CEO Interview

CEO i-811: Bermimpi Membuat Knowledge Management Seperti Kampus

Oleh Admin
CEO i-811: Bermimpi Membuat Knowledge Management Seperti Kampus

Sudah bekerja di perusahaan mapan dan mempunyai puluhan anak buah justru membuat seorang Kurniawan Afisena merasa tak betah. Dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya. Ia bergabung dengan sejumlah kerabat membentuk perusahaan ICT lokal yang disebut i-811 atau www.i-811.com. Hari Kamis (28/3/2014), perusahaan ini memperkenalkan produk pertamanya Paques, singkatan dari Parallel Query System, kepada para mitra dan media. Berikut nukilan wawancara Ester Meryana dari SWA Online dengan CEO i-811, itu.

Mengapa Anda tertarik merintis bisnis sendiri?

Di perusahan sebelumnya kalau dibilang nyaman, ya sudah nyaman. Perusahannya baik dan lumayan. Cuma karena mungkin zona nyaman itu, jadi buat saya gelisah, mati secara pemikiran, saya jadi resah.

kurniawan afisena i-811Bisa diceritakan background ketertarikan Anda di dunia ICT?

Latar belakang pendidikan saya S1 Fisika berpandangan bahwa berkarier di dunia TI itu adalah sebuah kecelakaan. Sebab, apa yang saya geluti sekarang tidak pas dengan latar belakang pendidikan. Tetapi, saya sudah belajar mengotak-atik program komputer sewaktu di bangku kuliah. Jadi, walau saya kuliah di Fisika, saya sudah tertarik ke programming. Saya belaja secara otodidak.

Setelah lulus kuliah tahun 1998, tahun di mana krisis moneter melanda perekonomian Indonesia, cari pekerjaan pun susah. Baru di tahun 2000, saya mendapatkan pekerjaan yang terkait dunia TI. Selanjutnya, saya berkarier di tiga perusahaan. Pertama itu di perusahaan akuntan publik, jadi orang TI-nya accounting. Kedua, di perusahaan teknologi TI asing yakni Perancis. Ketiga, perusahaan lokal. Di, i-811 ini adalah perusahaan keempat. Saya putuskan bulan September 2013 untuk berpisah dari kantor. Saya lalu mulai dari nol di bulan Oktober tahun lalu.

Bagaimana ceritanya Anda mendapatkan mitra bisnis?

Saya sempat berpikir untuk membuat perusahaan sejenis jasa TI, seperti perusahaan yang saya tinggalkan. Namun, bertemu dengan seorang Benni Adham (CSA i-811) membuat saya berubah pikiran. Benni adalah lulusan Fasilkom Universitas Indonesia yang membuat suatu alat untuk mengelola jaringan yang disebut Very Deep Packet Inspection. Produk itu mengantarkan saya untuk mendapatkan penghargaan dari Red Herring Asia pada tahun 2012. Benni pun pernah mengerjakan sejumlah proyek ICT di perusahaan Interoute dan Orange di luar negeri.

Saya mau bikin baru, beliau (Benni) mengajak. Kami pun berkolaborasi. Terbentuklah perusahaan i-811. Namanya cukup unik, yang menurut dia, angka 8 dan 11 terkait dengan ritual ibadah. Sedangkan, i-nya adalah insight. Baru ada lima orang yang mengisi jajaran manajemen perusahaan lokal ini. Selain Kurniawan dan Benni ada Saryana Sudirapradja sebagai CMO, Danu Yan Permadi dan Ricky Yuliadi sebagai Senior Developer.

Siapa saja klien yang ditangani i-811?

Kalau klien, kami sudah ada. Ada perusahaan asing, tapi mereka belum bisa disebutkan namanya. Mitra ada satu.

i-811Apa yang membuat Anda berlima berani membangun perusahaan lokal di tengah ketatnya persaingan yang banyak diisi oleh perusahaan asing yang sudah mapan di dunia ICT?

Menurut saya, permasalahan utama di bidang TI saat ini adalah big data, ada data yang terstruktur dan tidak terstruktur. Kami bisa (menganalisa) dua-duanya.

Seperti apa cara mengolah big data?

Kalau seperti perusahaan pemasaran membutuhkan sentimen pasar, itu mengambilnya dari forum, seperti dari Twitter, Facebook. Data-data dari Twitter kami ambil, lalu diproses, dianalisa untuk menghasilkan sentimen.”Sebagai contoh, ada perusahaan minuman yang ingin tahu apa yang paling disebut orang terkait soft drink. Ternyata, hasilnya dari analisa menunjukkan bahwa produk perusahaan minuman tersebut yang paling banyak disebut, baru merek minuman yang lain yang merupakan pesaingnya di pasar.

Untuk mengolah berbagai macam big data, perusahaan punya produk jitu yakni Paques. Ini adalah aplikasi big data analytic pertama di Asia dengan menggunakan metode Fractal di dalam sistem prosesnya. Aplikasi ini pun disebutnya murni sebagai karya anak bangsa.

Pembuatan Paques itu dimulai dari konsep kurang dari satu tahun. Bisa dibilang, konsep itu sekitar 8 bulan. Itu brainstorming, pengalaman-pengalaman kami itu dilihat, dirangkum. Masalah-masalah di TI seperti apa, kami kumpulkan, lalu dibuat jadi produk yakni Paques. Kami bisa cepat membuat produk karena konsep sudah jadi. Pembuatan produk itu sekitar 3 bulan.

Kira-kira dua-tiga bulan lagi, kami baru akan melakukan peluncuran akbar baik produk dan perusahaan kami. Tempatnya, di Jakarta.

Apa saja kelebihan aplikasi yang ditawarkan?

Salah satu kelebihan dari aplikasi ini adalah adanya kemampuan Natural Language Processing (NLP) dalam Bahasa Indonesia, yang dapat membedakan pencarian dasar kata lebih tepat. Singkat kata, lebih canggih ketimbang mesin pencari yang lain.”Misalnya, seperti ini, kalau melakukan pencarian di Google, yaitu dengan kata ‘curi’, itu nanti bisa keluar: curi, dicuri, mencurigakan. Padahal, mencurigakan itu kata dasarnya bukan curi. Kalau dengan NLP, itu kata ‘curi’.

Jadi, menganalisa pasar Indonesia harus pakai Bahasa Indonesia. Hal ini hanya dimiliki oleh Paques. NLP in Indonesia cuma ada di Paques.

Keunggulan lain dari produk ini adalah adanya fitur High Availability, Horizontal Scaling, Parallel Computation, Query Straight From Flat-Text-File, hingga Single Query Multiple Result.

Meski produknya menawarkan sejumlah keunggulan, tantangan dalam memasarkan pastinya ada. Sebab, perusahaan kami sendiri terbilang anyar. Resistensi pun datang dari orang-orang TI.

Terkait big data analytic yang paling terkenal itu Hadoop. Sejumlah perusahaan ternama banyak menggunakan Hadoop. Saya berpengalaman di Hadoop juga, tapi masalah di situ banyak, konfigurasinya ribet, implementasi itu juga butuh programmer yang expert. Nah, kelemahan-kelemahan itu dituangkan ke Paques. Tidak perlu pakai konfigurasi, tidak perlu pakai programmer lagi. Makanya, sasarannya adalah business user.

Visi kami memang sesederhana mungkin. Kalau banyak fitur, itu membuat orang jadi rumit.

Bagaimana strategi yang dijalankan?

Oleh sebab itu, perusahaan memasang strategi. Tahun ini, targetnya adalah pengenalan perusahaan dan produk. Lalu, memperkuat jaringan, misal dengan para sistem integrator, data scientist yakni orang yang menganalisa data secara dalam seperti orang-orang statistik atau riset pasar.

Selain itu, perusahaan juga mau membuat hal lain. Mimpi kami membuat knowledge management seperti kampus. Sebab, di Indonesia tidak mudah mencari programmer yang memiliki pengetahuan secara mendalam atau mengerti benar sampai ke sistem. Orisinalitas kebanyakan programmer di Tanah Air dipandang rendah. Sebenarnya kalau buat produk kayak ini (Paques), secara pengetahuan dasarnya harus kuat. Teori-teori dasar harus kuat.

Mungkin konsepnya kayak magang. Kami memberikan kayak kuliah seminggu berapa kali. Niatnya seperti itu. Kalau kemampuan bagus, bisa bergabung ke kami. Kalau pengetahuan mau dibawa ke tempat lain, silahkan. Ini sama dengan cara Google, Yahoo!, Huawei, ZTE, menjaring SDM-nya.

Kalau program magang ini, kami menargetkan ke lulusan SMK dulu. Pengalaman saya, lulusan SMK lebih dapat semangatnya, rasa ingin tahunya. Dan secara anggaran, perusahaan start-up kayak kami (agak berat) karena lulusan S1 mulai mengerti ‘harga’. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved