Management Strategy

Wahyu T. Setyobudi : Gen Y Aset Masa Depan Perusahaan

Wahyu T. Setyobudi : Gen Y Aset Masa Depan Perusahaan

Wahyu T. Setyobudi, Behavior and Marketing Specialist dari PPM School of Management, menyatakan perlunya pengelolaan yang baik untuk gen Y di perusahaan. Pria lulusan Fakultas Matematika Institut Teknolgi Bandung ini menjabarkan bahwa segala karakteristik gen Y tersebut dapat dikelola dan menjadi aset perusahaan di kemudian hari. Pendewasaan dan pematangan gen Y akan membuat perusahaan siap bersaing dengan kompetisi bisnis di masa depan.

Berikut pemaparan lengkap Wahyu yang dijumpai di acara Academics Gathering PDMA Indonesia – PPM Manajemen, kepada reporter SWA Online, Destiwati Sitanggang

Mengapa diperlukan pengelolaan untuk gen Y?

Hal ini diperlukan karena perusahaan itu disiapkan untuk bisa sukses di masa depan. Di masa depan itu lingkungan kompetisinya semuanya menggunakan cara baru, yang hanya bisa dijawab dengan karakteristik yang sama, yang ada pada gen Y, bukan pada generasi yang lama. Jika tidak dipersiapkan, maka keungggulan kompetitifnya bisa dikatakan berkurang, atau tidak akan siap berkompetisi.

Wahyu T. Setyobudi

Memang, apa masalah yang sedang terjadi sekarang di perusahaan terkait dengan gen Y?

Masalahnya sekarang ini terbentuk stereotipe bahwa gen Y memiliki karakteristik yang menantang sistem dan tidak sesuai aturan. Bahkan, ada karakteristik gen Y yang terlalu esktrim, dan cenderung annoying untuk perusahaan. Di sinilah terjadi cross generation gap yang akan menimbulkan konflik. Ini akan menjadi barrier untuk perusahaan, termasuk dalam pengembangan produk baru.

Ini umumnya terjadi di perusahaan yang sifatnya enterpreneural dan dibangunnya sudah dalam sehingga memiliki budaya yang cukup kuat. Hal inilah yang harus dicairkan

Lantas, apa yang harus dilakukan?

Dengan datangnya orang-orang baru, perlu dilakukan peralihan budaya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah adanya awareness. Pemahaman, dimana setiap orang menyadari adanya perbedaan karakteristik generasi. Kondisi sekarang itu, kesadaran tentang adanya perbedaan itu tidak ada.

Setelah itu, langkah kedua adalah kemauan untuk melebur. Dalam konteks kemauan untuk melebur, kita tidak bisa menugaskan ini ke generasi yang baru, harus dari gen X yang memulai. Mengapa? Karena organisasi itu hidup untuk masa datang. Jika gen X tidak dipersiapkan dengan kemampuan yang matang, maka yang akan menanggung akibatnya bukan gen X, tetapi gen Y. Karena persaingannya akan terjadi di model bisnis yang sekarang, bukan model bisnis yang lalu. Jadi, gen X harus melebur untuk mempersiapkan gen Y untuk lebih matang di dalam melakukan proses bisnis.

Langkah ketiga diperlukan intervensi organisasi untuk mempermudah terjadinya peleburan. Caranya, dilakukan kegiatan bersama, yang melibatkan gen X dan gen Y. Selain itu, diberikan kanal-kanal penyaluran untuk ide-ide yang berasal dari gen Y, seperti awarding inovasi. Mengapa? Itu sebagai wadah untuk mereka aktualisasi diri, kalau begitu gen Y tidak akan tahan.

Terkait pencairan, perubahan apa yang harus dilakukan oleh gen X dan gen Y? Banyak orang yang mengatakan, peleburan harus dilakukan keduanya, kalau dari saya pribadi tidak begitu. Tanggung jawab untuk pembekalan gen Y, dibebankan pada generasi sebelumnya. Jadi kita tidak bisa mengharapkan kalau gen Y itu harus meleburkan dirinya, tetapi mereka harus dibentuk. Generasi sebelumnya itu harus menerima dulu, dengan cara membuka pintu.

Banyak gen X yang mengganggap kalau gen Y itu menantang sistem, padahal sesungguhnya dalam perusahaa itu sesuatu yang bagus, karena akan memicu perusahaan untuk merestruktur diri atau melakukan ivovasi baru. Umumnya yang terjadi adalah, dorongan untuk merekstruktur perusahaan itu tidak terkendali sehingga kemudian kacau atau dorongan-dorongan itu dimatikan. Yang baik adalah memberikan kanal untuk menampung ide. Yang bertanggung jawab itu gen X. Kalau gen Y dipaksakan dengan kultur gen X, maka gen Y itu akan terbonsai.

Jadi, gen y tidak perlu melakukan perubahan?

Bukan begitu, bagaimana gen x menerima gen y, lalu segala karakter gen y itu dijadikan aset untuk perusahaan. Siapa yang mematangkan generasi baru? Tentunya generasi yang lebih berpengalaman, yaitu generasi sebelum. Di sinilah diperlukan intervensi kultur. Intervensi kultur ini harus dilakukan dari atas ke bawah, diawali dengan kesadaran dari atasannya, lalu merancang program peleburan.

Lantas, di mana peran perusahaan?

Perusahaan memiliki kewajiban untuk terjadinya transformasi budaya, proses tranformasi ini akan sangat berguna di masa depan. Orang yang akan membayar uang pensiun orang-orang lama ini, ya orang-orang baru. Jika gen y tidak dipersiapkan dengan baik, pada waktu perusahaan lain siap dengan model bisnis yang baru, perusahaan ini sudah tidak punya orang, karena yang tersisa hanya orang-orang lama semua. Bagaimana mau survive di masa depan?

Terkait transformasi budaya, berarti akan mengubah identitas perusahaan?

Memang semua perusahaan harus berubah, kalau tidak mau berubah maka akan seperti dinosaurus, lalu punah. Kalau kita mau hidup di depan, maka diperlukan cara kompetisi yang berbeda pula. Tapi jika ditetapkan diperusahaan yang belum siap, akan terjadi gegar budaya, maka diperlukan proses transformasi.

Apa tips Anda dalam melakukan transformasi tersebut?

Pertama, tetap dibangunnya kesadaran tentang adanya perubahan. Hal ini dilakukan penyampaian pesan kepada seluruh elemen perusahaan bahwa akan diadakan transformasi. Hal ini dapat dilakukan dengan news letter perusahaan, speech director, dan lain-lain. Kedua, tranformasi harus dilakukan tanpa keterpaksaan, jika tidak akan ada efek samping. Yaitu, perlawanan atau resistensi, terutama dari generasi yang lama, yang sudah ada di comfort zone. Jadi, proses akulturasi budaya yang baru, harus dilakukan dengan cara-cara yang sifatnya fun, seperti appreciative inquiry metode meeting dengan cara baru. Sering-sering mengundang pembicara luar yang inspiratif tetapi harus diterima oleh kedua generasi.

Perusahaan mana yang memiliki pengelolaan gen Y yang baik?

Nutrifood itu sudah bagus. Saya pernah bertemu dengan Bapak Mardi Wu dan budayanya melebur. Bapak Mardi itu tampilannya casual. Beliau itu senior, tapi tidak terjebak pada umurnya. Di Nutrifood itu orang bisa melebur dengan mudah antara senior dan junior, sudah hampir tidak ada jarak. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved