Management Strategy

Sumber Daya Kelautan Indonesia Masih Dipandang Sebelah Mata

Sumber Daya Kelautan Indonesia Masih Dipandang Sebelah Mata

Sudah satnya Indonesia memikirkan bagaimana memanfaatkan luasnya lautan untuk kesejahteraan bangsanya. Karena, saat ini sumber daya kelautan masih dipandang sebelah mata. Jika dilihat dari sudut pandang geografis, luas lautan mencapai dua pertiga dari luas negeri ini. Akan tetapi, sampai sekarang pembangunan masih difokuskan di sepertiga luas Indonesia, yaitu daratan.

IMG_20140814_171612

Kontribusi seluruh sektor ekonomi kelautan terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia hanya 22%, jauh lebih kecil daripada negara-negara yang wilayah lautnya lebih kecil daripada Indonesia, seperti Thailand, Jepang, Korea Selatan, Cina, Islandia, dan Norwegia, dimana kontribusi ekonomi kelautan mereka berkisar antara 30 sampai 60% dari PDB mereka.

Menurut pakar kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Rokhmin Dahuri, hingga saat ini kontribusi kelautan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional (seperti PDB, nilai ekspor, dan penyediaan tenaga kerja) masih jauh lebih kecil daripada potensinya.

Rokhmin memaparkan, setidaknya Indonesia memiliki 11 sektor potensial dari kelautan, yaitu perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioleknologi kelautan, kehutanan pesisir, pariwisata bahari, ESDM, perhubungan laut, industri dan jasa maritim, SDA dan jasa-jasa lingkungan kelautan, serta sumber daya wilayah pulau kecil.

Rokhmin mengatakan, bahwa maritim kelautan sangat penting. “Pulau Jawa dan Bali yg luasnya hanya 6% dari luas seluruh Indonesia, ekonominya itu sekitar 42%,” ujarnya.

“Sementara di luar Jawa itu sumber daya alamnya ada dua kemungkinan, kalau tidak mubazir, atau diambil negara lain. Itulah kondisi Indonesia,” lanjut Rokhmin.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini menyarankan, pembangunan ekonomi kelautan dimulai dari pulau-pulau terluar menuju poros maritim di tiga jalur Alur Laut Kelautan Indonesia (ALKI). Lintas pertama yang melewati Tiongkok Selatan hingga ke Selat Sunda dan bermuara di Samudera Hindia, dengan pusat pengembangan ondustri di Cibening dan Cilegon.

Lalu, jalur kedua di wilayah tengah melintasi Selat Makassar berlanjut hingga Selat Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan pengembangan industri dipusatkan di Nunukan dan Tarakan. Sedangkan lintas ketiga di kawasan timur, masuk dari Laut Halmahera menuju Laut Banda dan keluar di Selat Ombai, Nusa Tenggara Timur, dengan pusat pengembangan di Morotai, Bitung, dan Sorong. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved