Marketing Editor's Choice Strategy

Telkomsel Andalkan T-Cash dan T-Izy

Telkomsel Andalkan T-Cash dan T-Izy

Operator telepon selular Telkomsel, memiliki produk andalan e-Money, yaitu T-Cash. Pelanggannya terus tumbuh, dari 8 juta orang pada 2011, menjadi 11,5 juta orang tahun 2012, dan naik lagi ke 13 juta pelanggan pada 2013. Apa saja tantangan dan kendala untuk menggenjot pertumbuhan T-Cash? Dony Yuliardi, GM Digital Money and Mobile Payment Telkomsel , memaparkannya kepada Herning banirestu.

Menurut Dony, electronic payment, sudah tidak menggunakan paper lagi. Bank Indonesia menyebut ada tiga electronic payment, yaitu kartu kredit, kartu debit dan e-Money. Dulu ketiganya masuk dalam APMK, sekarang sudah dipisah, e-Money sudah masuk dalam line tersendiri.

Telkomsel-Dony (utama)

Apa yang dimiliki Telkomsel adalah lisensi e-Money. Produk e-Money terbesar Telkomsel ada dua yaitu T-Cash dan Tap-Izy. “Sejak BCA membuat MDR nol persen, semua merchant minta nol persen, maka itu bukan hal yang mudah bagi T-Cash untuk transaksi in store. Bukan cuma operator yang suffering, bank-bank pun demikian,” tutur Dony .

“Sekarang, BCA pun merasakan suffer-nya dengan kebijakan itu,” ujarnya. Bagaimana meraih keuntungan dengan kebijakan yang diterapkan pada tahun 2000an itu, BCA pun bingung saat ini. Karena saat itu mereka ingin membesarkan private label mereka Paspor BCA. Menganggap floating uang berada di BCA sebagai bank besar. Ternyata, efeknya sulit hingga sekarang, sulit untuk mengubah perilaku orang. Menurut Dony paling tidak orang harus di-charge paling tidak 1%.

“Kami sebenarnya punya lisensi e-Money dan juga KUPU (Kegiatan Usaha Pengumpulan Uang),” ujar pria yang baru 6 bulan menjabat posisi ini. Sebenarnya menurut Dony, KUPU diperlukan untuk mendukung e-Money, karena lisensi e-Money untuk pembayaran saja, tapi tidak bisa digunakan untuk kirim-mengirim uang dan tidak bisa meng-cash out uang yang ada di kartu (ponsel/pulsa T-Cash). Maka itu untuk bisa semua kegiatan itu dijalankan, Telkomsel harus punya ijin KUPU. Sehingga secara ekosistem uang bisa komplit dilayani Telkomsel.

“Jangan sampai pelanggan sudah memasukan uang di T-Cash Rp 1 juta, tapi tidak bisa diuangkan atau dikeluarkan,” ujarnya.

Tap-Izy merupakan bagian dari creating new product dari e-Money Telkomsel, yang menurut Dony memang merupakan produk tes pasar. Kala pertama kali dikeluarkan secara teknologi ada dua yang dikeluarkan yaitu RFSIM di 2,4 giga hz dan NFC 13,56 mega hz. Sedang yang NFC 13,56 mega hz itu sudah digunakan banyak industri seperti ID Card, standar. Tapi problemnya, secara teknologi, kalau mau memasukan semua SIM Card, seperti telepon, feature, dan lainnya tidak bisa dipakai, karena power-nya tidak cukup untuk melewati baterei. Lalu dipakailah yang menggunakan teknologi RFSIM yang 2,4 giga hz, tapi ternyata belakangan secara teknologi tidak digunakan lagi, industri semua menggunakan NFC. Akibatnya ,secara in store payment, bisnisnya juga semakin sulit. Maka itu Telkomsel harus cari cara lain untuk mengembangkan produk Tap-Izy.

“Masih diistirahatkan walau Tap-Izy sudah berjalan, karena secara bisnis in store-nya masih dalam tantangan besar kami. Saat ini maka itu kami lebih fokus di T-Cash,” ujarnya sambil menyebut produk T-Cash yang mulai diluncurkan 9 Januari 2007.

Telkomsel-Dony

Pria yang lama di bisnis e-Money untuk operator selular lain sebelum bergabung dengan Telkomsel ini, mengatakan Telkomsel juga merupakan operator pertama yang mendapatkan ijin KUPU. Ia jelaskan justru Telkomsel pada 2007 malahan untuk operator yang pertama mendapat lisensi APMK, karena e-Money belum dilepas oleh BI. Tahun 2009 dengan keluarnya aturan baru mengenai e-Money, barulah Telkomsel migrasi ke lisensi e-Money.

Perkembangan T-Cash, menurut Dony sangat penuh tantangan, memang pertumbuhannya tidak seperti yang dibayangkan atau diharapkan di awal peluncuran. Namun, Dony tetap menegaskan, bukan berarti bisnis ini tidak potensial. “Maka itu kami selalu mencari new ingredients agar ini bisa tumbuh bagus, seperti memperbaiki produknya, apa yang perlu ditambahkan lagi dari produk ini, seperti merchant-nya. Saat diluncurkan produk ini adalah penemuan baru kami,” jelasnya. Beda bagi industri yang sudah biasa di bidang pembayaran, karena Telkomsel masih meraba-raba saat awal diluncurkan itu.

Tantangan bukan saja bagi T-Cash tapi juga untuk semua operator selular, bahkan juga tantangan bagi semua bank, terutama bicara tentang e-Money server based yang online. Beda dengan Flazz (BCA) atau e-Toll. (Mandiri) yang lebih chip based yang straight forward, tantangannya tidak sebesar yang server based online. “Seperti CIMB Niaga dengan produk Rekening Ponsel-nya dan Bank Permata dengan produk BBM Money, itu saya ketemu mereka, pun menyampaikan challenging, karena dua produk e-Money itu server based online,” jelasnya.

Ketika dilontarkan ide untuk bank, semua bersemangat, sepertinya gampang, idenya luar biasa, ternyata secara implementasinya tidak mudah. “Soal belum familiar saja, orang lebih memilih cash, dari pada memindahkannya ke ponsel mereka. Dengan gaji mereka sekarang lebih suka pegang cash,” ujarnya. Untuk mengubah mind set tidaklah mudah, selain itu untuk bisa mengeluarkan uang, harus full registered. Nah untuk terdaftar itu, banyak yang KTP atau identitasnya tidak lengkap. Jadi punya ponsel keren atau canggih, bisa jadi dia tidak punya KTP yang jelas. Secara aturan, Telkomsel juga harus melakukannya sendiri oleh karyawan Telkomsel untuk mendaftarkan orang-orang tersebut. “Terutama bicara yang di pelosok-pelosok, GraPARI belum menyeluruh di wilayah Indonesia, begitu juga GraPARI Kios, belum ke pelosok,” ujarnya.

Namun meski begitu, Telkomsel bukan berarti tidak melakukan terobosan jalan keluar. Salah satunya dengan menggandeng pihak ketiga, seperti PT Pos, ritel modern (Indomaret), Pegadaian, yang jaringan mereka lebih luas. Dan pihak ketiga tersebut memiliki ijin KUPU juga. Sayangnya T-Cash belum diizinkan oleh Bank Indonesia (BI) untuk bisa mengeluarkan uang, di beberapa jalur yang sudah diupayakan Telkomsel tersebut.

“Jadi dengan T-Cash, mereka hanya bisa basic service, sampai mereka sudah full registered. Kalau hanya basic service tidak bisa tarik tunai. Akhirnya konsumen mikir, uang sudah dimasukan 1 juta misalnya, tapi tidak bisa diuangkan lagi saat butuh,” jelasnya. Kendalanya memang pada izin BI. Secara produk jadi tidak komplit cycle-nya.

Memang saat ini menurut Deny sedang menggodok branchless banking atau LKD (layanan keuangan digital), tapi ini hanya boleh diaplikasikan oleh bank, itupun dengan batasan yang memiliki aset Rp 30 triliun ke atas, jadi hanya ada empat bank yang boleh menjalankan ini. “Kami belum boleh, padahal kami punya banyak jaringan, tapi jaringan ini tidak bisa dipakai untuk registrasi,” ujarnya.

Menurut Deny, sebenarnya layanan T-Cash pelanggan bisa mencairkan dana yang ada di kartunya, namun hanya yang full registered yaitu mereka yang datang ke GraPARI dengan membawa data lengkap pribadi, walaupun pendataannya tidak serumit bank. Tapi tetap pelanggan harus melakukan itu, tapi tidak bisa meng-outsourching-kan. Artinya, jaringan terbatas pada jaringan GraPARI, yang dipelosok tidak terambah, pelanggan terbatas hanya bisa menggunakan basic services seperti isi ulang pulsa, beli token PLN, bayar berbagai tagihan dan sebagainya, tapi tidak bisa tarik tunai.

“Tarik tunai bisa dilakukan di 8.000 titik, salah satu channel-nya Indomaret, jumlah yang registered masih sedikit daripada yang basic services,” tuturnya. Hanya 10-20 persen saja yang sudah full registered sebagai pelanggan T-Cash. Karena untuk datang ke GraPARI saja sudah PR besar bagi konsumen. Menurut Deny akan lebih mudah jika mereka bisa melakukannya (tarik tunai dan registrasi) di channel yang dekat dengan kediaman mereka. Seperti Indomaret atau Pos. T-Cash ini transaksinya banyak yang menggunakan itu yang punya account di bank, karena T-Cash mudah bisa diisi fasilitas ATM account bank manapun.

Kebanyakan mereka gunakan untuk beli pulsa, beli token PLN, dan voucher game. Walau sebenarnya bisa juga untuk pembayaran lain seperti pembayaran 20 merchant e-commerce (dari yang besar ke yang kecil termasuk Bhinneka.com), pembayaran Speedy (berbagai pembayaran Grup Telkom) dan sebagainya.

“Pengalaman saya di perusahaan lain, yang mengurusi payment point online bank, yang paling banyak memang untuk isi pulsa dan listrik. Itu yang paling gede, yang lain ada, tapi tidak banyak,” ujarnya.

Ini karena orang belum terbiasa menggunakan e-Money untuk membayar lainnya, belum berani. Alasannya belum familiar dan belum ada kepercayaan. “Khawatir data diambil, akan disalahgunakan, data kartu lho, orang bisa gunakan untuk transaksi lain. Malah lebih aman sebenarnya, karena e-Money lebih dibatasi, kalau kartu kredit dan kartu debit bisa bisa puluhan juta, kalau T-Cash hanya Rp 5 juta paling maksimal kalau full registered. Apalagi semua transaksi online, jadi banyak verifikasinya. Harusnya lebih aman.

“Walaupun kartu atau ponsel hilang, kalau full registered bisa langsung diblokir, lagipula ada pin yang tidak bisa dijebol sembarang orang. Kalau kartu kredit hilang, bisa dipakai siapa saja, cukup palsu tanda tangan,” tuturnya. Chip dan PIN di kartu kredit baru akan dijalankan pada 2016.

T-Cash saat ini kerja sama lewat ATM Bersama untuk cash in dan cash out. Sedang untuk bank, Telkomsel bekerjasama dengan dua bank, yang menjadi kastudian T-Cash adalah Bank Mandiri dan Bank BNI. “Tapi yang paling banyak Bank BNI, karena kami menaruh full account-nya di mereka,” imbuhnya.

“Kami merasa bank masih melihat kami sebagai saingan, somehow. Jujur saja, cash in via ATM Bersama, masih ada satu dua bank yang belum mau buka, karena masih merasa bersaing, mestinya kalau bisa semua,” katanya. Padahal sebagai operator selular sangat terbuka dengan banyak kerja sama.

Yang mulai membuka diri bekerja sama menurut Dony adalah bank-bank kelas dua dan kelas tiga, bank-bank kelas satu masih menutup diri. “Bank kelas dua dan kelas tiga itu sudah lihat menangani nasabah di bawah Rp 5 juta rekeningnya, itu it’s a cost, mereka lebih baik serahkan ke kami kan. Saya belum mau buka, kami Telkomsel bersama T-Cash sedang mempersiapkan kerja sama dengan bank kelas dua yang besar secara angka nasabah dalam waktu dekat ini diluncurkan,” jelasnya.

Menurut Dony, sebenarnya kerja sama ini yang diinginkan Telkomsel. Karena menurut Dony bisnis bank sebenarnya adalah bukan untuk pembayaran, tapi untuk menaruh uang, mengelola dana, dan investasi. Harusnya pembayaran itu bisa diserahkan ke operator selular. “Apabila ini bisa jalan, T-Cash yakin akan bisa mencapai pertumbuhan cukup besar, kalau benar kejadian bisa dua kali lipat dari yang ada sekarang,” ujarnya. Saat ini pertumbuhan T-Cash kalau dari revenue masih kecil untuk per bulan masih satu digit, tapi kalau per tahun pertumbuhannya sudah dobel digit prosentasenya. Sayang Dony kurang berkenan menyebutkan angka tepatnya.

“Kami terus mengupayakan aktivitas transaksi bisa lebih ditingkatkan, terutama dalam hal pengiriman uang. Terutama bagi para blue collar workers, agar bisa kirim uang lebih sering dengan mudah, walau tidak punya akun bank,” tuturnya.

Mereka bisa mengirim uang ke ponsel lain, lalu yang dikirim bisa mengambil misalnya ke jaringan Indomaret terdekat. Pihaknya kini juga sudah bekerja sama dengan Access Plus, jaringan besar sekitar 30 ribu. Sekitar 10 persen dari jaringan Access Plus bisa digunakan T-Cash saja sudah luar biasa memudahkan konsumen T-Cash.

T-Cash baru meluncurkan layanan PPOB (payment point online bank — istilah di perbankan), semua pembayaran sudah bisa dilayani. “Kami targetnya ingin membuat produk ini lebih seksi lagi, kami terus perbaiki agar lebih mudah, how to registered, how to use it, jadi how to- nya mau kami permudah,” jelasnya.

Targetnya pihaknya ingin dua kali lipat dari sekarang dari jumlah pelanggan maupun target transaksinya. Tahun ini adalah tahun T-Cash diperbaharui lagi, dengan pihaknya terus penetrasi pasar yang baru, membangun awareness (konvensional maupun digital media), memperbanyak aplikasi-aplikasi konten yang dijual, dengan bagitu bisa diharapkan tumbuh dua kali lipat dari yang sekarang ada. “Untuk Indomaret saja kami sudah bisa diakses di 4.000-an gerai,” ujarnya. Tiap bulan pihaknya selalu ada program promo dengan Indomaret. Terakhir T-Cash bisa digunakan untuk pembelian festival musik dunia yang diadakan tiap tahun yaitu Java Jazz.

Rendahnya tingkat penggunaan uang elektronik ini antara lain disebabkan oleh ekosistem yang masih belum terbentuk di masyarakat, selain itu layanan uang elektronik ini juga masih terbatas untuk masing-masing pelanggan operator.

Kondisi inilah yang mendorong ketiga operator selular besar di Indonesia, yakni Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata sepakat bersama-sama meluncurkan layanan pengiriman uang elektronik lintas operator selular yang diluncurkan Oktober tahun lalu. Dengan adanya layanan pengiriman uang elektronik lintas operator ini, maka seluruh pelanggan tiga operator tersebut, yang total berjumlah 230 juta pelanggan, dapat saling melakukan transaksi pengiriman uang. Contohnya, pelanggan T-Cash (Telkomsel) dapat melakukan transaksi transfer ke pelanggan XL Tunai (XL) maupun ke pelanggan Dompetku (Indosat). Begitu pula sebaliknya.

Hal ini pertama kalinya di dunia bisa dilakukan. Kolaborasi ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan memperluas jaringan layanan uang elektronik di Indonesia dengan meningkatkan percepatan layanan uang elektronik, menambah jalur distribusi, meningkatkan trafik SMS secara eksponensial, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketiga operator dalam mengembangkan layanan pengiriman uang elektronik. Di samping, itu kolaborasi ini juga merupakan salah satu bentuk dukungan kepada Bank Indonesia dalam rangka mengembangkan program cashless society.

Untuk TRemitten sudah digabung dengan Telkom sebagai induk Telkomsel melalui produk Delima. Produk TRemitten sendiri sudah ada sejak 2008. Karena grup bisnis ingin membesarkan TRemitten melalui Delima itu. Merger produk ini sudah dilakukan sejak 2012. “Sebagai operator dan Telkom sebagai parent company kami selalu memikirkan dari luar bisa ke dalam lebih besar. Dengan mengembangkan produk Delima lebih besar akan lebih baik. Delima sendiri sudah cukup besar untuk produk ini,” jelasnya.

“Kami terus mengembangkan TPT (tempat penguangan tunai) melalui T-Cash. Tidak harus ada izin KUPU, asal semua yang bisa kami jamin transaksi menggunakan sistem itu kami jadikan TPT. Ini baru dijalani sejak akhir tahun kemarin untuk perluasan TPT,” ujarnya. Saat ini sudah ada Indomaret, Access Plus dan jaringan Delima Point (yang dimiliki Telkom). Yaitu dengan memanfaatkan selected daeler reseller Telkomsel, dengan memperhatikan cash availability, yang bisa dipercaya juga untuk dijadikan TPT.

Di tahun 2012, pelanggan T-Cash mencapai 11,5 juta, dibandingkan tahun awal 2011 hanya 8 juta pelanggan, tahun 2013 sekitar 13 jutaan. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved