Management Strategy

Tingkatkan Literasi Keuangan, OJK Bidik Usia Produktif

Tingkatkan Literasi Keuangan, OJK Bidik Usia Produktif

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang melek literasi keuangan bertambah menjadi 3,1 juta jiwa hingga akhir tahun 2015. Jumlah itu setara dengan 2% dari jumlah populasi penduduk usia produktif sebanyak 157 juta jiwa. Hal tersebut menjadi target yang ditetapkan OJK guna meningkatkan literasi keuangan. Sebelumnya, target utama OJK pada 2014 adalah ibu-ibu rumah tangga dan UMKM. Sedangkan pada tahun ini, OJK juga akan melaksanakan berbagai program edukasi yang menyentuh semua lapisan masyarakat di daerah pelosok.

Kusumaningtuti S. Setiono, Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen (tengah) Memperhatikan Petugas Call Centre Financial Customer Care. (Foto: Vicky Rachman/SWA).

Kusumaningtuti S. Setiono, Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen (tengah), sedang Memperhatikan Petugas OJK di Financial Customer Care. (Foto: Vicky Rachman/SWA).

Kusumaningtuti S. Soetiono, Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, mengatakan pelajar SMP dan mahasiswa menjadi fokus OJK untuk mencapai target literasi keuangan tersebut. Caranya dengan menyebar buku-buku ajar mengenai OJK dan industri keuangan di sekolah-sekolah.

Rencananya, OJK akan merilis buku mengenai OJK dan industri keuangan untuk pelajar SMP pada 5 Februari 2015. Pada 2014, OJK berkerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional sudah menyebar buku sejenis untuk siswa SMA yang disebar ke sekolah-sekolah di seantero Indonesia.

Tituk, demikian sapaan Kusumaningtuti,menyebutkan OJK berupaya mendorong inovasi di produk-produk keuangan agar menarik minat pelajar untuk membuka rekening tabungan. Ia menerangkan OJK menyiapkan tabungan khusus untuk pelajar SMP yang belum mempunyai KTP. “Agar akses masyarakat semakin luas dan kehadiran produk keuangan yang kreatif bisa menjadi daya tarik untuk mereka,” kata Tituk di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (21/1/2015). Program edukasi ini merupakan bagian dari Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) yang diluncurkan OJK pada Januari 2014. OJK menggandeng Lembaga Jasa Keuangan (LJK) untuk menerapkan SNLKI.

Lebih lanjut, Tituk mengatakan perilaku keuangan (financial habit) pelajar dan mahasiswa cenderung konsumtif. Baginya gejala tersebut merupakan tantangan yang akan disiasatinya dengan bekerjasama dengan pakar yang berpengalaman dalam mengubah perilaku masyarakat untuk gemar menabung. “Kami akan bekerjasama dengan Australia yang berpengalaman menangani hal ini di Papua Nugini,” ia menambahkan.

Ia menguaraikan pihaknya juga berupaya memberikan materi yang disisipi muatan lokal sesuai karakteristik budaya setempat. Dengan begitu, OJK akan menggapai semua lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat pesisir (nelayan), agraris, kaum perempuan hingga layanan keuangan mikro. Masyarakat berpenghasilan rendah cenderung meminati layanan keuangan mikro karena sederhana, mudah diakses, cepat dan harganya yang terjangkau. Berbagai produk Layanan Keuangan Mikro diantaranya tabungan tanpa biaya administrasi, asuransi mikro dengan nilai premi di bawah Rp 50 ribu, reksa dana mikro yang nilai awal investasinya adalah Rp 100 ribu, dan cicilan ringan untuk pembelian emas.

Selain itu, OJK juga akan menyasar masyarakat yang berdomisili pulau-pulau terluar atau daerah perbatasan.“OJK dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah menyusun pakta perjanjian untuk saling berkerjasama untuk melaksanakan edukasi keuangan bagi masyarakat di pulau-pulau terluar, mudah-mudahan Februari atau Maret tahun ini perjanjiannya sudah bisa kita tandatangani,” jelasnya seraya menyebutkan perahu-perahu yang disediakan Kemenhub akan mempermudah ruang gerak OJK mencapai masyarakat di pulau.

Jemput Bola

Berdasarkan survei OJK di tahun 2013, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia relatif rendah yakni sebesar 21,8% dengan tingkat inklusi sebesar 59,7%. Adapun indeks literasi masyarakat berpenghasilan rendah sebesar 18,71%. Lantaran begitu, OJK bertekad meningkatkan literasi keuangan dengan meningkatkan layanan edukasi dengan strategi menjemput bola.

Menurut Tituk, OJK pada tahun ini akan mendirikan Pusat Edukasi dan Layanan Konsumen Keuangan di 34 kantor cabang OJK. Selain itu, OJK akan menambah armada SiMOLEK (Mobil Edukasi Layanan Konsumen) sebanyak 20 mobil yang tersebar di 35 kantor OJK di Indonesia. Mobil-mobil OJK ini akan menghampiri masyarakat untuk memaparkan berbagai hal mengenai industri keuangan. “Kami juga akan melanjutkan Pasar Keuangan Rakyat untuk mensosialiasikan berbagai produk keuangan di 6 kota,” kata Tituk. Sejumlah kota di Pulau Jawa dan Makasar, Sulawesi Selatan akan menjadi lokasi Pasar Keuangan Rakyat. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved