik, inventory, dan juga transportasi,” jelas Harry.

Ia juga melanjutkan dengan dikombinasikannya simpul dan jaringan kelautan dengan ICT, dalam hal ini adalah pelabuhan dan angkutannya maka dapat mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh ketimpangan kargo antara satu pelabuhan dengan pelabuhan lain, dan satu pulau dengan pulau lain dapat berjalan secara efisiensi. “Jadi tidak terlalu menumpuk di satu kargo saja, karena bisa dikontrol,” lanjutnya.

Mengenai investasi yang diperlukan guna membangun 18 Broadband Port ini, Awal memetakan jumlah investasi yang mencapai Rp 90 miliar, dimana 65%-nya akan dialokasikan untuk membangun connectivity-nya, 20% untuk platform applicationnya, dan sisanya untuk device. “Untuk device kita tidak terlalu fokus ke sana, karena sudah ada swasta yang mengisi di sana,” sahut Awal.

Dengan dapat terealisasikannya Broadband Port ini, maka Indonesia diuntungkan dengan tiga hal yang telah disebutkan, dimana maritime logistic pelabuhan dapat melakukan tracking, contohnya berapa kontainer dari perusahaan manufaktur A yang sudah masuk ke pelabuhan, dan sudah melalui proses apa sajakah itu. Upaya memonitor aktivitas kargo ini bisa dilakukan apabila perusahaan telah mengaplikasikan Flip Management System (FMS) sehingga bisa mengukur seberapa crowded aktivitas kargo yang terjadi dalam sehari.

Teknologi FMS ini, lebih lanjut Awal menjelaskan, juga bisa diaplikasikan untuk konteks kampung nelayan. Hal ini dikarenakan pelabuhan bisa mengukur kuantiti hasil tangkapan nelayan yang masuk, sehingga tidak terjadi lagi aktivitas pembayaran yang dilakukan secara manual. “Kalau manual biasanya nelayan kerap mendapatkan upah yang tidak sebanding dengan hasil tangkapannya,” dia berujar.

Kemudian yang kedua, Telkom juga tengah mengembangkan Vessel Management System (VMS) yang mana kaitannya bisa untuk maritime fishery, maupun maritim defence. Dalam kaitannya dengan nelayan, Awal menggambarkan bahwa sistem ini mampu mendeteksi iklim laut, gelombang, serta angin yang bisa dijadikan sumber informasi untuk para nelayan yang hendak melaut.

Lebih jauh lagi, melalui VMS ini juga nelayan bisa mendeteksi spot – spot tertentu yang banyak ikannya, yakni berdasarkan pendekatan fish finder (mencari ikan berdasarkan jenisnya), atau plankton finder (mencari ikan perdasarkan tempat berkumpulnya).

Sementara itu dalam kaitannya dengan Maritime Defense, Laksamana Pertama Fedhy E. Wiyana, Kadin Komunikasi dan Elektronika TNI AL, menuturkan bahwa setiap pulau terluar perlu diberikan VTC (Vessel Traffic Controller) guna memantau setiap kapal yang hendak memasuki perairan Indonesia. Hal tersebut juga menurutnya sekalian menjaga pulau – pulau terluar di Indonesia dari tingkah usil negara tetangga.

“Yang pasti VTC ini akan kita letakkan di 11 pulau terluar Indonesia, sehingga jangan sampai terjadi lagi kasus pulau Sipadan & Ligitan, dimana kita kecolongan karena tidak ada teknologi yang mumpuni pada saat itu,” ujar Laksamana Pertama Fedhy.

Secara keseluruhan, tantangan yang dipikul Telkom adalah dalam pembenahan pelabuhan – pelabuhan yang akan di ICT-kan dengan melakukan instalasi fiber optic, pengembangan jaringan WiFi, penguatan sinyal Telkomsel, serta pengembangan infrastruktur terkait. “Tahun lalu kita sudah memiliki 6 pelabuhan, rencananya tahun ini kita akan fokuskan di 12 pelabuhan lagi,” kata Awal. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved