Unilever, produsen fast moving consumer goods (FMCG) melaporkan pertumbuhan volume penjualan terburuk dalam kurun tiga tahun terakhir akibat harga produk yang tinggi membuat konsumen enggan belanja. Perusahaan pun memprediksi masa kelam tersebut akan tetap berlanjut di tahun ini.

“Kami memperkirakan investor sedikit kecewa dengan hasil ini,” kata analis Sanford Bernstein, Andrew Wood. “Meskipun, pertumbuhan volume yang stagnan cukup menunjukkan kinerja yang baik mengingat harga barang tergolong tinggi.” Unilever mengatakan angka volume sempat ‘terluka’ karena instalasi sistem software di Amerika Utara mengubah sejumah penjualan ke kuartal ketiga. Jika data itu dicampur ke kuartal terakhir, pertumbuhan volume penjualan bisa mencapai 1%.

Laba bersih tahun lalu secara keseluruhan sebesar 4,25 miliar euro padahal perkiraan sebelumnya sekitar 4,34 miliar euro. “Kita tidak bisa mengingat satu tahun penuh yang benar-benar menantang selain 2011,” ujar Chief Financial Officer Jean-Marc Huet. “Ekonomi global masih di kondisi yang buruk dan kami memperkirakan hal ini masih akan berlanjut.”

Underlying sales di tahun 2011 naik 6,5% dan didorong oleh kategori produk rumah tangga maupun personal-care. Beberapa produk personal-care seperti Dove dan Axe kini menyumbang lebih dari sepertiga total penjualan. Unilever memperkirakan biaya komoditas akan naik 5% di tahun ini, turun dari 15% di 2011. Biaya bahan baku naik di 2011 menjadi 2,4 miliar euro di 2011, sepertiga diantaranya berasal dari peningkatan harga minyak goreng.

“Kami tidak berharap akan mengumumkan harga baru di tahun ini,” kata Huet. “Kami perlu memperhitungkan kerapuhan yang dirasakan konsumen.” Pendapatan setahun penuh naik 5% menjadi 46,5 miliar euro. Unilever menargetkan penjualan naik kali lipat dan memproyeksikan lebih dari 80% peningkatan itu berasal dari negara berkembang yang saat ini menyumbang 54% dari keseluruhan.

Pertumbuhan Volume Penjualan Unilever Capai Titik Terburuk