Management Strategy

Pentingnya Data Recovery Planning dalam Cetak Biru

Pentingnya Data Recovery Planning dalam Cetak Biru

Berada pada zona rawan bencana, sektor bisnis Indonesia dihadapkan pada ancaman kehilangan data substansial. Seperti yang dipaparkan Ir. Hasto Atmoko selaku Kepala Seksi Penanggulangan Bencana Direktorat Topografi Angkatan Darat ketika berbicara dalam seminar tentang Disaster Recovery Planning3D Data for Asset Management di Datascrip Solution Say 2014 di Jakarta.

Menurutnya, ancaman banjir, gempa, bahkan tsunami, kemungkinan besar akan melenyapkan aset data perusahaan yang dalam hal ini lebih kepada bangunan, jika tidak di backup secara sistematis cetak birunya.

DatascripDAY-2013peserta

“Ketika suatu bangunan hancur dan cetak birunya tidak di backup, maka akan hilang nilai historis dari bangunan tersebut. Misalnya saja dulunya ini tempat apa, serta bentuknya, dan ukuran empirisnya bagaimana,” tukas Ir. Hasto.

Oleh karena itu, Datascrip, melalui lanjutan dari serangkaian event Datascrip Solution Days 2014, memperkenalkan suatu metode untuk membackup data sebuah bangunan, yakni dengan menggunakan Scanner 3D, Faro Focus3d Terresterial Laser Scanner, yang dipadukan dengan Z450 Series 3D Printer untuk mencetak miniatur objek yang telah discan.

Secara pragmatis peluncuran ini meminimalisir suatu bangunan kehilangan cetak biru yang diakibatkan oleh suatu bencana, baik alam maupun non-alam. Karena dengan scanner 3D tersebut, bangunan bisa diambil sensor tiga dimensinya untuk ditampilkan menjadi soft copy sehingga ketika bangunan tersebut runtuh, soft copy dapat menunjukkan deskripsi bangunan tersebut secara presisi, misalnya berapa luas lahannya, bagaimana tekstur temboknya, serta titik kordinatnya.Terlebih lagi, dipadukan dengan printer tiga dimensi, Z450 Series 3D, citra objek yang telah diambil dapat ditampilkan dalam bentuk miniatur.

“Ini merupakan sebuah peralihan dari cara manual dalam men-sketch objek tiga dimensi menjadi lebih efektif dan lebh presisi,” ujar Andreas Pakasi, Marketing Manager pt Datascrip. Ini merupakan sebuah langkah maju dimana menurutnya sebelum tercetus ide me-recovery aset bangunan dengan menggunakan perangkat 3D, ia menuturkan bahwa diperlukan waktu hingga enam bulan hanya untuk menggambar satu objek bangunan berukuran 500 hektar. Namun dengan menggunakan perangkat 3D ini, bisa dipersingkat menjadi hanya dua minggu.

Pentingnya antisipasi dan pengamanan terhadap aset – aset tak bergerak ini membuat beberapa instansi pemerintahan dan non-pemerintahan tergerak untuk mengambil langkah tepat. Menurut Riyadi, salah satu peserta seminar yang berasal dari instansi pemerintahan mengaku seolah mendapat angin segar lantaran dengan demikian dirinya bisa memperkirakan safety procedure apa yang bisa diimplementasikan terhadap bangunannya, mulai dari penentuan assembly point ketika terjadi bencana, serta penguasan ruang sehingga lebih mudah untuk menentukan akses keluar.

Sementara itu, kembali kepada Andreas, pihaknya mengamini segmentasi pengguna yang tidak hanya berasal dari kalangan instansi pemerintah maupun non-pemerintahan (swasta), melainkan juga untuk aspek pelindungan cagar budaya, serta kehutanan. “Kita memiliki warisan budaya yang begitu banyak dan berharga, sayang jika harus hilang tanpa ada backup cetak birunya. Sementara itu untuk kehutanan alat ini bisa digunakan untuk memperkirakan apakah suatu pohon sudah memasuki usia tebang dihitung berdasarkan diameternya,” jelasnya. ( EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved