Berita BCA Berita BCA

Komunitas Pebisnis Medan: Seni Nge-Teh ala Ho Teh Tiam Tea Gallery

Komunitas Pebisnis Medan: Seni Nge-Teh ala Ho Teh Tiam Tea Gallery

foto-1(17112014)Minum teh sudah menjadi kegemaran jutaan manusia sejak lama. Selain nikmat, teh diyakini memiliki kandungan zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Tapi banyak orang yang tidak tahu, bahwa minum teh akan lebih sempurna jika disajikan dan dinikmati dengan seninya.

Ingin tahu seni minum teh? Jika kebetulan sedang berkunjung ke kota Medan, mampirlah ke kedai Ho Teh Tiam Tea Gallery di Jalan Monginsidi nomor 32. Di kedai yang menempati sebuah bangunan unik arsitektur oriental ini Anda tidak saja dapat menikmati aneka varian teh dari dalam dan luar negeri tapi juga diajarkan cara menyeduh teh dengan baik dan benar, yang sudah menjadi tradisi bangsa timur ratusan tahun silam.

“Menikmati teh adalah salah satu warisan budaya Timur yang harus dipertahankan, untuk dikenalkan dan disosialisasikan. Jaman sekarang jangankan anak muda, yang sebaya dengan saya juga banyak yang tidak mengerti budaya “ngeteh”. Tahunya teh itu baik tapi tidak tahu informasinya lebih banyak,” ucap Endar Hadi Purwanto (51) pemilik Ho Teh Tiam (HTT) Tea Gallery.

Berbekal pengetahuannya di bidang farmasi, mantan pemilik apotek ini mendirikan Ho Teh Tiam atau “Kedai Teh yang Bagus” pada 2008 silam berangkat dari kecintaannya pada minuman yang dibuat dari daun Camillia sinensis ini. Anggota komunitas pecinta teh “Medan Tea Club” sejak 1999 ini mengaku mengesampingkan nilai komersialisme dari budaya “ngeteh” itu sendiri dan lebih mengutamakan visi yang ia junjung, yaitu membudayakan hidup sehat melalui minum teh. Bahkan ketika kini bermunculan kedai-kedai teh lain Endar menyikapinya dengan santai, tidak menganggapnya sebagai kompetitor. Baginya, banyaknya kedai teh baru yang muncul justru membuatnya semakin bangga karena secara tidak langsung bisa melestarikan dan mensosialisasikan budaya “ngeteh” yang sehat .

Konon teh mulai dikenal di Tiongkok sejak jaman Kaisar Shen Nung berkuasa ribuan tahun silam. Dikisahkan, sang raja sedang duduk dikebun dambil menjerang air di kuali. Tiupan angina kencang menggugurkan beberapa helai daun teh yang kemudian jatuh ke air rebusan tadi. Saat meminum air tersebut, sang raja terkesan dengan aroma air yang menjadi lebih nikmat daripada air putih dan badannya pun terasa lebih segar.

Dituturkan oleh Endar, bahwa porsi meminum teh di kalangan masyarakat Tiongkok 90 persen setiap harinya. “Pengenalan yang dangkal akan khasiat teh bagi metabolisme tubuh membuat banyak orang bilang kebanyakan minum teh dapat mengganggu ginjal dan lain sebagainya. Padahal ada hal baik yang terkandung di dalam teh. Teh itu bukan obat, tapi meminumnya secara rutin dengan cara menyeduh dan minum yang benar dapat menjaga metabolisme tubuh kita tetap stabil,” papar pria paruh baya yang selalu bersemangat ketika bercerita tentang manfaat teh ini.

“Tengok saja di Tiongkok sana. Di kedai-kedai minuman yang lazim disajikan hanya ada dua macam minuman. Pertama teh, lalu kedua arak. Selain itu, coba perhatikan lukisan atau ornamen yang menghiasi kedai-kedai itu. Tokoh dalam lukisan itu berupa pria dan wanita tua bukan yang muda. Sebab dalam filosofi masyarakat Tionghoa, sehat dan umur panjang merupakan dambaan setiap orang. Usia tujuh puluh, delapan puluh, hingga sembilan puluh tahun merupakan umur tua yang biasa. Kalau bisa seratus tahun atau lebih, baru luar biasa,” lanjutnya.

Begitu cintanya Endar pada teh, sehingga tidak hanya melalui kedainya pria ini mengampanyekan budaya meminum teh tetapi ia bersama teman-teman komunitasnya juga rajin bertandang ke sekolah-sekolah dan kampus-kampus untuk membagikan pengetahuan dan filosofi teh kepada generasi muda.

BCA Senantiasa di Sisi Anda

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved