Management Strategy

Satyo Fatwan: Pemimpin Harus Menjalankan Fungsi 4P

Satyo Fatwan: Pemimpin Harus Menjalankan Fungsi 4P

Menjadi pemimpin itu harus mampu menjalankan fungsi peran 4P, yaitu perintis, penyelaras, pemberdaya, dan panutan. Begitulah peran pemimpin yang baik menurut, Satyo Fatwan, Managing Partner Dunamis Organization Services. Keempat hal tersebut yang menjadi kriteria yang digunakan Satyo dalam menentukan Best CEO 2014. Berikut pemarapan lengkap Satyo, kepada reporter SWAonline, Destiwati Sitanggang.

Satyo Fatwan

Apa saja yang menjadi kriteria dalam menentukan Best CEO?

Dalam melakukan pemilihan Best CEO ini, kami tidak melihat dari sisi karakteristik dalam diri seseorang, kami lebih memilih dari perilaku seorang pemimpin. Kerangka berpikir yang kami gunakan, disebut sebagai empat kerangka kepemimpinan. Dua faktor yang kami jadikan alat ukur, yang pertama adalah loyalitas karyawan dan aspek kepemimpinan. Aspek loyalitas karyawan tentunya tidak dapat tumbuh begitu saja, ini semua bisa tumbuh jika para CEO menjalankan peran-peran kepemimpinan mereka dengan baik.

Empat peran kepemimpinan ini yang pertama adalah para CEO tersebut harus mau menjalan peran sebagai perintis. Perintis di tengah perubahan yang terjadi, untuk menemukan jalan keluarnya. Yang kedua, setelah jalan ini ditemukan, peran pemimpin diperlukan sebagai penyelaras. Peran yang ketiga, jalan tersebut harus dimuluskan untuk melancarkan semua pekerjaan, ini masuk poin ke tiga yaitu pembedayaan. Bagaimana CEO mampu memberdayakan organisasinya. Ketiga poin ini tidak dapat dijalankan dengan baik, jika para CEO ini tidak dapat dijadikan sebagai panutan. Maka poin keempat adalah panutan atau role model.

Bagaimana implementasi poin-poin tersebut dalam organisasi?

Pada aspek perintis agak susah, banyak para CEO yang menganggap tugas mereka hanya melihat keluar atau melihat ke depan saja. Dalam kontek sebagai perintis, pemimpin harus melihat ke depan dan sekaligus ke belakang. Dalam konteks perusahaan, melihat ke depan, berarti memastikan bahwa kebutuhan stakeholdersnya ditangkap, dimengerti, dan kemudian dapat diterjemahkan dalam tindakan yang nyata. Melihat ke belakang, memastikan di organisasinya, mengembangkan dan mengartikulasikan visi dan tujuan yang sesuai untuk memenuhi visi dan tujuan stakeholders. Kemudian, CEO juga harus bisa mempertajam fokus dan startegi.

Poin yang kedua yaitu penyelaras, bagaimana CEO menerjemahkan prioritas ke dalam tindakan nyata. Menyelaraskan sistem dan proses untuk mencapai prioritas kunci, serta fokus dari hasil organisasi.

Ketiga, pemberdaya, yakni bagaiman CEO memberikan kesempatan untuk berkembangnya bakat-bakat, khususnya untuk membangun tim yang efesien. Poin keempat yaitu panutan, membangun hubungan berlandaskan kepercayaan, memberikan input dan masukan yang kaya dan produktif. Ini kita ukur dari loyalitas para karyawannya.

Siapa saja yang berhasil melakukan poin-poin tersebut?

Contoh-contohnya saya kutip dari majalah SWA edisi 21, 9 -19 Oktober 2014. Poin pertama, dilakukan oleh Ignasius Jonan, CEO PT KAI (Persero), bagaimana dia mengubah orientasi perusahaan, dari produk ke orientasi customer. Richard Budihardianto, CEO PT GMF Aerosia, juga memberikan contoh. Dia mengubah budaya perusahaan dari BUMN menjadi global company dan juga mengembangkan bisnis ke non-penerbanagan, misalnya perawatan kereta api. Judi Achmadi, CEO PT Sigma Cipta Caraka, dia mengembangkan sistem IT dari perbankan.

Aksi nyata dari poin kedua dilakukan oleh Arief Yahya, CEO Telkom (Persero) Tbk, dia menggerakkan budaya inovasi, budaya organisasi telkomsel, dan invetasi dalam pengembangan karyawan. Raharjo Adi Susanto, CEO PT Sarana Multigriya Finansial, melakukan perubahan manajamen untuk lebih memaksimalkan SDM yang ada. Bambang W. Soendoro, CEO Grup Enesis, mengembangkan IT untuk mempermudah tugas karyawan. Projo Sunarjanto, CEO PT AdiSarana Armada Tbk, mengimplemntasikan SAP. Milawarma, CEO PT Bukit Asam (Persero) Tbk, mengembangkan PLTU di mulut tambang untuk efisiensi.

Untuk poin yang ketiga, aksi nyata dilakukan oleh Agus Benjamin, CEO PT Lippo General Insurance Tbk, dia mengubah struktur organisasi dan karyawan diberikan kewenangan yang lebih dalam pengambilan keputusan. Agus juga mengoptimalkan pendelegasian tugas-tugas yang ada. Contoh lain dilakukan oleh Arfan Awaloeddin, CEO Grup RS Awal Bros, dia membuka pintu komunikasi seluas-luasnya, membudayakan morning report bagi para doternya untuk berbagi pengalaman.

Poin keempat dicontohkan oleh, Arfan Awaloeddin, CEO Grup RS Awal Bros, membudayakan suasana yang sangat egaliter, bahkan beliau pernah ditegur oleh satpamnya sendiri karena salah parkir. Agus Benjamin, CEO PT Lippo General Insurance Tbk, terlibat dalam dalam seharian dalam ekseskusi. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved