CEO Interview Editor's Choice

Alex J. Sinaga, Telkom Siap Realisasikan 4GLTE

Alex J. Sinaga, Telkom Siap Realisasikan 4GLTE

Setelah diumumkannya jajaran direksi baru yang dibarengi dengan Rapat Umum Pemegang Saham Gabungan Luar Biasa (RUPS-LB), PT Telkom Indonesia (Telkom) semakin gencar dalam meningkatkan inovasinya, terutama dalam menyongsong era of integrity, di mana segala sesuatu saling terhubung satu sama lain.

Dengan ditetapkannya Alex J.Sinaga sebagai Direktur Utama, Telkom bisa dibilang semakin berani dalam meningkatkan pertumbuhan bisnisnya, sebut saja seperti target pendapatan 20% lebih tinggi dibanding industri telekomunikasi lainnya, peningkatan market gap sampai Rp 300 triliun dan mengoptimalkan perannya di 10 kawasan luar Indonesia yang akan dibarengi perluasan area bisnisnya.

alex j sinaga

Alex J. Sinaga, Dirut Telkom

Seperti yang telah diketahui, sampai dengan triwulan III tahun 2014 lalu, Telkom telah berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang positif dengan pendapatan sebesar Rp 65.84 triliun, atau tumbuh sebesar 7,1% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya, di mana kontributor terbesarnya berasal dari sektor data, internet, dan IT services, yakni sebesar 40%.

Oleh karena itu, Alex akan tetap memfokuskan kinerjanya pada sektor ini, karena nantinya akan ada realisasi pengembangan 4GLTE yang sudah bisa dirasakan pada pertengahan tahun 2015 nanti. Berikut adalah petikan wawancara reporter Fardil Khalidi dari SWA Online dengan Alex J. Sinaga :

Tentang RUPS-LB ini, agendanya apa saja?

Agendanya cuma satu, yakni penggantian dewan komisaris dan direksi. Pemegang saham yangg datang semuanya maksimum.

Bisa digambarkan tentang shareholdernya?

Jadi begini, PT Telkom itu kan pemilik mayoritasnya negara (Indonesia). Total shareholder return agak sedikit berbeda dengan perusahaan Tbk lainnya, baik itu deviden maupun capital gain. Karena memang sejak lahir, sampai hari ini, maupun sampai tahun depan dibuat untuk bangsa Indonesia. Untuk itulah kami perlu jadi role model perusahaan yang baik, di mana tidak hanya jadi pemain di lokal saja, melainkan kancah global. Karena industri ini kan sifatnya borderless.

Program Telkom ke depan?

Ada 3 hal yang juga didasarkan dari ukurang pemegang saham selama 2,5 tahun terakhir, harga saham, dan kualitas layanan, juga dari pengakuan – pengakuan yang diberikan. Dan sejauh ini perkembangannya menggembirakan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan itu, 3 programnya adalah, bisnis seluler, Indonesia Digital Network (IDN) dengan tujuan mendorong masyarakat Indonesai jadi masyarakat digital.

Hal ini pun mendorong kami agar punya daya saing yang tinggi di kawasan ASEAN. Karena ASEAN sudah seperti uni Eropa nantinya, terjadi keterbukaan arus informasi. Juga nantinya kami tidak hanya menjadi pemain di level regional saja, melainkan global. Dan yang ketiga masuk ke oportunity bisnisnya, ekspansi ke global index. Supaya Telkom tidak hanya menjadi pemain kandang, namun secara bersamaan menggarap market di luar negeri.

Hingga pada akhirnya Telkom bisa menjadi acuan bagi industri secara global. Pengakuan tersebut sudah diterima Telkom dan grupnya. Namun, semua itu akan terus dilanjutkan dengan memperbaiki yang kurang, serta membuat sesuatu yang baru agar menjadi kuat.

Terlepas dari itu semua, kami masih fokuskan untuk maksimalkan total shareholder return, memberi deviden dan capital gain. Juga bagi negara (Merah Putih), bisa mengoneksikan dari sabang sampai ke Merauke dan menjadi bagian dari ketahanan nasional. Nah terkait yang terakhir ini, Desember2014 kami sudah kerja sama dengan pemerintah dalam membangun 11 titik terkait dengan ketahanan nasional.

Sejauh ini pencapaian sudah bagus, cuma besok kan tantangannya berbeda. Jadi apa yang dicapai tetap dijalankan dan memastikan ada pertumbuhan supaya dinamika terjadi. Harus bergerak secara cepat dan cerdas juga, sehingga Telkom secara grup bisa jadi referensi dan jadi pemain yang disegani di regional dan global. Kemudian, Telkom juga masih tetap mengandalkan dukungan pemegang saham (termasuk pemerintah), karyawan, dan pelanggan.

Membandingkan dengan Garuda dan Pertamina, itu kan terjadi pengurangan direksi, apakah Telkom juga merasakan demikian?

Tidak. Karena pemegang saham memutuskan direksinya 8 orang, sampai hari ini tidak ada pengurangan direksi.

Bagaimana dengan deviden BUMN yang dipangkas?

Telkom juga meraskan adanya dividen BUMN yang dipangkas, atau dikurangi. Tapi kami (direksi) membacanya agar tujuan ekspansinya semakin agresif. Karena pada dasarnya bagaimana perusahaan bertumbuh itu membutuhkan investasi yang cukup besar.

Bagaimana dengan pengembangan 4GLTE project ke depan?

Tanggal 8 Desember 2014 kami sudah meluncurkan the first mobile operator untuk 4G LTE ini. Messagenya adalah bukan hanya sekadar pipa saja, tapi pipa itu akan optimum, untuk digunakan secara produktif. Aplikas – aplikasi yang dikembangkanpun tidak cuma pipa saja, tapi lebih ke arah bisa memberikan kontribusi bisnis proses untuk sektor industri yang lain.

Handset, 4G sudah diizinkan di frekuensi 900 mhz, biasanya 1.800 mhz. Namun growth lebih tinggi di 900. Sampai hari ini untuk penggunaan handset 900 mhz kami sudah ada pilihan sebanyak 60 jenis, dengan harga yang bervariasi dari di atas Rp10 juta sampai di bawah Rp2 juta.

Tentunya Telkom akan comply dengan regulator Menkominfo, yakni mengacu ke Perpres 96, penetrasi broadbandnya semakin tinggi, hingga 2019. Jadi kami ambil posisi terdepan, baik dari fix line, FO, serta teknologi selulernya.

Target tahun 2019 akan ada perbaikan mekanisme pengelolaan spektrum, dan kalau itu dilakukan, maka spektrm bisa dibuat sedemikian rupa optimum. Dan spektrum ini kan setiap negara potensinya sama. Untuk itu, LTE bakal terus berlanjut. Yakni dengan menata spektrum biar bisa diutilisasi secara optimum, sehingga pada akhirnya esensinya masyarakat Indonesia masuk ke masyarakat digital.

Dalam 3 tahun terakhir pun produksi handset growth ini juga cukup tinggi, yakni 50%. Sehingga tidak perlu kawatir lagi soal ekosistem. Itu sudah menjadi bagian dari Telkom Grup. Sehingga kalau sinyal 4G nya cepat, maka bagi sebagian masyarakat kita ini menjadi sebuah manfaat.

Kemudian terhadap solusi bisnis, termasuk porgram – program pemerintah, sudah barang tentu dikoneksikan dengan ICT (Information Conmmunication dan Technology), seperti e-learning, online tax payment, e-health, termasuk belanja online.

Kami mesti gunakan pipa ini untuk tingkatkan produktivitas. Ini tantangan industri lokal dan global. Telkom harus ambil posisi supaya bangsa lebih efisien, produktif, sehingga dapat keuntungan untuk bangsa ini. Di lain sisi, sejalan dengan paradigma think mega Telkom, kami juga ingin memberikan manfaat kepada bangsa – bangsa lain.

Rencana ekspansi ke luar negeri?

Selama ini ekspansinya kecil – kecil. Namun sekarang industri telko sudah berbeda dari sektor – sektor lain. Memang skala Telkom masih dikatakan kecil, namun itu tidak jadi parameter. Facebook, Twitter, itu dimulai dari garasi, namun IPO-nya setara dengan Microsoft. Jadi bisnis lebih dihargai dari kemana pergerakannya. Dan Telkom berupaya terus untuk terus melihat opportunity itu guna meningkatkan capital gain. Telkom akan bekerja sama dengan negara – negara mana yang bisa meningkatkan kinerja.

Saat ini kami sudah punya footprint di 10 negara. Tidak pernah berhenti untuk make an oportunity di negara tersebut, juga di negara – negara lain. Sekarang kami sudah punya ancang – ancangnya dalam membidik negara – negara mana saja yang memiliki potensi, sepert idi kawasan Afrika, Asia Pasifik, Amerika Latin, dan Eropa.

Soal capex, target laba, pertumbuhan Ebitda bagaimana?

Capex tidak banyak berbeda dengan tahun lalu, kalau tahun lalu Rp22 triliun, sekarang Rp 25 triliun. Dan peruntukannya untuk perluasan broadband, IDN, serta ekspansi internasional.

Target laba pertumbuhannya ingin di double digit, minimal 10%. Nantinya sumber pendapatan masih dari sektor data, internet, dan IT service, di mana masih didominasi dari anak perusahaan Telkom, yaitu Telkomsel, yang tahun ini pendapatannya Rp48,40 triliun (tumbuh 10%). Sementara Ebitda targetnya minimal sama dengan tahun lalu, yakni 4,2% atau Rp 33,63 triliun. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved