Management Editor's Choice Strategy

Strategi Petrosea Menghadapi Kemelut Harga Batubara

Strategi Petrosea Menghadapi Kemelut Harga Batubara

Bisnis batu bara dalam dua tahu terakhir mengalami pukulan berat seiring dengan anjloknya harga komoditas energi ini di pasar global. Bukan hanya perusahaan pemilik tambang batu bara saja yang babak belur, industri pendukungnya, termasuk para kontraktornya, seperti PT Petrosea Tbk. juga ikut kena getahnya. Bagaimana Petrosea menyiasati “musim gugur” di bisnis batu bara ini? Mochamad Kurnia Ariawan, CFO PT Petrosea Tbk, memaparkannya kepada Gustyanita Pratiwi:

Petrosea

Bisa diceritakan perjalanan karier Anda secara ringkas?

Saya memulai karier dari kantor akuntan publik, terakhir di PriceWaterhouse Coopers, kemudian pindah ke Shell. Di sana saya 8 tahun, termasuk 2,5 tahun di Shell Amerika. Kemudian kembali ke sini di AstraZaneca Indonesia, sebuah pharmaceutical company. Sekarang tahun ke-5 saya di Petrosea. Saya juga pernah jadi dosen di FE UI sekitar 9 tahun.

Tantangan di bidang keuangan untuk industri yang Anda geluti saat ini?

Bisnis saya saat ini terkait dengan batu bara, jadi it’s the mine challenge. Karena tiba-tiba seluruh pelaku batu bara mengalami penurunan laba. Tidak hanya tambangnya, tapi juga semua kontraktor yang men–suport tambang ikut merasakan dampak dari penurunan harga batu bara tersebut. Dan ini semua adalah global movement. Kami di Indonesia, not must we can do, this all global. Jadi ada faktor eksternal yang kami tidak bisa tutup mata. Itu yang harus kami manage.

Dengan adanya tantangan seperti itu, dari sisi Anda sebagai CFO, apa yang sudah Anda lakukan?

Jangan sampai kami default. Default itu artinya tidak bisa bayar ke bank, bayar karyawan, dll. Kalau itu terjadi, sangat bahaya terhadap kelangsungan perusahaan. Artinya kami tetap ingin going concern. Jadi intinya cash is the king. Fokusnya adalah makesure bahwa kami punya cukup uang untuk survive.

Kira-kira dua tahun yang lalu bisnis batu bara masih bagus, tiba-tiba ambruk karena harga turun. Yang penting men–direct fokus perusahaan itu supaya survive. Itu akan berbeda sekali kalau kita berpikir kita mau lari. Karena situasinya seperti ini, membawa orang supaya berpikir bahwa sekarang ini survival.

Kalau masalah belanja cost atau apa, make sure itu benar-benar diperhitungkan dengan baik. Jangan seperti zaman dulu, pada saat naik, kan kita cenderung investasi ini itu, tanpa memikirkan return-nya secara lebih seksama lagi. Kondisi seperti ini harus diubah. Sebagai CFO tugasnya harus bisa mengubah, hey ini loh sekarang situasinya seperti ini.

Bisa diceritakan lebih detail apa yang terjadi dengan industri batu bara saat ini? Khususnya yang terkait dengan Petrosea?

Petrosea bergerak di bidang kontraktor batu bara. Jadi, bukan produsennya.

Gambaran saat ini sangat tidak menguntungkan untuk industri batu bara. Awal 2003 terjadi kenaikan harga batu bara yang cukup signifikan. Layaknya sebuah bisnis, begitu marketnya menarik, maka yang terjadi adalah ingin men–distract seluruh player untuk masuk.

Kami sebagai kontraktor batu bara, pada saat ini mendapatkan extension contract yang cukup signifikan. Impact-nya adalah kami melakukan pembelian alat dalam jumlah signifikan pun demikian dengan utangnya.

Kemudian kurva yang ada menunjukkan agak landai (di mana kami masih menikmati laba yang cukup besar) lalu tiba-tiba habis sampai sekarang. Dan getting worst as per today. Jadi saya menggunakan Indeks Newcastle yang sering dipakai sebagian orang, tapi ini adalah angkanya sekitar 71.

Petrosea2 (tegak)

Bisa digambaran sedikit tentang bisnis Petrosea?

Kira-kira kita bayangkan gunung, jadi lapisan paling atas itu biasanya adalah pepohonan, hutan, dan humus. Tanah yang paling atas itu yang kami secure, karena itu akan digunakan untuk reklamasi. Itu tanah paling berharga dalam sebuah proses batu bara. Yang dibintangi adalah batu baranya. Ini yang melakukan penggalian namanya over burden removal, jadi tanah di atas batu bara. Itu yang dilakukan oleh ekskalator besar kemudian pakai truk dikirim ke satu lokasi dimana itu lokasi untuk menaruh batu baranya.

Jadi ini salah satu aspek dari transpor yang dihitung juga dalam batu bara. Jadi transportasi tanah penutup dari lokasi tambang ke tempat penimbunan. Kemudian batu bara ini kami ambil di sini. Nah di sini ada transportasi lagi yaitu truk yang membawa batu bara ke tempat penimbunan batu-bara. Nanti transportasi yang selanjutnya adalah dari penimbunan batu bara ke lokasi tongkang. Itu kira-kira bisnisnya Petrosea.

Apa saja mainproblem-nya?

Pertama, kontinuitas penurunan harga batu bara akhirnya menekan Mine Owner margindancash flow. Collection days have been extended by around 30-45 days. Begitu terjadi penurunan, collection dari pemilik tambang itu turun.

Kedua, mining contractor costmerepresentasikan 60 – 70 % daritotal cost of a mine, sehingga untuk melanjutkan bisnis, mine owner akan mengurangi contractor cost denganmengurangi volume and stripping ratio.

Ketiga, in coal business set-up, contractorprovide all equipment. The real risk is at the hand of contractor as most of the equipment are financed through finance lease or loan. Dalam kontraktor batu bara, yang membeli alat itu adalah Petrosea. Bukan yang punya tambang. Kami dibayar berdasarkan jumlah tanah yang kami angkat. Hitungan namanya bcm (by cubic meter).

Dalam struktur cost tambang, 70% bisa dibilang cost-nya Petrosea. Karena sebagian besar adalah memindahkan gunung untuk mengambil batu baranya. Begitu ada decline ini, collection mundur 1 bulan. Rata-rata semua 1 bulan. Pada saat terjadi penurunan itulah suatu realita yang sangat konsen untuk kami sebagai CFO.

Keempat, term of payment to vendor, especially major vendor, i.e. Trakindo, Lieberr, etc is rigid. Delay in payment to vendor will result in credit blocking, especially for spare-parts purchase.

Apa saja kontrak terbesar Petrosea di 2013?

Kideco Project (mine owner/client : PT Kideco Jaya Agung)

GBP Project (mine owner/client : PT Gunung Bayan Pratama Coal/ Bayan Group)

ABN Project (mine owner/client : PT Adimitra Baratama Nusantara/ Toba Bara Group)

Bagaimana Anda melihat prospek industri ini bagi Indonesia terutama, karena Indonesia salah satu pemasok batu bara. Lalu sebagai CFO, apa yang menjadi critical point sebagai finance officer dalam bisnis ini?

Jadi bisnis batubara saat ini tergantung pada India dan China. Sangat dependent to thiscountries. Karena China dengan industrinya. Dan India dengan kondisi listrik coveragenya yang masih sangat rendah. Jadi kebanyakan batu bara saat ini digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Kira-kira 40% dari worldwide, itu semua menggunakan batu bara sebagai sumber dayanya.

Di China, ketika industrinya tumbuh atau menyusut, itu sangat berpengaruh terhadap batu bara. Amerika yang sebelumnya importir, sekarang jadi ekportir. Amerika itu pemilik cadangan terbesar di dunia. Kalau kita dibandingkan dengan dunia, cadangan di Indonesia cuma 2%. Intinya cadangan 2%, kalau kita ekspor terus, dalam 5 tahun kita akan impor. Karena kebutuhan dalam negeri sekarang bisa dibilang cuma 25-30% yang masuk ke dalam negeri, sisanya kita ke luar. Karena harga di luar lebih bagus. Somehow itu industri yang phenomenon. Kita itu cuma 2% dibandingkan seluruh global resources.

Cadangan batubara kita relatif, tapi sekarang kita masuk ke dalam 5 besar eksportir. These the reality. India, belakangan rupee menguat. Jadi itu bagus untuk India karena their buying power sekarang meningkat untuk membeli produk impor. Artinya dalam 10 tahun, porsi 40% sumber daya listrik berdasarkan batu bara itu akan tetap di situ. Artinya bisnis batu bara ini tidak akan totally closed. Karena dengan peristiwa Jepang seperti gempa bumi ataupun fasilitas nuklirnya distop, itu sekarang Jepang 0% pakai nuklir. Mereka change rule policy now to year. Itu untuk jangka pendek, batu bara solisinya. Untuk jangka panjangnya gas. Tapi itu masih perlu waktu. Jadi saya pikir batu bara masih akan jadi alternatif energi sampai 50 tahun ke depan

Prediksi Anda tentang prospek industri batu bara?

Produk batu bara itu diregulasikan oleh pemerintah. Karena kontrak batu bara dengan pemerintah, jadi di situ ada aturan royalty, pajak, dan sekarang situasinya adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah ada pembagian otority. Itu berarti menyangkut pembagian pajak dan kontribusi nonpajak yang lain. Ada juga kompleksitas bahwa tambang itu pasti berada di lokasi hutan. Jadi ada Kementrian Pertambangan dan Kementrian Kehutanan. Ini suka tidak connect.

Jadi kami dikasih lahan, ternyata itu dari Kementyrian Kehutanan sudah dikasih ke perusahaan yang memang bisnisnya kayu atau kebun. Itu overlap. Kalau yang kebun mungkin bisa ditarik, kalau tambang bagaimana? Kan tidak bisa dari bawah gitu, harus dibongkar kan? Jadi challenge ke depan kan kami mau election, pemerintah yang baru ini harus cepat tanggap. Karena akibat dari sini, kita lihat saja defisit di anggaran belanja, karena ekspor produk tambang turun juga, maka ekspor produk kami turun juga. itu menyebabkan rupiah sekarang drop sampai Rp 12 ribu. Jadi regulator harus aktif.

Apa yang harus dipunyai seorang CFO?

Pertama, technical, dia harus punya background pengalaman dan pendidikan. Kenapa pengalaman penting? Karena sebenarnya finance itu generalist. Jadi apply to any industry. Itu bisa dibilang ilmunya sama.

Jadi pengalaman itu menurut saya salah satu key penting. Yang kedua adalah komunikasi. CFO itu rata-rata timnya 50-60 orang, dan dia menjadi tangan kanannya CEO dalam mengambil keputusan. Jadi sebetulnya dia berfungsi sebagai copilot-nya CEO, yang bantu ngerem juga, eh bos jangan cepat-cepat, ini ada situasi yang harus kita consider dulu sebelum kita melangkah lebih jauh. Jadi multifungsi sekaligus.

Dream Anda ke depan?

Saya punya tanggung jawab di Petrosea, jadi kami bisa melewati seluruh badai ini tanpa harus melakukan pengurangan orang. Itu salah satu tujuan pribadi saya. Ke depannya, untuk development, mungkin saya akan coba posisi yang lebih luas lagi. Tidak hanya di financial. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved